Minggu, 28 Februari 2010

Satu yang terlewat

Ibu guru mengajak murid-murid belajar di luar kelas. Semua menikmati pemandangan alam di desa, dan sampailah mereka di lapangan rumput yang hijau, milik pak Desa (begitulah Kepala Desa disebut). Di pojok lapangan ada rumah mungil, rumah pak Desa sedangkan agak jauh di sebelah kirinya ada kandang bebek. Rupanya bebeknya belum dikeluarkan dari kandang, jadi suaranya riuh rendah.

Ibu guru memberi tugas lapangan kepada murid-muridnya, dan ketua kelas nanti diminta melapor.
Ibu guru : “Nah, anak-anak, sekarang Ibu memberi tugas. Berapakah jumlah bebek di kandang itu? " tanya Ibu guru sambil menunjuk kandang bebek tanpa atap itu. "Satu per satu harus melaporkan jawabannya kepada ketua kelas, supaya dicatat. Lalu ketua kelas membawa catatannya ke Ibu. Ingat ya, tidak boleh mencontek jawaban temannya, harus yakin dengan jawaban sendiri. Baiklah, bisa dimulai sekarang.”

Anak-anak pun berhamburan menuju kandang bebek, dan mulai menghitung sendiri-sendiri, tak kalah ributnya dengan bebek dalam kandang. Ketua kelas mengawasi tiap-tiap anak, dan menunggu satu per satu melaporkan jawabannya. Tapi dia sejak tadi tidak melihat Andri ikut berkerumun di situ, malah menghilang. Wah, Andri nih! Agak jengkel juga ketua kelas melihat ada murid yang nggak mau berkerumun di kandang. Dimana gerangan dia? Dia menoleh ke kanan ke kiri, mencari-cari. Tak lama Andri muncul dari kebun di balik rumah pak Desa, dan berlari-lari ke arah ketua kelas. Ketua kelas sudah terlanjur kesal, dia langsung bilang.

Ketua kelas : “Ndri, mengapa kamu tidak mengerjakan tugas Ibu guru? Malah main-main. Lihat saja, Ibu guru pasti marah ntar sama kamu” katanya sambil mencoret nama Andri dari daftar. Andri memperlambat langkahnya, dan nggak jadi ngomong ke ketua kelas. Dengan pelan dia pun kembali ke tempat Ibu guru, di mana hampir semua murid sudah berkumpul.

Sesudah semua melapor ke ketua kelas, semua murid kembali duduk di tempat Ibu guru menunggu, membentuk lingkaran. Ketua kelas menyerahkan laporannya, dan ibu guru membacanya. Jawabannya bermacam-macam. Yah, memang susah menghitung bebek dalam kandang, apalagi bebeknya bingung dan berlari-lari dalam kandang karena dikelilingin banyak orang.
Ada yang menjawab 32, 47, 63, 25, dan lain-lain. Nggak tau lagi mana jawaban yang benar. Murid-murid juga ribut sendiri dan jadi ragu-ragu waktu saling menceritakan pengalaman masing-masing menghitung bebek.

Ibu guru yang bijaksana melihat nama Andri dicoret, lalu dengan lembut bertanya pada Andri.
Ibu guru : “Andri, apakah kamu sudah mengerjakan tugas yang Ibu berikan?”
Andri : “Sudah, Bu. Tadi saya ke rumah pak Desa. Saya ketok pintu nggak ada orang, lalu saya ke kebun di belakang. Ternyata pak Desa lagi mencangkul di situ. Lalu saya bilang ke pak Desa tentang tugas belajar dari Ibu, dan menanyakan jumlah bebeknya. Pak Desa menjawab, semua ada 56, yang besar-besar ada 40 sedangkan yang masih kecil ada 16. Saya ke pak Desa karena Ibu tidak menyuruh ke kandang untuk menghitung, tapi Ibu hanya menanyakan berapa jumlah bebek di situ.”

“Hm..” Ibu guru tersenyum dan mengangguk-angguk, “Lalu kenapa tidak kamu jelaskan hal itu ke ketua kelas?”
“Karena ketua kelas melewatkan 1 pertanyaan…” Andri menjawab dengan pelan.
“Maksudnya ?” Ibu guru sudah memahami dari awal dan ingin Andri yang menjelaskankannya karena Andri yang mengalami kesalahpahaman ini.
“Ibu memberi tugas. Jadi pertanyaan pertama adalah, apakah saya sudah mengerjakan tugas. Jika belum, barulah pertanyaan kedua, mengapa saya tidak mengerjakan tugas. Jika jawabannya sudah, berarti pertanyaan kedua ini tidak diperlukan. Tetapi tadi ketua kelas langsung pada pertanyaan kedua, jadi bagaimana saya bisa menjawabnya karena sebetulnya pertanyaan itu tidak perlu ada ?”
Semua menjadi paham dengan permasalahannya, dan ketua kelas maju menyalami Andri.
“Maafkan aku ya Ndri, aku yang salah, sekarang aku paham.”
“Tidak apa-apa”, Andri tertawa senang karena semua sudah selesai.

