Minggu, 31 Januari 2010

Tidak berlebihan



“Berhentilah makan sebelum kenyang,” telah lama sekali nasehat itu kudengar, dan pada waktu itu terucap, yah, tak kuperhatikan, tak kuanggap penting, paling-paling masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tapi herannya, kok daun telinga ini seolah-olah melebar ketika mendengar pertama kalinya, berusaha menangkap kalimat itu sejelas-jelasnya, dan begitu masuk kepala, mendudukkannya di situ dan bukannya mendepaknya keluar lewat telinga sebelahnya. Lah, kok seolah-olah telinga satunya mengangguk-angguk setuju!

Ah...ternyata aku dapat menikmati kalimat itu di waktu-waktu sesudahnya. Kekenyangan itu menyusahkan. Perut sudah tidak dapat lagi merasakan lezatnya makanan, dimasak oleh koki hebat sekalipun. Permulaan makan sih terasa benar lezatnya, apalagi pas lapar saat itu. Tetapi ketika perut sudah penuh, semakin tidak peka terhadap kelezatan itu. Makin lama…makin lama…makin luntur, dan jika diperhatikan, pelan-pelan berganti dengan tuntutan untuk mengisi perut sepenuh-penuhnya. Nanti..lama-lama menyusup ketakutan, “Harus diisi sekarang…!!Besok mungkin sudah nggak ada lagi makanan.” Ketakutan semu, terpengaruh oleh bisikan jahat. Kalau sudah sampai sini, nyata benar jauh kita dari syukur. Nikmat dan syukur itu paling terasa ketika lapar itu hilang. Sesudahnya, jika diisi terus..bukannya kelezatan yang kita rasakan, tapi kesesakan dan makin sesak akibat penuhnya makanan.

Berlebihan itu tidak baik.

Selanjutnya anganku pun makin mengembang…ternyata ini tidak sebatas melingkupi makanan. Semakin kita merangkak di ranah “berkelebihan” semakin kita rentan untuk jatuh terhempas. Misal, orang yang lagi kesakitan hebat akibat kecelakaan lalulintas dan lagi ditolong warga, mungkin nggak ngerasa sedih banget waktu dompetnya jatuh di situ. Bandingkan dengan orang yang mulai serakah ngumpulin laba, rugi dikit aja kecewanya minta ampun! Contoh lain, orang yang mulai gila hormat, berpapasan dengannya harus membungkuk dalam-dalam, sekali aja ada yang waktu berpapasan tetap jalan biasa, geramnya minta ampun! Apa lagi ya? Hm….banyak lah pasti contoh-contoh lainnya di aktivitas sehari-hari.


Yah, kita makin merasakan syukur, makin menikmati kemurahan-Nya..sampai sebelum berlebihan. Ketika berlebihan, yang ada adalah kerakusan dan keserakahan.


---------------------------------------------------link gambar di atas


Catatan : Kemarin dapat award dari Richo, udah saya jemput dan saya pajang disini. Terima kasih, Bro. Kemudian, dari sono saya juga copas-kan "Bagi brotha n sista silahkan di ambil yah awardnya n silahkan di taburkan kembali...... thanks u." Jadi bagi sobat sekalian yang berminat, dipersilakan..


Sabtu, 30 Januari 2010

Catatanku istimewa

(...SEPULUH yang kedua. SEPULUH yang pertama ditulis tanggal 10.01.2010, telah diterbitkan sehari sesudahnya)



Dimana ya, kan kugantung catatan kehidupanku?
Ya, Semua tentangku, Tentang Duniaku, apakah sekedar coretanku, Catatan Iseng ku, atau mungkin catatan kisah yang menguras nafas dan nadiku.

Aku ingin Semua Tentang Keseharianku menjadi istimewa. Siapa yang akan menikmati itu, siapa yang membuat itu berarti, jika bukan aku sendiri? Ya, ketika apa yang kuperbuat tampak usang, tak berharga di luar sana, bagiku tetap berharga. Seperti ketika kucoretkan kata Nindalicious di kertas kecilku. Hhaa..apa itu? He..he..he gak ada kan di kamus? Ngawur kamu. Nulis-nulis nggak ada artinya. Georgetterox..! He?? Apa lagi ini? Ensiklopedia juga tidak memuat. Tapi aku tau artinya. Makanya kutulis. Cikrik de Kick ? Bepi? Siapa pula ini? He..he..he…Bingung ? Boleh kok bingung. Aku tau, ada kisah di balik kata-kata atau coretanku itu dan setiap kisah menyimpan berjuta makna. Dan selalu berujung senyum pada-Nya.

Jadi aku tak ingin sembarangan mencari tempat untuk menggantungkan segala catatanku. Catatanku istimewa. Walau sepotong kertas kecilpun, tetaplah itu tempat curhatku. A Place for My Thought. Karena catatanku istimewa, akupun ingin mencari tempat yang istimewa pula. Langit? Malam hari nanti sudah menjadi tempat untuk menggantung bintang. Awan? Selalu berarak, tak pernah diam. Aku ingin tempat yang tidak berarak, selalu ada di dekatku, siang dan malam. Ahh..aku ingat! Pohon mapple di tamanku! Tidak berarak, selalu ada di dekatku, siang maupun malam. Aku selalu bermimpi bisa berada di tengah-tengah pepohonan maple yang menguning. Kenapa tidak sekalian kuhiasi dengan catatanku..:)



------------------------------------------------------------- link gambar

Jumat, 29 Januari 2010

Percayalah..




Dingin
Begitu deras
Tajam menusuk kulit

Gelap
Terang sekejap
Memecah langit
Menggelegar robekkan telinga

Tetaplah bertahan sayang
Peluk diriku
Kurengkuh dirimu
Rekatkan wajahmu di dadaku
Resapkan rasa takutmu biarkan merasuk dalam diriku

Jangan menyerah sayang
Kita kan tetap teruskan langkah
Menembus malam
Usap air matamu
Kujanjikan
Esok kita kan menapak pelangi
...

Kamis, 28 Januari 2010

'Kalo ga mau sakit, jangan menyakiti’




Kalimat ini disodorkan oleh Yolizz waktu BW ke situ, dan tak terasa aku merenungkannya begitu lama. Aku turut terbawa dengan muatan dalam kalimat itu, kalimat yang mengiringi secara bertentangan dengan kejadian-kejadian yang mungkin kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika orang tidak mengindahkan kalimat itu, menyakiti kita, menyiksa kita, sewenang-wenang sama kita, pengin sekali rasanya, mereka celaka, mendapat musibah, kesusahan sehingga akhirnya bisa bilang,"Rasain, lu..!!" Pengin puas menyaksikan pembalasan. Dan pada kondisi seperti itu pula, pengin sekali menyatakan dengan mantap dan lantang, "Kalo ga mau sakit, jangan menyakiti!!" Pengin liat wajah mereka yang mengaduh, wajah yang dengan segala kekalahan mengakui bahwa melanggar kalimat itu benar-benar membuat mereka terjungkal. Dan bahwa kita yang menganut kalimat itu berdiri dengan gagah menikmati pembuktian atau manjurnya kalimat itu.

Namun keinginan kita itu kandas. Kenapa masih ada orang baik yang disakiti? Kenapa orang egois, orang yang mau enaknya sendiri, orang yang tega menginjak orang lain demi kepentingan sendiri, sepertinya malah hidup enak, bergelimang kenikmatan? Dimanakah keadilan? Dimanakah kemanjuran kalimat itu?

Apakah kalimat itu salah?
Menurutku, lebih tepatnya tidak sempurnya. Ada sisi lemahnya. Lemah karena tidak bisa memaksa orang untuk mentaatinya. Orang boleh memasukkan itu sebagai suatu prinsip bagi dirinya, tetapi tidak bisa memaksa orang lain juga harus berbuat hal yang sama. Jika orang memilih untuk menjadi egois, cari enaknya sendiri, tega menginjak orang lain demi kepentingan sendiri, maka orang lain tidak bisa memaksa untuk mengubah sifat atau karakter yang dipilih tsb.Seandainya terjadi kasus yang bersentuhan dengan hukum dan dia dihukum, tidak ada jaminan untuk bisa berubah sifatnya bahkan hingga masa hukuman berakhir.

Lemah apa lagi? Lemah karena bisa membuat kita memiliki emosi seperti di atas. Rasa ingin balas dendam, puas mereka celaka, dan sebaliknya, merasa kecewa jika mereka diampuni dan tidak mengalami konsekuensi atas apa yang mereka perbuat sehingga kita merasa itu tidak adil. Itulah keadilan di kaca mata kita.

Jadi harusnya bagaimana? Menurutku harus ada bekal yang mendasari penerimaan kalimat itu. Yaitu CINTA. (klise kah? jika iya, apakah kita sudah tamat memahaminya). Dengan lambaran cinta, maka ketika orang tidak mau memasukkan kalimat itu dalam dirinya, kita tidak akan terdorong untuk memaksa dan menuntut, dan dalam waktu bersamaan tetap meyakini dia akan berubah. Berbagai peristiwa telah kita saksikan, orang yang sering menyakiti orang lain, tidak berubah sifatnya dengan paksaan, bahkan dengan hukuman penjara sekalipun, namun menjadi berubah oleh karena cinta dari orang-orang yang disiksa dan disakitinya.

