Minggu, 02 Desember 2012

Masih

P -adamu ak memiliki rasa dan harap
A -kah kah angin bawa berita kesejukan tuk kita melangkah
T -ak tau seberapa dalam ini kan tersimpan
A -tau kah kini saat untuk beranjak..di atas semua ku percaya..
H -ati pasti bicara

Rabu, 02 Mei 2012

Spy Camera...Kamera Pengintai...Hidden Camera..


Jual Wireless Spy Camera...Jual Kamera Pengintai tanpa kabel, disamarkan dalam bentuk jam, penholder, jam, handphone..Spy camera store..Jual hidden camera..
Iklannya sudah populer..barangnya juga sudah ada..di Jogja pun mudah didapat, harga terjangkau..

Yup.."pisau" yang ditawarkan semakin tajam dan semakin murah...
Dalam cerita silat..pisau ataupun pedang yang merupakan senjata pusaka atau senjata dewa itu sangat sakti..akan menunggu tuannya datang..dan siapa saja yang mendekatinya tidak kan kuat apalagi memegangnya..selain tuannya.

Di kehidupan nyata "pisau" itu bisa dikuasai dan dimiliki oleh siapa saja.
Nah, apakah kita makin gembira pekerjaan memasak kita makin lancar..atau kita menjadi terpancing untuk berandai-andai, mencoba,  dan menggunakannya untuk selain memasak..?

Rabu, 18 April 2012

Kita kan slalu bersama

Kita telah melangkah sampai di sini sejauh ini
Tetaplah sandarkan dirimu di punggungku
Pejamkanlah matamu, peganglah mimpi milik kita berdua

Biarkan kuangkat dirimu
Kita kan tetap berjalan bersama, pelan-pelan
Sebentar lagi esok kan tiba
Sinar jingga di ufuk Timur kan menyambut kita
Dan menguatkan kita bahwa harapan kita tidak sia-sia

Minggu, 01 Januari 2012

Terompet naga emas



Lembaran ketiga. Yah, inilah yang ketiga kalinya, kembali aku mendapat kesempatan menulis di hari pertama tahun yang baru, sejak lahirnya blog ini.

Tahun telah berganti. Apakah yang kurasakan? Apakah yang kupikirkan?
Adakah kesunyian ? Adakah sepi di dalam sini? . Di tengah keramaian kota Yogyakarta? Yogyakarta, sedang ada kegiatan Pasar Malam Perayaan Sekaten 2011. Dengan kegiatan ini, maka hari-hari biasa pun tetap ramai. Apalagi sekarang (sebelum ini ditulis) malam Minggu. Bahkan, malam pergantian tahun.

Kembali anganku melayang. Begitu banyak yang bersorak-sorai, memainkan raungan motor yang menggelegar. Ada juga sekelompok pemuda yang menari di tepi jalan dengan beberapa speaker besar di belakangnya. Haruskah ada…adakah alasan kuat…untuk merasa sepi ketika tak bergabung dalam keramaian itu? Kupikir ..dan kujawab, “Tidak.” Dengan sadar kulihat dan kutahu, di antara gemerlap keramaian dan hingar-bingar semangat mereka untuk menikmati pergantian tahun, ada orang-orang yang tidak berada di situ. Mereka jaga malam di rumah sakit, jaga malam di pos-pos kesehatan dan pos lalu-lintas di sepanjang jalan. Ada yang tetap bertugas di daerahnya yang sangat terpencil. Ketika kuucapkan selamat tahun baru pada temanku di pedalaman Kalimantan, dia sedang menunggui pasien yang sakit. Tidak ada suasana terang-benderang nan meriah di situ. Sunyi. Sepi. Seperti hari-hari biasa.

Menurutku, menjadi tak berguna jika seseorang terjun dan berbaur di keramaian hanya karena ketakutan, merasa tertinggal dari orang-orang, merasa tidak akan memiliki cerita … jika tidak ikutan rame-rame...padahal waktu terus berjalan. Bagaikan orang yang ketinggalan kereta…tertinggal sendirian. Di sisi lain, menjadi tidak berguna juga ketika orang yang sedang bertugas berpikir, “Ah, rugi aku. Seharusnya aku bisa gabung.”

Kurenungkan, tidak ada yang harus dibedakan dengan kedua itu. Ketika seseorang makin menghayati, makin memaknai atas waktu yang diberikan baginya, makin memahami dirinya sendiri, makin mensyukuri atas kesempatan hidup yang dianugerahkan baginya, maka tidak perlu ada perbedaan itu. Menjadi orang yang meluncur di jalan, atau menjadi orang yang bertugas, tidak menjadi masalah. Semua tetap bermakna dan tidak sia-sia baginya, dan bukan ketakutan melainkan rasa syukur lah yang semakin bertambah.

Dengan semua itu, rasanya tak masalah ketika aku, walaupun tak harus meniup terompet, tetaplah kuhampiri rak terompet di tepi jalan…. sepasang suami-istri yang dengan sabar menunggui rak kecilnya, si ibu agak tergesa menyiapkan hamparan plastik besar karena gerimis, sedangkan si ayah sedang menemani anaknya yang sedang belajar membuat terompet. Terompet berwarna kuning keemasan, kusebut saja terompet naga emas. Aku mempunyai, tetapi tak harus kubawa berpawai sambil kutiup kesana-kemari. Seolah ingin kukatakan bahwa bukan keramaian, tetapi hati lah yang berbicara tentang makna waktu yang berjalan melintasi tahun.

Makna yang kudapat saat ini…ingin tetap kukatakan padamu, di atas segala keyakinanku padamu bahwa engkau tahu dan merasakan juga saat ini walaupun kita belum bertemu…..”Aku mencintaimu”.