Weleh…weleh..Andri ni kok pemikirannya bisa seperti itu sh, seperti bukan anak kecil. Umur berapa sih? He..he..heh namanya juga dongeng, sekedar bacaan ringan di waktu senggang..:D

30 komentar:

AntoK mengatakan...

ijin mengamankan pertamaxx

apakah ini cerita nyata heheh :D


Berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasih
Salam Blogger
:D

angger mengatakan...

kunjungan perdana sob,salam kenal
ditunggu kunjungan baliknya

catatan kecilku mengatakan...

Cerita yg bagus dg mengandung pelajaran berharga.
Salut tuk Andri deh...

Unknown mengatakan...

tuh namanya kecil2 tua. hehee

fey mengatakan...

wah.. bagus ne ceritanya...
andai semua anak indonesia seperti Andri..

Amdhas mengatakan...

andri,itu sebenarnya bukan pintar tapi cerdas...

anazkia mengatakan...

Yang bijak bukan Andri, yang pandai bukan Andri tapi, yang menulis cerita ini :)

None mengatakan...

tanya dulu dunk, baru memberi penilaian, ;)), keren juga, untung aku ngga disuruh itung tu bebek :D

ellysuryani mengatakan...

Kisah menarik. Si Andri pasti pintar dan bijak seperti itu karena sering bercengkrama/ngobrol sama Hendriawanz. Si Andri itu anak tetangga sebelahnya kan Hen, hehe. Becanda ya.

Lifestyle mengatakan...

walah ini anak umur brp sih ?? yg tua aja ga sampai mikir kayak gitu, klo gw dah gw tonjok aja tu ketua kelas wkwkw..

U-marr mengatakan...

hebat si andri bisa berpikir secerdik gitu.. :D
biissa ajja tuh bocah.. :D

Kristanto Wds mengatakan...

Kisah yang menarik.....
ada ya yang seperti ini...., ada saja dan bisa saja....

fai_cong mengatakan...

untungnya ketua kelas menyadari yah...
klu enggak bisa berantem tuh..
hahahha...

Ninda Rahadi mengatakan...

wah wah.... keren si adek ini, ngga kayak saya -__-"

Thariq mengatakan...

judgement...don't judge the book by it's cover...mungkin itu ya moral of the storynya..hehehe..

maaf nih baru dateng bro...setelah long wikend yang emang long...hehehe...

richo mengatakan...

wah selangkah lebih maju...... itu yg penting....

Anonim mengatakan...

Murid yg cerdik & pinter, besok gede mo jd apa nih andri pinter ??

buwel mengatakan...

weh ANDRI yang cerdas....

a-chen mengatakan...

biasanya turunan orang penting tuh si ANDRI... heheheh

REYGHA's mum mengatakan...

Yang bikin cerita ini pasti njlimet mumet mikirnya...pinter amat ya...

the others.... mengatakan...

Mas.., cuma mau lapor kalau tag-nya sudah aku kerjakan. Maaf banget ya kalau telat.. soalnya inet-ku error beberapa hari ini

Anonim mengatakan...

ada sesuatau yang hidup setiap u berposting,bang
da itu sangat blue suka
terima kasih
salam hangat dari blue

Unknown mengatakan...

met sore....bawain kue pisang.

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

sangat sarat akan makna...!

jangan keburu nggebuk orang karena sebuah pertanyaan dan tanpa investigasi!

Blogger Admin mengatakan...

hahaha akhirnya muncul juga jawaban atas kebingungan saya kemaren inspirasinya dari mana bang????

Dimas mengatakan...

kunjungan rutin aja deh malam2...

Elsa mengatakan...

hehhee...
pinter juga ya....

jadi ini masalah tata bahasa juga. hehehee

Rizkyzone mengatakan...

selamat sob atas award yg d dapatkan moga tambah sukses aja

bibit jabon mengatakan...

biarpun sekedar dongeng tapi sangat membangun BU'...

alumni darul amanah mengatakan...

tapi saya sangat berkesan dengan dongeng ini...