Dengan cinta pula kita tidak merasa kecewa ketika seseorang tidak sadar-sadar juga, tetap menyakiti. Telah ada pemahaman yang membuat kita tetap merasakan kesejukan bahwa keadilan itu bukan di kaca mata kita, tetapi ada di tangan Sang Bijaksana.

Dengan cinta pula, mungkin kita akan merasakan betul bagaimana kita memaafkan ketika orang yang menyakiti itu menerima kesengsaraan. Dalam satu acara di tv pernah kulihat ada ibu yang mencari-cari pembantunya yang telah diusirnya, karena menantunya yang memfitnah menjadi sakit, susah bicara, lumpuh sebelah. Aku berpikir, jika Sang Bijaksana menentukan itu terjadi pada sang menantu, dan waktunya telah ditetapkan, maka itu bukan karena sang pembantu berkata, "Ati-ati kamu ya, lihat saja nanti. Nah, sekarang terbukti kan yang ku bilang? Sekarang kamu sadar kan, siapa aku? Aku ini." Cukuplah sang pembantu melaksanakan kalimat itu, yang dilambari dengan cinta, sehingga dia tidak memikirkan tindakan balasan apa dan waktunya kapan. Pemahaman tentang keadilan milik Sang Bijaksana telah melebur dalam cinta. Dan Sang Bijaksana, sumber segala cinta, telah menegakkan keadilan itu dengan cara yang sempurna.

------------------------------------------------------------------------------------link gambar

Selasa, 26 Januari 2010

Jangan dikagetin



Sebenarnya ini kulihat sudah lama. Acara di tv. Lupa judulnya dan lupa stasiunnya, tapi memang nggak penting dan nggak pengin membahas judul atau stasiunnya. Yang penting di kejadiannya. Kalau nggak salah intinya mengagetkan orang, waktu itu dengan menyamar menjadi hantu. Tujuannya sih untuk humor, pelepas stres. Rasanya seru kan, kalau udah ketakutan setengah mati, lalu tiba2 kru muncul dan juga hantunya buka topeng ngasih tau itu bukan betulan, ujung2nya yang dibikin takut jadi lega, bisa ikutan ketawa..happy ending dah.

Harapannya.

Tapi tujuan untuk menyenangkan dan menghibur orang itu ternyata tidak selalu berhasil. Jadi acara yang kulihat waktu itu tempatnya di wc, atau tempat mandi/buang hajat umum. Ruangannya terbuka, tanpa atap, dinding bambu, dan orang yang datang harus bawa ember berisi air.

Orang-orang yang jadi sasaran untuk dikagetkan adalah orang-orang yang mau buang air besar. Rasanya nggak pas. Ah, sudahlah, bisa dibayangkan sendiri2 gimana jadinya kalau orang sudah ‘kebelet’ buang air besar, tiba2 dikagetkan seperti itu. Apa masih akan ada hasrat untuk BAB ? Padahal belum dikeluarkan. Sehatkah?

Dan kalau gak salah waktu itu ada ibu hamil yang mau BAB…
-------------------------------------link gambar

Senin, 25 Januari 2010

Hati-hati..!



Aduuh dek...!! Sebaiknya jangan. Bukankan bisa diletakkan di atas meja? Apapun alasannya, sebaiknya jangan digigit.
Seolah2 ingin aku berada di depan mereka dan mengatakan itu, begitu aku membaca koran tentang anak yang mengenakan jilbab sambil menggigit jarum pentul, kemudian jarum tertelan. Ini sudah kali kedua aku membaca berita serupa. Yang pertama jarum meluncur menyusuri saluran napas besar, saluran napas kecil dan akhirnya menancap di paru. Sering melihat jarum kan? Seberapa banyak yang lama-kelamaan menjadi berkarat? Bayangkan sebatang jarum yang menghuni paru. Sebutir nasi yang salah masuk (bukannya masuk ke saluran pencernaan, melainkan saluran pernapasan) saja menimbulkan refleks luar biasa untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Bersin, batuk sekeras-kerasnya, mata memerah basah seperti melotot, dan juga nyeri kepala tajam disertai pusing-pusing. Nah, ini jarum. Dibutuhkan suatu operasi besar, membuka rongga dada dan mengeluarkan jarum yang sudah menimbulkan luka dan infeksi tersebut.

Walaupun dijual terpisah, memang jilbab dan jarum pentul atau peniti sering terlihat akrab. Untuk yang pakae jilbab, mungkin lebih tau sh. Gimana rasanya mempersiapkan jarum pentul atau peniti dengan menggigit? Mungkin lebih praktis ya..., dekat, cepat dan mudah diambil daripada kalau diletakkan di atas meja. Lebih mantap lagi. Mungkin kepikiran juga pertama-tama, ngeri nh nggigit jarum. Tapi lama-kelamaan, sudah terbiasa dan akhirnya nyantai aja taruh itu jarum di antara gigi-gigi.

Tapi lihatlah. Kita ini manusia yang punya emosi, punya rasa kaget, punya refleks. Kalau jarum bisa sampai paru, dalam kondisi “sadar” gak mungkin. Kita punya saraf dan jalurnya sudah jelas. Input (saraf sensorik) --> otak (informasi diolah) --> aksi (saraf motorik). Ya misalnya kita melihat pacar kita dari jauh (input) --> gimana nih? (ada utang gak sama dia? Ini menentukan aksi) --> lari mendekat atau kabur (aksi). Tapi selain jalur “sadar” ini, kita punya jalur lain kan, “refleks”. Jalurnya input --> aksi. Otak belakangan. Misal lagi naik motor, kebetulan gak pakai helm, tiba2 ada benda kecil jatuh ke mata, otomatis kelopak mata menutup, mata terpejam. Sesudah itu baru tau kita baru aja memejamkan mata, dan sadar itu tadi kotoran burung. Kembali ke itu jarum. Saluran pencernaan dan saluran pernapasan kita berdampingan, yang pernapasan di sebelah depan. Di ujung atas, ada katup yang menutup jalan napas, jika kita lagi menelan sesuatu. Jadi kalau lagi menelan makanan, makanan itu gak akan salah masuk ke saluran pernapasan. Lah, itu kok bisa jarum yang digigit masuk ke paru? Ya refleks tadi. Kaget, kerja katup kacau.

Sekarang yok kita bicara masalah kaget. Orang yang mau bikin kaget gak mungkin dari depan, pastinya dari belakang. Sementara itu orang yang menggigit jarum atau peniti mana bisa dilihat dari belakang. Kalau yang mau bikin kaget tau target lagi menggigit jarum atau peniti, gak lah kalau dia mau meneruskan niatnya walaupun pengin banget ngasih surprise. Itu kalau orang. Bagaimana dengan kucing yang tiba2 melompat dari atas ngejar tikus atau berkelahi sesama kucing? Atau suara panci jatuh? Atau kilat waktu hujan? Apapun itu, jika mekanisme refleks aktif, kejadiannya ya seperti itu. Kok gak banyak? Siapa juga yang pengin banyak kejadian seperti itu? Memang setiap kegiatan ada risikonya. Tetapi jika kita mengetahui cara yang lebih aman, mengapa tidak kita pilih cara yang itu saja?

Minggu, 24 Januari 2010

Pengin nulis


Duuh..maap.. :(
Pengin nulis-nulis kemarin, tapi kok ya akhirnya lumayan banyak yang harus dikerjakan, buntutnya ya nggak jadi (ngomong2, kemarin idenya apa ya…hehehe).
Jumat malam lembur, nyusun materi untuk presentasi, nggak terasa sampai jam 4 dini hari, berarti sudah memasuki hari Sabtu (jangan dicontoh, kalau mau maju presentasi atau apa gitu, siapin aja jauh2 hari sebelumnya…Ini sih ngomong doang, lum bisa dipraktekkan semuanya, tapi dgn ngomong gini setidaknya aku juga gi nyemangatin diri-sendiri…ayoo..ayooo.. semangat..hehe). Tidur sebentar, jam 8.00 pagi, sudah mulai. Duuh, kalau maju pagi-pagi gini yang masalah tu cari makan pagi tu lho. Kantin belum buka. Yang biasa bawa makanan juga belum datang. Hmm, jadi ingat beberapa teman yang sering disiapin makanan sama istrinya dari rumah.


Habis presentasi, rencananya mau update data seminar, eh ternyata ada yang lebih mendesak lagi, entri data. Ya udah, kerjain ini dulu, jadi yang update ditunda. Ah, iya ada lagi yg ditunda, ngejar serum 1, phlebotomy 1. Kupikir entri data nggak lama, tapi ternyata bahan yang mau dimasukkan dari adik2 belum semuanya jadi, harus nunggu. Tidak datang bersamaan. Lagi pula, tidak teratur formatnya. Kerjakan dikit demi sedikit, sampai sekitar jam 5 sore baru selesai. Tapi masih duduk di depan komputer sampai jam 7 malam (wah, makan siang nggak ya kemarin tu…o iya, yang ada di kantin tinggal tahu guling).

