Jumat, 29 April 2011

Apa yang ingin dia teriakkan

Saat kami datang ke huntara (hunian sementara) itu, datanglah seorang bapak dengan menggendong anaknya, turut mengobrol tentang keadaan saat ini sambil menunggu hunian tetap. Di tengah-tengah obrolan, kok sepertinya anak yang digendongnya tidak banyak bergerak. Ahh..ternyata anaknya sudah diare sejak beberapa hari lalu. Ketika diperiksa, ternyata matanya cekung dan anaknya lemas. Awalnya tidak kelihatan karena posisi anak yang selalu menelungkup memeluk bapaknya. Atau lebih tepatnya terkulai dalam posisi menelungkup.

Bapaknya tampak biasa, demikian pula ibunya tampak biasa seolah tidak ada masalah. Ibunya sedang memasak air dengan kayu bakar di dapur, samping rumah. Ternyata bapak dan ibunya tidak menyadari bahwa anaknya yang diare terus-menerus sejak beberapa hari lalu itu, menderita dehidrasisekian lama. Anak tampak diam dan tenang bukan karena tidak membutuhkan pertolongan, tetapi karena sudah tak mampu bersuara dan bergerak untuk minta tolong.


Bukan yang ini sh, tp pasien satunya. Photo by Prasetio W.

Dengan segera, bapak dan ibunya diminta membawa air minum, kemudian dicampur oralit. Ketika oralit disendokkan ke mulut si anak, barulah terlihat betapa si anak menghisap habis setiap cairan oralit yang diberikan. Bahkan, kemudian tangan si anak turut memegang gelas dan mulutnya berusaha mendekat ke gelas, meminum air yang di gelas sementara tangan si bapak masih memegang sendok.

Syukurlah kondisi gawat itu tertangani. Ah, suatu pelajaran yang sangat berharga untuk mengenali lebih dekat kondisi seorang anak, apa yang sedang terjadi padanya, apa yang ingin dia teriakkan.

Rabu, 27 April 2011

Dek..

Telah gelap di sekeliling kita
Bersandarlah padaku
Biarkan kuusap keringat dan lusuh di dahimu
Pejamkanlah matamu
Biarkan aku yang menceritakan padamu
indahnya bintang-bintang di sana
senyum penuh kasih mereka kepada kita
Mengingatkan kita
Bahwa kita tak sendirian
Bahwa kita kan menemukan jalan