Capek yang seperti ini kayaknya gak apa2 dh, tapi yg berikut ini nih: ada telp, katanya aku dicari. Bergegaslah aku ke depan, tapi ternyata ibu analis yang di situ tadi sudah menutup telponnya, bilang aku nggak ada. Kutanya darimana, bilang nggak tau sambil minta maaf. Ya, sudahlah aku maklum, karena aku seharian memang di ruang belakang. Tapi waktu kutanya keperluannya, ibu analis tadi sempat bilang mau diajak latihan. Nah, aku tau ni siapa yang nelpon. Ku telp balik, hp-nya nggak diangkat, wah sudah berangkat nh. Bener juga, sekitar 25 menit-an ada sms sudah nyampai dan dengan teman2 lain gi latihan. Ah, sudahlah, mungkin waktu lain aku masih bisa. Tapi malming tu lho. Ni terus terang malem yang gak kuinginkan. Ingin kujauhi. Lebih tepatnya lum waktunya bisa menikmatinya.

Sudahlah, sudah terlanjur keluar ruangan, kuputar motorku ke toko buku. Jangan salah, bukan kutu buku bacaan serius atau berbobot, komik aja…:p. Tapi lama2 nyerempet juga ke rak2 buku multimedia. Tenggelam di situ. Mpe lagu2 tanda toko mau tutup diputar.
Dah, singkatnya langsung balek. Ni Minggu, nglanjutin bikin2 ebook (iya, sebelum tidur, tadi malam masih sempat bikin2). Maksudnya desain-nya aja. Content, gak punya.
Yang punya content teman kita juga sh. Tp aku kasih tau di blog-nya, mb nya kayaknya gak baca comment-ku. Terlewat kali. Ya dah ta pasang di sini aja link-nya. Aku ambil content-nya dari A Place For My Thought. Maaf ya mb, ta comot beberapa puisinya. Lalu aku upload sini.

Duuh, kok rasanya aku lum bisa banyak berbuat sesuatu ya..

=============================================

Sambutlah



ahh
hhh…

ahahahaha
angkat wajahmu
angkat kelopak matamu
lihat langit dan awan seputih kapas berarak di atasmu
kembangkan tawamu

hiruplah dalam-dalam
bebaskan ruang nafasmu
lecutkan jeritmu
pancarkan deras biarkan basah pipimu

bernyanyilah
menarilah
sambut indah-Nya

kini pejamkan matamu
mengalirlah dan rasakanlah

masih sakitkah?

.....................................................................................................link gambar

Jumat, 22 Januari 2010

Met ultah mb Fanny

Hari ini terbersit di benakku, apa yang baru aja kualami, dan mau kutulis, tentang bersyukur. Tapi waktu BW, ternyata ada teman yang ultah. So, aku bikin2 lah kartu, sederhana sh, tapi daripada searching, aku mikir lama ntar downloadnya. Ini sih cari2 alasan, padahal males download aja..hahaha. Tapi memang hari ini pas moodnya bikin sendiri sh.Sapa sh teman yang ultah? Itu lho, Sang Cerpenis bercerita. Kemarin2 aku baca di bognya, orangnya bilang males kalau ultahnya diinget2, tapi di sini malah ta bilangin lagi..hahaha. Maaf ya mb, soalnya mau comment di situ kan nggak bisa memuat kartunya. Padahal aku juga nggak tau cara2 lain ngirim kartunya, ya sudah lewat sini aja (hahaha…jadul banget ya, hare gini gak tau cara ngirim, padahal orang2 lain kirim-terima-pasang award ja begitu mudahnya, bikin gini, bikin gitu, jadi deh). Atau akunya yg nggak tertarik dengan hal2 gitu? Tau ah.
Dah, yang penting dah dipasang.

Ultah tu bagiku terasa asing, dan nggak gitu akrab. Sejak dulu, banyak ultahku yang terlewat, teringat sesudah beberapa hari kemudian. Kadang aku mikir momen ultah telah dimaknai berat sebelah sebagai sebuah peristiwa matematis daripada peristiwa untuk kembali menyadari karya dan keagungan-Nya. Umur bagiku lebih dari sekedar matematik. Ketika berumur sekian, maka berarti tinggal sekian lah waktu di bumi. Begitukah ? Ketika seseorang berumur 70 tahun apakah dia merasa dua kali lipat lebih tua dari 35 tahun?

Akhirnya, seandainya Tuhan memberi kesempatan pada manusia untuk memilih dan mengambil keputusan untuk seterusnya, pada hari ultah, umur mau bergerak maju atau bergerak mundur, mana yang mau dipilih? Sepintas bergerak mundur enak, jadi lebih muda dari sebelumnya. Betulkah? Bagi yang umur puluhan, kembali ke masa belasan, lalu bergerak ke satuan, kembali menjadi anak2 dan bayi di antara orang2 atau bahkan keluarga sendiri yang bergerak semakin besar, semakin dewasa dan akhirnya menjadi kakek2-nenek2 sementara diri-sendiri kembali ke 5..4..3..2..1..dan akhirnya…Beruntungnya manusia, Dia begitu adil dan menyayangi umat-Nya. Kita bergerak dari bayi, anak, remaja, dewasa, tua merupakan karya agung-Nya.

Ahh, betapa kita hanya bisa bersyukur dan bersyukur, menjadi bagian dari karya-Nya, selalu ada makna indah dalam tiap titik perjalanan kita…dalam air mata sekalipun.

Kamis, 21 Januari 2010

Antara salah paham dan fitnah




Paling tidak ada dua kata menakutkan..hm mungkin lebih tepatnya aware terhadap kata itu, yaitu salah paham dan fitnah. Sebetulnya kata yang kedua, yaitu fitnah, termasuk salah paham juga. Tapi begitu kejamnya kata yang kedua itu sehingga tidak cukup sekedar menempatkannya di bawah payung kata pertama. Perlu ruang yang lebih besar lagi sehingga dapat tampil lebih jelas di depan mata kita dan kita dapat menyikapinya dengan tepat.

Baik bermusuhan dengan jahat, itu wajar. Baik bersahabat dengan baik, itu wajar. Tapi baik bermusuhan dengan baik, itu tidak cocok. Penjelasannya adalah salah paham atau fitnah.

Aku ngarang cerita lagi. Ada dua keluarga bertetangga. Rumah pertama ditempati seorang ibu sebut aja si A, seorang diri. Rumah kedua ditempati keluarga dengan 1 anak. Suatu hari si A mau keluar rumah, bekerja. Sudah sampai di halaman rumah, dia ingat bahwa kompor di dapur masih nyala. Dia liat di rumah sebelah, anak tetangganya, sebut saja anak itu si B, main2 di halaman dengan temannya, sebut aja si C, yang gak kenal sama si A. Karena udah kenal baik dengan si B, si A minta tolong si B untuk menjagakan barang bawaannya di mobil yang udah nyala mesinnya, sementara si A masuk rumah lagi untuk mematikan kompor.

Si B dan si C lari-lari ke mobil dan bersandar di jendela, menunggu si A. Nah, si C sempat melirik di jendela ada uang Rp 10.000,- lalu dia ambil dan cepat2 pamit ke si B dengan alasan sakit perut. Beberapa saat kemudian si A dah muncul, hanya liat si B. Waktu si A liat uangnya hilang, dia diam aja, dalam hati memaklumi, gak apa2 si A ngambil, kasihan karena mereka miskin, untuk cari makan aja susah, apalagi si B sudah sering mbantu di rumah kalau ada kerusakan, bagaimanapun dia anak baik, dan kalau mbantu selalu tulus. Jadi ngambil Rp 10.000,- untuk njagain mobil juga sangat cukup dibandingkan jika rumah kebakaran karena kompor. Padahal di sisi lain si B bener2 mbantu njagain mobil dengan tulus, seperti biasanya. Gak ada niat jahat.

Skenario lain, habis ngambil uang, si C bilang ke si B, eh kamu dipanggil ibu kamu. Si C cari2 alasan aja biar si B pergi. Waktu si A muncul, si A ngeliat uangnya hilang, tapi tetap gak mau tergesa2 ambil kesimpulan. Dia nanya ke si C, si B ada dimana. Tapi si C udah mempersiapkan jawaban, bahw si B tadi pinjam sebentar uang di mobil karena bener2 butuh dan titip minta maaf harus cepat2 pergi dengan tak lupa pada waktunya akan mengganti. Si A maklum kalau memang si B perlu itu untuk hal yang penting dan mendesak. Apalagi udah banyak mbantu di rumah, jadi gak dikembalikan juga gak apa2. Apalah arti Rp 10.000,- bagi dia jika dibandingkan pentingnya itu bagi si B.

Di waktu2 berikutnya si B dan si A tetap berhubungan baik, masing2 dengan prasangka yang baik seperti sebelum-sebelumnya. Tapi dengan pemahaman lain di mata si A, sesudah kejadian itu.

Salah paham…fitnah…..doa.

Rabu, 20 Januari 2010

Hari tlah berganti





Hari pun telah berganti
Kembali ku duduk di sini
Rumput makin tumbuh tinggi
Ilalang pun tak kalah untuk berebut tempat berpijak

Ya mereka memandangku
Kepala yang miring ke kiri
Sesekali miring ke kanan

Dengan pertanyaan polosnya mereka ungkapkan :
Ada apa denganmu ?
Mengapa dirimu begitu pucat ?
Rindukah pada kami ?

Demikianlah rumput dan ilalang bertanya padaku, dan kujawab sekenanya :
Tidak kok :). Kemarin hujan. Dan sekarang dingin...
Dustakah aku...

Lagi gak nyaman dengan Kaplan-Meier curve


Pernah dengar Kaplan-Meier curve? Pernah. Gak. Pernah. Gak. Pernah. Gak. Yah, terserah aja. Aku juga gak tau itu terkenal gak. Kalau suka dengan penelitian, analisis, telaah kritis, review, dan kegiatan ilmiah semacam itu, pastilah sering berurusan dengan tu kurva. Tapi kalau belum pernah dengar, bayangin aja orang-orang di mall turun ke lantai dasar pakae eskalator. Diumpamakan, lantai dasar tu sumbu X, eskalator itulah kurvanya.

Tapi hari ini aku lagi gak nyaman dengan tu kurva. Loh, mank napa? Dalam jurnal kesehatan, kurva ini banyak digunakan untuk menilai ketahanan hidup orang, misalnya penelitian tentang pasien jantung koroner. Ada 100 pasien dan pada semua pasien ini dilakukan penyambungan pembuluh darah. Kemudian dilakukan pengamatan selama jangka waktu tertentu katakanlah 5 tahun. Ntar ketahuan berapa yang masih survive dan berapa yang dah mati. Misalnya sesudah 5 tahun, ada 70 survive dan 30 mati. Kembali ke eskalator tadi, di puncak ada 100 orang, turun 1 tangga tinggal 90 orang, turun lagi tinggal 80…demikian seterusnya sampai dalam waktu yang ditentukan, ternyata tinggal 70 orang.


Buaanyak sekali kurva ini di jurnal-jurnal kesehatan. Jadi, banyak yang diteliti. Banyak juga yang meneliti. Kayaknya gak ada yang salah sh. Keluar dari ruang ilmiah kemarin, aku ke kantin. Sambil nunggu pesanan, aku mikir-mikir sendiri. Begitu sederhanakah hidup seseorang? Sejak titik w
aktu tertentu, kehidupannya diamati, dan sampai titik waktu berikutnya cuma mau diliat, mati gak ya tu orang? Udah mati dicatat, belum mati ya dicatat juga. Si orang itu dan dunianya menjadi kecil. Setiap jejak langkahnya selalu dalam pengawasan sepasang mata besar yang sorotnya menerangi jalan sampai ujung. Gak ada yang bisa disembunyikan. Segala sesuatu yang dilakukan manusia kecil itu gak ada artinya, gak ada yang istimewa bagi sorot mata itu. Jika manusia kecil itu mau bikin hiasan dinding, lukisan dari helai demi helai kelopak bunga yang dia kumpulkan dengan sabar dan teliti, menyusunnya dalam satu garis lengkung halus membentuk sebuah senyum untuk ditunjukkan pada sorot mata itu, tetap gak dipedulikan. Bagi sorot mata itu, hanya satu kata yang akan dia tulis di ujung waktu, hidup…atau mati. Titik.

Pastilah tidak seperti itu. Hidup kita amatlah istimewa. Penuh makna dalam tiap tawa, senyum, air mata maupun keringat. Di sisi lain, kurva itupun pastilah bermaksud baik, diciptakan oleh orang yang mencintai, menghargai, dan memaknai kehidupan. Jadi, hanyalah aku yang membutuhkan waktu untuk melihat kurva itu dengan lebih positif.

ASM PDS Patklin

Sejawat Yth.
Sehubungan dengan keterbatasan desain dalam penempatan informasi ini, kiranya mohon maklum. Namun demikian tidak mengurangi keutuhan informasi yang disampaikan. Annual Scientific Meeting (ASM) PDS Patklin menyelenggarakan SEMINAR SINDROMA METABOLIK . Sekiranya ada pertanyaan dapat disampaikan melalui kolom interaktif di bawah ini. Untuk gambar yang lebih jelas, silakan klik kanan --Open Link in New Window. Terima kasih.









Seminar Sindrom Metabolik: Aspek Laboratorium dan Penatalaksanaannya

Pendahuluan
Sindrom metabolik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sekelompok kelainan metabolik yang terdiri atas resistensi insulin, hipertensi, dislipidemi, obesitas sentral atau visceral, DM tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa dan percepatan terjadinya penyakit kardiovaskuler. Prevalensi sindrom metabolik bervariasi tergantung populasi, berkisar antara 8-24% untuk pria dan 7-46% untuk wanita sedangkan di Amerika diperkirakan terdapat pada 20% dari masyarakat Amerika dewasa. Keberadaan sindrom metabolik ini secara klinis meningkatkan risiko kelainan kardiovaskuler. Pada penelitian di Jawa Barat, Indonesia, peningkatan risiko mencapai 1.73 kali dari kelompok tanpa sindrom metabolik. Bukti secara epidemiologis juga mendukung hiperinsulinemi sebagai salah satu marker untuk risiko penyakit arteri koroner.
Mengingat tingginya risiko kesakitan dan kematian karena kondisi-kondisi penyerta pada sindrom metabolik, tatalaksana kuratif yang lebih mahal dengan keluaran kualitas hidup penderita kurang baik, maka upaya pencegahanlah yang sebaiknya dikedepankan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat serta kalangan medis tentang sindrom metabolik.
Dalam upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran inilah maka bagian Patologi Klinik FK UGM dan Instalasi Patologi Klinik RS dr. Sardjito dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2010 akan menyelenggarakan seminar “Sindrom Metabolik: Aspek Laboratorium dan Penatalaksanaannya”. Dalam seminar ini akan dibahas tentang seluk-beluk sindrom metabolik pada orang dewasa dan pencegahannya sejak usia dini (anak-anak), juga peran faktor gizi dalam upaya pencegahan sindrom metabolik serta aspek laboratorium yang berperan dalam skrining, diagnosis maupun pemantauan sindrom ini dengan penekanan pada berbagai parameter laboratorium yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya resistensi insulin.

Tujuan
Seminar ditujukan untuk memperoleh dan membahas informasi terkini tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi pemeriksaan, manajemen pasien sindrom metabolik yang ditekankan pada pencegahan penyakit serta kesempatan saling bertukar pengalaman dan kerjasama antar disiplin ilmu demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Sasaran
Acara ini diperuntukkan bagi dokter (umum, spesialis), paramedik, analis, mahasiswa, pemerhati laboratorium, laboratorium klinik, pemerhati endokrin dan umum. Peserta Seminar dibatasi 125 orang

Pelaksanaan Seminar
Sabtu, 06 Maret 2010Bertempat di Ruang Seminar Gedung Administrasi Pusat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Penyelenggara
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM dan Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Sekretariat
Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan no. 1, Sekip Utara Yogyakarta 55281,
telp. 0274 – 518687, 0274 - 7101124
Email: ppdspk_ugm@yahoo.com

Contact person
Theresia (hp. 0816 4897 239)
Erma (081328356986)
Yuli (08121592645)

Status
Akreditasi IDI

Biaya Pendaftaran
Dokter spesialis Rp. 150.000
Mahasiswa/Lain-lain Rp. 100.000
Biaya dapat ditransfer ke rekening 137-00-9901378-7 an. Umi S. Intansari, Bank Mandiri cabang RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Fasilitas
Seminar Kit
Sertifikat (Akreditasi IDI)
Snack dan makan siang

Seminar : 6 Maret 2010
Waktu
07.30 – 08.00 Pendaftaran
08.30 – 09.00 Pembukaan
09.00 – 09.15 Istirahat
Sesi I
09.15 – 09.45 Patogenesis Sindrom Metabolik Oleh : Prof. dr. Budi Mulyono., MM., SpPK(K)
09.45 – 10.15 Penatalaksanaan Sindrom Metabolik pada DewasaOleh : dr. Bowo Pramono., Sp.PD-KEMD
10.15 – 10.45 Peran Parameter Laboratorium pada Penatalaksanaan Sindrom Metabolik Oleh : dr. Windarwati, SpPK(K)
10.45 – 11.15 Diskusi
Sesi II
11.15 – 11.45 Peran Gizi pada Pencegahan Sindrom Metabolik Oleh : Dr.rer.Nat. dr. Istiti Kandarina
11.45 – 12.15 Peran Ghrelin pada Sindrom Metabolik Oleh : dr. E. Henny Herningtyas., MSi., Ph.D
12.15 – 12.45 Mengenai tanda-tanda dan Pencegahan Sindrom Metabolik sejak usia dini Oleh : dr. Suryono Yuda Patria., Ph.D., Sp.A
12.45 – 13.15 Diskusi
13.15 – 13.45 Ishoma
13.45 – 14.00 Penutupan


=======================================
Workshop Pemantapan Mutu Laboratorium (Diundur)

Latar Belakang :
Akhir-akhir ini, jumlah laboratorium klinik, berupa laboratorium klinik rumah sakit maupun laboratorium klinik swasta berkembang dengan sangat pesat di seluruh wilayah nusantara, baik di kota besar maupun di tingkat kabupaten, bahkan sampai tingkat kecamatan.
Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium klinik Rumah Sakit maupun laboratorium klinik swasta sangat perlu untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Fungsi laboratorium adalah melakukan analisa baik secara kuantitatif atau kualitatif terhadap spesimen berasal dari manusia. Selain itu laboratorium juga berperan sebagai pemeriksaan penyaring untuk untuk mengetahui adanya kelainan proses fisiologi, membantu pemilihan jenis tes serta penilaian hasilnya untuk menunjang dalam menegakkan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan terapi, memantau perjalanan penyakit, dan menentukan prognosis. Oleh karena itu hasil yang dikeluarkan suatu laboratorium harus teliti, tepat, cepat dan dapat dipercaya.
Tersedianya “reagen jadi” di pasaran menambah mudah dan cepatnya pelaksanaan pemeriksaan laboratorium. Meluasnya pemakaian alat otomatik juga meningkatkan kemampuan laboratorium dalam kuantitas pemeriksaan. Dengan meningkatnya pemakaian alat otomatik bukan berarti alat semi otomatik mulai ditinggalkan. Di laboratorium rumah sakit daerah, rumah sakit yang baru berkembang ataupun laboratorium klinik swasta sebagian besar masih menggunakan alat semi otomatik.
Sering sekali terjadi bahwa penemuan laboratorium tidak sesuai dengan diagnosa sementara dari klinisi dan timbullah pertanyaan: Sampai berapa jauh hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipercaya? Tuntutan akan mutu/validitas hasil pemeriksaan laboratorium yang baik tidak saja dari para dokter klinik tetapi juga langsung dari masyarakat. Tuntutan ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi personil laboratorium. Upaya yang nyata untuk menjawab tantangan ini adalah pelaksanaan program pemantapan mutu laboratorium.
Pemantapan mutu didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk memenuhi keinginan konsumen yang menuju pada kepuasan dan harapan pengguna jasa seperti dokter klinisi, tenaga medis lain, pasien serta orang lain yang membayar pada laboratorium.
Pemantapan mutu (quality control) suatu laboratorium meliputi beberapa aspek, yaitu pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal (PME) dan pengawasan terus menerus terhadap efisiensi laboratorium (surveillance of proficiency), sehingga data yang dihasilkan dan dikeluarkan oleh suatu laboratorium selalu teliti, tepat dan dapat dipercaya.
Pemantapan mutu internal dilakukan untuk mengetahui ketelitian (precision) dan ketepatan (accuracy) dari sistem pemeriksaan yang dipakai, sedangkan pemantapan mutu eksternal untuk membandingkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bersangkutan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium lain. Setiap laboratorium harus melakukan program pemantapan mutu internal di laboratorium masing-masing secara rutin setiap hari. Hasil PMI ini harus memberikan mutu hasil yang baik sebelum laboratorium tersebut membandingkan dirinya dengan laboratorium lain dalam suatu program PME.
Permasalahan yang terjadi di lapangan, apakah laboratorium klinik di laboratorium rumah sakit/klinik ataupun laboratorium klinik swasta telah yakin bahwa hasil pemeriksaan laboratorium yang dikeluarkan terjamin ketelitian dan keakuratannya? Apakah telah melakukan program pemantapan mutu dengan benar? Apakah menggunakan bahan kontrol yang baik? Apakah telah membuat sistem pencatatan/pelaporan serta evaluasi dengan baik dan benar?
Melihat pentingnya program pemantapan mutu laboratorium ini, Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM dan Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, akan mengadakan kegiatan Workshop Pemantapan Mutu Laboratorium Klinik, yang ditujukan untuk pekerja laboratorium klinik baik analis maupun dokter yang menjadi penanggung jawab maupun pemerhati laboratorium klinik.
Dalam workshop ini akan dibicarakan tentang konsep quality control, pra analitik pemantapan mutu internal, teknik quality control, aplikasi sistem pencatatan dan pengolahan serta evaluasi hasil pemantapan mutu internal. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini peserta dapat langsung mengaplikasikan materi yang didapat di laboratoriumnya masing-masing, sehingga hasil laboratorium yang dikeluarkan terjamin ketelitian, keakuratannya dan dapat dipercaya oleh pengguna jasa laboratorium.

Tujuan :
Diharapkan workshop dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pekerja laboratorium untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mengerti dan memahami implementasi konkrit dari quality control (QC) laboratorium secara benar/ konsisten termasuk juga aplikasi maupun evaluasi untuk continual improvement.Manfaat pemantapan mutu laboratorium sendiri adalah :
- Meningkatkan kualitas hasil peneriksaan laboratorium (presisi dan akurasi baik).
- Kepercayaan klinisi maupun para pengguna jasa laboratorium terhadap hasil laboratorium meningkat.
- Merupakan suatu metoda pengawasan yang efektif dilihat dari fungsi manajerial.
- Untuk melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh pengguna (konsumen) laboratorium karena sering dianggap tidak sesuai dengan gejala klinis.
- Meningkatkan moral personil laboratorium, yang pada gilirannya akan meningkatkan disiplin kerja.
- Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil sehingga tidak perlu ada duplo (pemeriksaan ulang)

Peserta Workshop :
Dokter penanggung jawab laboratorium (umum/spesialis), analis laboratorium, Residen, mahasiswa, pemerhati laboratorium klinik.Peserta workshop dibatasi 40 orang.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan :
Waktu : Kamis dan Jumat, 4 – 5 Maret 2010
Tempat : Inst. Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito dan Gd. Radioputro Lt.5, FK UGM

Penyelenggara :
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM dan Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Topik dan Pembicara
Acara Hari I
07.30 – 08.00 Registrasi
08.00 – 08.30 Pembukaan
08.30 – 08.55 Pemantapan Kualitas dalam Laboratorium Klinik Oleh: Prof. dr. Budi Mulyono, MM, SpPK(K)
08.55 – 09.20 Pemantapan Waktu Mutu Bidang Kimia Klinik Oleh: dr. Harjo Mulyono, SpPK(K)
09.20 – 09.45 Jenis – jenis kartu kontrol dan Aplikasi Westgard’s Rules Oleh : dr. Harjo Mulyono, SpPK(K)
09.45 – 10.15 Diskusi
10.15 – 10.40 Rehat kopi
10.40 – 11.05 Pemantapan Mutu Bidang Hematologi Klinik Oleh: dr. Setyawati, SpPK(K)
11.05 – 11.30 Pemantapan Mutu Urinalisis Oleh : dr. Windarwati, SpPK(K)
11.30 – 11.55 Pemantapan Mutu Bidang Mikrobiologi Klinik Oleh: dr. Kismardhani, M.Sc, SpPK(K)
11.55 – 12.30 Diskusi
12.30 – 13.30 Materi sponsor dan Makan siang

Acara Hari II
07.30 – 08.00 Registrasi
08.00 – 08.25 Pengantar : Prinsip Dasar Oleh : dr. Usi Sukorini, M.Kes, SpPK(K)
08.25 – 10.25 Skills : Quality control Kimia Klinik
10.25 – 10.45 Rehat kopi
10.45 – 12.00 Skills : Quality control Hematologi Klinik
12.00 – 13.30 ISHOMA
13.30 – 14.30 Skills : Quality control Urinalisa
14.30 – 15.30 Diskusi
Fasilitator :
dr. Harjo Mulyono, SpPK(K)
dr. Setyawati, SpPK(K)
dr. Windarwati, SpPK(K)
15.30 – 16.00 Penutupan

Biaya Pendaftaran :
Sebelum tanggal 20 Februari 2010 Rp. 1.000.000,00
Sesudah tanggal 20 Februari 2010 Rp. 1.100.000,00
Biaya dapat ditransfer ke rekening 137-00-9901378-7 an. Umi S. Intansari, Bank Mandiri Cabang RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Fasilitas
- Gratis mengikuti Seminar : Sindrom metabolik: aspek laboratorium dan penatalaksanaannya (Sabtu, 6 Maret 2010 di Fak. Kedokteran UGM Yogyakarta).
- Seminar Kit- Sertifikat (Akreditasi IDI)
- Snack dan makan siang

Informasi dan Pendaftaran Sekretariat Panitia :
- Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGMGedung Radiopoetro lantai 5, Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta
Contact person:
Yuli (E-mail. yulirahmi@yahoo.com)
Telp. 0274-7103748 (Hp. 08121592645)
- Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr Sardjito
Contact person:
Theresia, Telp dan faks. 0274-518687 (Hp. 08164897239)
Erma (Hp. 081328356986)
dr. Dwi Kurniawan (Hp.081392931509/E-mail: dwi_pkugm@yahoo.co.id)

SUSUNAN PANITIA
Pelindung :
Dekan FK UGM
Direktur RSUP Dr. Sardjito

Penasehat :
Prof. Dr. Budi Mulyono, SpPK(K), MM
Kepala Bagian Patologi Klinik FK UGM Yogyakarta
Kepala Instalasi Patologi Klinik RSUP Dr. Sardjito

Ketua : dr. Windarwati, SpPK(K)
Wakil Ketua : dr. Elizabeth Henny Herningtyas, MSi., Ph.D

Sekretaris :
dr. Tri Ratnaningsih, MKes, SpPK(K)
dr. Andaru Dahesihdewi M.Kes, SpPK(K)

Kesekretariatan :
Theresia Ismiyati, SE
Erma Susi Wahyuni
Yuli Rahmi Kusuma, ST

Bendahara :
dr. Umi Solekhah Intansari, M.Kes, SpPK(K)
Dwi Martanti, S.Psi

Seksi Acara :
dr. Kismardhani, M.Sc, SpPK(K)
dr. Dea Noviana dr. Ester Tri Rahayu

Seksi Ilmiah :
dr. Teguh Triyono, M.Kes, SpPK(K)
dr. Sri Tentrem, SpPK dr. Ira Puspitawati M.Kes
dr. Riswan HK

Seksi Perlengkapan :
dr. Mulyadi
dr. Arlan Prabowo
dr. Satria Purnama N
dr. Ardian

Seksi Dokumentasi, Publikasi, Dekorasi :
dr. Dwi Kurniawan
dr. Bambang Hendriawan
dr. Mohamad Rizki

Seksi Konsumsi :
dr. Noor Kamariah
dr. Yusnita
dr. Lucyana

Seminar Nasional Mikrobiologi

Sejawat Yth.
Sehubungan dengan keterbatasan desain dalam penempatan informasi ini, kiranya mohon maklum. Namun demikian tidak mengurangi keutuhan informasi yang disampaikan dan sekiranya ada pertanyaan dapat disampaikan melalui kolom interaktif di bawah ini. Untuk perbesaran gambar silakan klik kanan, Open in New Window. Terima kasih.

Selasa, 19 Januari 2010

Keempat-empatnya..




Pastilah dah banyak yang dengar tulisan-tulisan tentang 4 jenis manusia berdasarkan tau dan tidak taunya. Tapi sekarang aku gi mikir, kenapa harus dibagi ya? Manusia kan tidak begitu aja lahir langsung dapat label salah satu dari 4 jenis itu. Bahkan sampai sekarang pun kita bergelut dengan ke-4 nya. Jadi kupikir pembagian itu hanyalah semacam penyederhanaan untuk presentasi atau laporan atau yang sejenisnya, seperti halnya panitia pertunjukan seni mempresentasikan proposal bahwa nanti akan ada tiket VVIP, VIP, dan biasa, sedangkan dalam kenyataannya seseorang bisa aja beli yang manapun. Ketika beli tiket VIP lalu masuk ke tempat duduk VIP, baru lah dapat label penonton ‘VIP’.

Yah, just for refreshment, keempat jenis tu, manusia yang :
1.tau di taunya
2.tau di tidak taunya
3.tidak tau di taunya
4.tidak tau di tidak taunya

Maunya sih ke no 1 dan 2, tapi sempurnakah kita? Seseorang yang tau di taunya menjadikan dia mantap, tidak ragu-ragu, tenang, yakin, percaya diri bisa menempatkan diri di tempat yang semestinya, yang mana dengan itu orang lain merasa dihargai dan oleh karena itu juga timbul rasa segan dan menghargai.

Seseorang yang tau di tidak taunya juga sama, tetapi titik beratnya pada awareness, orang seperti itu aware terhadap sekelilingnya dan tidak sombong, tidak merasa hebat, menyadari dia memiliki kekurangan sekaligus tercermin adanya kekuatan untuk memperbaiki kekurangan itu. Tidak mudah. Sekedar menyadari kekurangan diri pun ada kalanya susah.

Tidak tau di taunya. Manusia memiliki masa lalu, pernah minder, pernah menyesal, terucap, “Mengapa…? Padahal….” Dalam kondisi seperti ini akan terasa benar makna kasih sayang dan kesabaran.

Tidak tau di tidak taunya. Sudah dibilangin, ngeyel. Merasa sudah pernah ikut satu pelatihan, ketika ikut pelatihan yang sama, gak pernah datang, kalaupun datang kerjaannya ngobrol sana-ngobrol sini sambil menerangkan ini itu ke teman-temannya, dianggapnya teman2 itu pendatang baru semua. Padahal …ternyata itu betul pelatihan yang sama, tetapi materinya bersifat lanjutan dari pelatihan sebelumnya, dengan tujuan pendalaman hal-hal yang lebih spesifik. Dan teman2 yang dianggapnya pendatang baru ternyata justru telah mendapat ilmu lebih dan memiliki pengalaman mengikuti pelatihan lebih banyak. Nah lo.

Sungguh beruntung aku diingatkan untuk introspeksi seperti ini…

Senin, 18 Januari 2010

Beda ...




Bahwa sifat, karakter orang berbeda2, bisa lah terlihat di tempat2 keramaian. Misal di tempat makan umum, kita duduk dengan cara gini, orang lain duduk dengan cara gitu, kita berpakaian gini, orang lain berpakaian gitu, de el el.

Ada orang yang pakaiannya bersih, ngomongnya gak kasar, duduk di tempat umum dengan kaki di bawah. Tapi ada juga orang yang pakaiannya, bukan gak mampu, tapi malas nyuci, cuek walaupun bau (toh bau badan sendiri), duduk di tempat umum dengan kaki di atas tempat duduk lainnya, seolah dunia milik sendiri. Menikmati kebebasan dengan sebebas-bebasnya. Gak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya.

Kalau orang yang pakaiannya rapi tadi ada di tempat kumpulan orang yang kedua, jadi menyolok. Aneh. Sebaliknya, orang kedua datang ke tempat yang formal misal kantor atau bank, belum masuk mungkin sudah didepak satpam. Bertamu aja sulit, apalagi kalau tujuannya ngelamar kerja, nol koma persen deh kemungkinan berhasilnya.

Tiap orang punya alasannya sendiri dalam kaitan dengan penampilan dirinya. Ada kebebasan penuh untuk menampilkan diri kita sesuai dengan apa yang kita inginkan, sesuai dengan apa yang kita pikirkan, sesuai dengan sifat dan kepribadian kita. Menjadi masalah ketika kita berhubungan dengan orang lain. Dan memang kita membutuhkan hubungan dengan orang lain, tidak mungkin hidup sendiri, ngajak omong patung. Pada saat itulah kita memberi ruang di pikiran kita untuk melihat bagaimana dia pengin dihargai. Dan itu juga terjadi sebaliknya di pihak dia.

Yang gak cocok jika kita sendiri nyaman dengan badan kita yang jarang mandi, pakaian ganti seminggu sekali tetapi kita pengin orang yang di depan kita tampil bersih, pakaian bersih, de el el…
Gambar diambil dari sini


====================================


Akankah …




Kakiku kecil
Telapakku ringan
Jarak langkahku tak panjang
Gerakku merambat

Masih gelap
Dingin
Tak tau kerikil dimana
Pun pecahan batu tajam

Tak jelas
Samar di sekelilingku
Meraba jalan
Hanya satu terang kecil di ujungku
Aku tak ingin berhenti di sini
Aku ingin terus
Kadang perih di ujung jariku

Jika aku sampai di sana…
Apakah engkau di sana…

Minggu, 17 Januari 2010

Ikhlas..?

Ikhlas…sulitkah?

Aku lagi merenung ini, dan memang ikhlas itu kadang sulit, sangat sulit dilakukan. Sering memang ini terucap di bibir. Berapa kali di radio atau tipi-tipi, terutama dalam acara rohani, ikhlas ini dikumandangkan. Tapi kenapa harus berkali-kali? Apakah tidak cukup satu kali? Yah, nyatanya memang gitu. Berkali-kali pun kita masih berusaha bergelut untuk memenangkan diri.

Aku membayangkan, ini karanganku sendiri, satu anak jalanan ketabrak mobil, nggak ada yang menolong. Mobil terus meluncur kencang. Terluka parah, patah tulang. Untuk membawa ke rumah sakit, orang mungkin masih mikir, nanti kalau ditanya siapa yang bertanggung jawab, terutama pembayarannya… lhah siapa? Kalau nganter aja nggak boleh? Kalau nganter berarti juga harus nanggung sampai korban keluar rumah sakit? Trus tiba-tiba ada yang nggak nggubris pertanyaan2 kayak gitu, dia, sebut aja si B, bawa tu si A ke rumah sakit. Bener, di situ dia ditanya ini-itu, termasuk siapa yang mbayar. Si B bilang, gak apa2, saya yang bayar. Si A mana tau proses itu, dia mengerang2 di ruang tindakan. Lagi pula kalau mikir2 sendiri, gak mungkin lah dia ke rumah sakit. Dari dulu kalau sakit juga memang gak ada pikiran ke rumah sakit. Takut mahal. Sekarang, pun ketika kepala berdarah, tulang patah, dia pun gak kepikiran ke sini. Mati? Lhah hidup pun dia bingung mau ngapain.

Singkat cerita, si A dioperasi, dan operasi berjalan baik. Selama perawatan di bangsal, dia masih bisa mikir dan menghitung berapa hari baring di situ, berapa piring makan yang sudah diantarkan. Tapi lebih dari itu, terutama tentang mbayar berapa, dia gak berani mikir. Dan pada hari yang ditentukan, dia boleh pulang. Maksudnya kembali ke tempat dia mangkal. Sampai saat begini pun, si B tetep ngurusi. Dia yang mbayarin biaya rumah sakit. Walaupun si B ini gak banyak cakap. Jarang juga ngobrol sama si A, tanya tentang kehidupan sehari2nya. Si B lebih banyak berbuat.

Biaya total jelas jutaan, tapi si B juga gak pernah ngasih tau ke si A. Dan si A juga gak tau kalau semua udah di bayarin si B. Waktu pulang, bukannya si A gak tau kalau di rumah sakit tu mbayar. Tapi dia mikirnya...mungkin rumah sakit lupa menagih karena pasien terlalu banyak. Dia was-was kalau suatu saat ditagih, mana berani ke tempat pembayaran, dan dia harap2 semoga si petugas rumah sakit terus lupa. Alhasil, dia gak kan pernah tau kalau biaya udah bener2 dibayar, udah bener2 lunas, oleh si B. Padahal, seandainya tau, beribu ucapan terima kasih pun kalau diitung dengan uang, tetap si B gak kan dapat ganti dari si A. Ini jauh dari mungkin akan keluar ucapan terima kasih dari si A, tau bahwa dia dibayarin aja gak.

Ikhlaskah si B dengan kondisi ini..? Kita manusia memang lemah dan harus banyak belajar..

Sabtu, 16 Januari 2010

Hombo Batu


Ini merupakan tradisi lompat batu di Nias. Jadi kalau liat promosi itu di tipi-tipi, ya di Nias lah tempatnya. Tepatnya di Bawomataluo, satu desa adat, yang meskipun untuk ke situ jalannya naik cukup dengan kemiringan cukup tinggi, desanya sendiri masih tinggi lagi. Jadi kalau sudah nyampai di daerah situ, masih harus naik tangga batu lagi, kayak candi…

Ya gitulah, kesanku desanya itu seperti candi hidup, lah gimana rumah-rumahnya adat semua, dan di situ ada satu rumah induk yang besar sekali, dengan tiang penyangga raksasa. Di pelataran utama bukan tanah, tapi ubin batu. Jumlah rumah warga di situ sudah tidak bisa ditambah lagi. Jadi suasana candi tapi masih ditinggali warga dengan aktivitas sehari-hari.

Kalau kita ke situ, sudah langsung ditawari Hombo Batu, maksudnya sebagai penonton, bukan pelompat :p ada sekitar 3 atau 4 pemuda yang dengan pakaian tradisional yang melompat. Waktu kita pas ke situ, ada 1 pemuda berpakaian jeans menawarkan Hombo Batu, eh ternyata dia juga yang pakai pakaian tradisional dan melompat.

Sayang, nggak ada yang mengatur harus mbayar berapa, jadi kalau diitung2, tiap pelompat kadang dapat Rp 50.000,- tapi di waktu lain naik jadi Rp 75.000,- . Coba kalau sudah dipertimbangkan berapa sih reward yang harus diberikan, kita bisa mempersiapkan. Belum lagi anak2 yang mengejar2 minta dagangannya dibeli, sudah beli, giliran anak yang lain juga minta…
Uangku terbatas sih…

Jumat, 15 Januari 2010

Soul


Di sinilah kita berdiri
Tlah lama ini terjadi sejak kita menyadari keberadaan ini
Menyeruak perlahan
Menggeliat mencari jawab atas kenapa dan mengapa
Dari mana dan akan kemana

Mencari dan mencari
Dalam ketakberdayaan di lingkup lorong waktu
Dalam ketakutan dan ketidaktahuan
Bagaimana bumi ini tlah menelan darah perang tak berkesudahan
Tlah memeluk bayi dan anak sekarat dalam penyakit dan kelaparan

Sejak perjalanan ini hingga nanti
Entahkah kita merangkak atau terbaring dalam pelukan
Hanya satu bekal yang kita miliki
Cinta

Kamis, 14 Januari 2010

7 Keajaiban



Dulu aku tau candi Borobudur termasuk 1 dari 7 Keajaiban Dunia. Maaf jika aku tak begitu banyak membaca, dan memang sekarang aku tak tau kriteria apa untuk masuk menjadi 7 Keajaiban Dunia. Lalu aku juga tak tau mengapa 7 dan bukan 8 atau 9 atau...LaLu siapa yang berhak menetapkan itu, dan sesudah terpilih apa dampaknya bagi yang bersangkutan ?Aku tau canti Borobudur dari dulu, tapi juga tidak begitu merasakan sebelum dan sesudah masuk Keajaiban Dunia, bahkan ketika Keajaiban Dunia sudah diganti.

Ahh, aku memang banyak tidak tau. Tapi yang kutau, jantungku hingga sekarang tetap berdetak, tak pernah mengeluh, itu keajaiban. Ginjalku membersihkan material yang tidak dibutuhkan dan bahkan membahayakan tubuh, aku bersyukur atas keajaiban itu. Ruang nafasku mengembang dan mengempis secara teratur, ini ajaib.

Pernahkah merasakan keajaiban dalam hari-harimu?

Rabu, 13 Januari 2010

Kelebihan dan Kekurangan


Pernahkah merasa iri? Akan kelebihan orang lain? Pernahkah merasa minder? Akan kekurangan dalam diri? Kerapuhan manusia begitu menyeluruh dalam tiap sendi kehidupan. Pun demikian kadang manusia tak berdaya menghentikan hasrat yang tak pernah puas, dan bukannya bersyukur. Mungkin tak sebentar dan juga tak jarang keraguan menerpa atas apa bergejolak dalam benak. Terombang-ambing dalam dahsyatnya gelombang pikiran buruk dan kuatnya terpaan badai bisikan sesat.

Mungkinkah rumput tetangga lebih hijau? Mungkinkah dengan bunga yang lebih berwarna-warni? Dengan kupu-kupu yang bersayap lebih indah? Mungkinkah di sana matahari bersinar lebih hangat ?

Calvino Inman di Rockwood, Tenessee, USA dan Rashida Khatoon di Patna, India. Mungkin tiada pernah menyangka kan menangis darah dalam hari-harinya. Keduanya menangis darah. Darah dalam arti yang sesungguhnya. Rashida menerima kedatangan warga yang menyemut tiada habis, warga yang memandangnya sebagai seorang dukun sakti, warga yang datang untuk mengharapkan kesembuhan. Calvino menjalani hidup yang terkucil, teman yang menjauh darinya, dengan tatapan mata yang berkata,”Itu penyakit yang menjijikkan..!! “ Keduanya tak menginginkan itu. Keduanya ingin bermain-main bersama teman-teman, bergaul, membaur, tiada beda. Mengalami siang yang sama. Malam yang sama. Menari di bumi yang sama.

Suatu kelebihan kah? Suatu kekurangan kah?

Selasa, 12 Januari 2010

Omasi do khömö

Hari ini mau ngetik, ternyata ada self assessment, ya udah ngikutin SA dulu, dan akhirnya malah keasyikan … tenggelam di dalamnya. Baru selesai nih.



Apa sih arti judul itu? Kalau dari Nias pasti tau lah. Waktu itu aku pas diberangkatkan ke Nias, di rumah sakit Gunungsitoli. Teman-teman di sana menyambut kami, 1 tim lengkap, dengan hangat. Pada hari pertama langsung berkeliling ke poli dan bangsal-bangsal, berkenalan dengan staf di sana. Pada saat itu aku dikasih tau salam di situ dengan berjabat tangan dan bilang “Omasi do khömö”.
Maka tanpa ragu aku berikan salam pada semua staf yang ada di situ sambil bilang “Omasi do khömö”, satu per satu. Tapi sekilas responnya tampak sedikit aneh, ada yang menahan tawa, tapi karena aku orang baru, mungkin cara ngomongnya yang aneh, gak apa-apa, pikirku.
Tapi lama-lama aku pengin juga tanya kenapa mereka tertawa, yang salah dimana supaya kuperbaiki. Jadi begitulah, sesudah ‘parade’ selesai, aku bertanya pada yang nganter. Apa yang salah dari ucapanku. Apa karena diucapkan dengan aksen Jogja sehingga kedengaran aneh. Atau ..?
Eh, ternyata dia njawabnya juga sambil tertawa, katanya nggak ada yang salah dengan itu semua. Yang salah adalah salam yang dipakai. Lho? Dia bilang “Omasi do khömö” itu artinya “Aku mencintaimu”. Alalala!! Jadi aku dikerjain nih? Mentang-mentang baru datang? Gerundel juga nh.
Cuma sebentar. Habis itu ikut ketawa. Iya, ya. Kenapa aku nggak tanya dulu apa itu artinya. Untungnya juga nggak ada yang marah.

Aku jadi ingat waktu ikut AMSC di Jakarta (kebetulan tuan rumahnya pas Indonesia), MC menghidupkan suasana dengan mengucapkan salam sesuai dengan bahasa dari masing-masing delegasi, tentu saja mereka sangat surprised. Termasuk kita yang dari sini juga. Kita yang tau pasti dia orang Indonesia, tetapi nggak nyangka,dia dengan fasih mengucapkan salam dengan seperti itu. Padahal banyak lho. Pertama sih dia menyapa kita dengan bahasa Indonesia. Tapi habis itu mulailah berturut-turut meluncur bahasa Jepang, Korea, Bangladesh, Hongkong, Thailand, Australia..mana lagi ya..lupa.

Yah, gitulah, kita memang harus berhati-hati berucap, mengerti apa arti kata atau kalimat yang kita ucapkan.

------------------------------------------------------------------------------
Intermezzo
SEPULUH tercipta sebagai bentuk apresiasi buat yang sering komentar di sini dan atau yang menjadi “SoBAtKu”.
Pengin bikin lagi, tapi nunggu 10 link baru lagi dari situ. Makasih buat “SoBAtKu” yang udah ngasih link, link itu sendirilah yang membentuk cerita.

Senin, 11 Januari 2010

SEPULUH

(………..ditulis tanggal 10 juga, tahun dua ribu 10 juga)


Ketika Sang Cerpenis bercerita, tanpa sadar kuangkat kepalaku dari mejaku, perlahan-lahan kugerakkan tanganku,yang semula sebagai bantal dahiku, kini tegak menopang daguku. Menikmati indahnya hari yang biasa kulakukan dengan memandang rumput dan pepohonan di taman di balik jendelaku, untuk kali ini saja kulewatkan demi mendengar sebuah cerita. Dan seolah jari-jemariku memiliki jiwa dan kemauan sendiri untuk bergerak dan meraih Catatan Kecilku. Guratan-demi guratan terus mengisi lembaran putih polos ini, menghantarkan kata-kata penuh makna yang terdengar di telingaku. Ya, Nuansa Pena telah tercipta sambung-menyambung di atas kertas ini, oleh kehausan akan cerita ini. Apa gerangan yang menarik bagiku, hingga ku rela mengabaikan semilirnya angin di sampingku? Cerita tentang apakah itu? Cerita tentang kehidupan. Life With Your Own Vision. Betapa aku pun merasa terangkat mendengar cerita ini. Telah lama ku tak mendengar orang menyapaku. Telah sekian jauh waktu berlalu ku tak merasakan orang menganggapku ada. Tak kuhitung lagi berapa kali bumi berputar hingga hari ini, melalui cerita ini, ku terhenyak dan menyadari bahwa aku masih memiliki arti.


“Maybe” aku orang yang salah menilai sekelilingku, namun itulah yang kupercayai. Suara di dalam sini yang kudengarkan. Siapa lagi yang kan mendengarkan suara di dalam sini jika bukan aku sendiri? Namun yang lebih penting, suara siapakah yang dapat kudengar jika di dalam diriku sendiri pun sudah tak kupercayai? Dan ketika suara dalam diriku mengatakan bahwa aku sendirian, ku percaya, di tengah-tengah kata-kata manis di luar sana. Kini ketika suara itu menggugahku untuk mendengarkan cerita ini, ku sadar memang telah lama inilah yang kucari. Bahwa tertinggalkan oleh begitu banyak sahabat bukan berarti tak layak untuk hidup dan memiliki cita-cita. Ku masih boleh untuk memiliki senyum yang terkembang. Ku percaya, suasana hati yang terangkat ini tak lepas dari cinta-Nya. Inikah “Cinta Yang Hakiki” ?


Untaian kata demi kata pun sampailah di batas akhir, ketika cerita usai. Kini, terisilah sudah, perasaan yang kurang setiap kali ku nikmati indahnya taman di tempatku. Ku berjalan dengan riang. Kusapa bunga yang mulai bermekaran menyambut matahari. Suara anak cendrawasih di ujung taman makin nyaring dan makin merdu terdengar. Love My Journey. Ketika kau telah menjadi seorang ayah, engkau dapat dengan mantap mengatakan, “My sons, bersyukur atas apa yg telah di berikan oleh-Nya. Segala ciptaan dan kejadian dapat merupakan rangkaian pesan-pesan kebaikan. Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang menciptakan.”

Oh ya, jika di lain waktu aku tak di ruanganku, mungkin aku ada di taman ini. Kadang berjalan di antara bebatuan. Atau cukup seperti sekarang ini. Duduk di sini.

Sabtu, 09 Januari 2010

Anak dan dewasa


Berat juga ngetik kalau pas lagi demam kayak gini. Dari tempat tidur sampai ke kursi komputer seperti merangkak aja.

Ku hidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi orang lain bagiku ...
(Agnes Monica)

Plok..plok..plok…plok…plok…plok..!!! Dan begitulah, suara pendukung salah satu artis cilik sesudah menyanyikan lagunya Agnes Monica. Bergemuruh, sorak-sorai tak henti-hentinya, seolah mau merubuhkan panggung. Kemudian disambung dengan pengantar dari MC, dan penilaian dari dewan juri. Pastinya itu pentas yang meriah, ramai, dengan ekspresi pendukung yang mungkin semi-kacau balau.

Hehh…kalau mengingat umur mereka, postur mereka, perkembangan jiwa mereka yang masih kecil, jadi sedih. Dengan sengaja digiring ke ranah orang dewasa. Bagaimana tidak, poin terpenting dalam satu penampilan, katanya penghayatan. Penjiwaan pada isi lagu. Mana ekspresinya?? Mungkin gitu komentar-komentar yang terluncur. Yang juara, yang terbaik, yang dielu-elukan, yang jadi kebanggaan mungkin keluarga artis yang mendampingi di panggung, pastinya yang paling menjiwai lagunya. Nah, sekarang kalau syairnya seperti di atas??

Anak bukan miniatur orang dewasa. Anak bukan orang dewasa dengan tubuh yang kecil. Anak adalah individu yang tumbuh dan berkembang. Mereka terus menerima input dari keluarga dan lingkungan, sekiranya itu mendatangkan aplaus, berarti itu baik. Tapi jika yang mereka lakukan mendatangkan respon negatif, berarti itu buruk. Sederhananya, begitulah anak berpikir, membedakan baik dan buruk. Mungkin ada juga yang mengatakan anak bagaikan kertas yang masih polos, putih, belum terisi apa-apa. Dalam kondisi begitu, mudah sekali menerima input sebagai nilai-nilai yang dia pegang di kemudian hari. Nggak bisa membayangkan juga, seandainya anak kecil sudah memiliki kekasih, lalu terlibat pertengkaran antara keduanya…lalu…lalu…

Jumat, 08 Januari 2010

Hoii...muinggiirr...!!


Kembali berita tentang kecelakaan tertabrak kereta api (KA). Apakah KA harus dilarang? Angkutan massal yang rel-nya sudah malang melintang di kepulauan kita, dibangun sejak jaman penjajahan? Pertanyaan yang tidak perlu jawaban.

Sudah pasti, kecelakaan melibatkan yang menabrak, KA, dan korbannya, apakah jalan, atau naik angkot. Sekarang mau liat dari sisi mana? KA? Tabrakan memang tidak akan terjadi kalau KA bisa nge-rem secara ekstrem kayak sepeda onthel, atau dihentikan Superman kayak di film-film, misalnya. Tapi seandainya Superman ada pun, toh dia domisili di Amrik sono.

Gak ada palang pintu? Memank kalau ada palang pintu, nggak ada yang bernapsu menyeberang? Berapa kali kita liat orang nyelonong aja, menerobos palang, apalagi kalau antrian panjang seperti ular. Mungkin ada juga sopir angkot yang nggak sabaran, haruskah menunggu korban dari penumpangnya baru terucap kata sesal dan tobat?

Jadi, harus mulai dari mana..?

Maaf, ilustrasinya adanya pesawat di Gibraltar airport, anggap aja kereta api...

Kamis, 07 Januari 2010

Awareness


Tentang translate. Ceritanya kan aku kemarin minta bantuan teman untuk translate artikel. Karena tu artikel dah ngendon lebih sekitar sebulanan di laci mejaku, gak pernah kusentuh, karena aku harus ngerjain sesuatu yang lebih penting, dan itu cukup menyita waktu. Kebetulan nih temanku ni seorang konsultan bahasa, dan sudah cukup sering komunikasi, walaupun lum pernah ketemu muka. Ya udah, ku minta tolong dia untuk ngerjain itu.

Nah, artikel selesai dan tanpa sadar aku bilang, “Wah, dah selesai ya Mbak, thank you banget. Kirimnya via email aja, and tolong nomer rekeningnya ya Mbak.” Tapi dia bilang kalau bisa transfer aja dulu.

Aku langsung tersadar : Eh, iya ya. Bukankah aku juga lum kenal dia? Kok enak-enaknya aja minta langsung dikirim, kayak ngomong dengan teman di sini aja. Di sini sih biasa kita saling bantu ini itu, tapi kan yang terjemahan ini lain, orangnya jauh, dan belum tentu juga kita menilai dia sama dengan dia menilai kita. Kalau aku jadi dia, mungkin juga aku akan mikir ni bener orang baik-baik nggak, jangan-jangan dah dikirim, gak bayar lagi.

Jadi ingat pentingnya awareness terutama di dunia kerja. Memiliki batas-batas tertentu dalam berinteraksi bukan berarti kita menurunkan penghargaan atau kepercayaan kepada dia di mata kita, namun menunjukkan penghargaan kita kepada tugas atau profesi di pundak kita. Beberapa waktu lalu pas sertijab direktur utama di rumah sakit, pejabat dirjen dari pusat juga menceritakan, istri pun tidak akan membaca atau menyensor surat-surat atau dokumen kerja.