Rabu, 24 Maret 2010

Waktu dan tempat duduk

Membaca comment yang kemarin, cukup banyak variasi. Tapi apapun itu, terima kasih sobat, telah berkunjung dan membaca hingga selesai. Perenungan itu memang ada, dan aku benar-benar mengalaminya. Sungguh sangat berat waktu itu. Tapi bersyukur atas semua yang kudapat.

Perenungan untuk hari ini, kudapat dari kejadian barusan. Tadi ada kuliah tamu dari Dr Jeike Biewenga dari Vrije Universiteit Amsterdam. Waktunya jam 13.30 WIB. Kupastikan, datang sebelum jam itu. Sampai di sana, kok sepi? Jangan-jangan salah informasi? Ternyata tidak, memang ada kuliah di situ, cuma belum mulai.
Singkat cerita, akhirnya kuliah dimulai. Aku tidak tahu apakah tepat waktu atau tidak, tetapi yang jelas, di tengah-tengah kuliah, yang datang terus mengalir. Dalam beberapa kesempatan moderator mempersilakan hadirin pindah tempat duduk di muka.
Jadi, 2 hal itu. Waktu kedatangan dan lokasi duduk di belakang.
Sebetulnya, ini satu kesalahan, atau memang seharusnya begitu?
Yang berpendapat ini kesalahan, tentu berpikir bahwa di undangan sudah ditulis waktu, dan itu untuk ditepati. Lalu duduk di muka dengan tujuan supaya bisa lebih jelas mendengarkan. Tetapi bagi yang berpendapat lain, tentu berpikir, memang betul di undangan dituliskan waktunya, tetapi harus menjaga sopan-santun, tidak baik kalau langsung datang, nanti dikira rakus. Juga tidak sopan duduk di depan, itu jatah bagi orang-orang penting, yang mungkin datang sesudah kita.
Bagaimanakah sebaiknya?

Apakah di sekeliling sobat sering terjadi acara atau kegiatan yang waktu mulainya juga "molor"?

Mengapa-Karena

Mengapa ada kata"mengapa"? Karena untuk menindaklanjuti kata "karena".
Mengapa ada kata "karena"? Karena untuk menjawab kata "mengapa".
Di antara 2 pertanyaan di atas, manakah yang dipilih? Manakah yang lebih dulu?

Agak rumit kah :)
Sekedar perenungan sederhana dari kejadian yang kita jumpai, bahkan sering, dalam kehidupan sehari-hari.
Berapa kali kita melihat seorang anak kecil bertanya kepada ibunya, "Mengapa...,Ma?". Lalu ibunya menjawab, "Karena...,sayang." Si anak mengangguk-angguk. Beberapa saat kemudian, si anak bertanya lagi berdasarkan jawaban ibunya, "Mengapa...,Ma?". Lalu si ibu menjawab lagi, "Karena...,sayang." Demikian seterusnya, aliran pertanyaan yang seperti tak pernah berhenti meluncur dari bibir si anak. Dan makin lama, si ibu menjadi kerepotan menjawab. Mungkin sampai tidak tahu jawabannya. Ada kan di acara tv, orang tua dan anak diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan, yang dalam beberapa kesempatan justru anak yang bisa menjawab. Kembali ke tadi, berapa kali mungkin menjadi topik ngobrol ketika para ibu sedang berkumpul dan saling curhat tentang anaknya, "Wah, gimana ya anakku aktif banget, apa-apa ditanyakan. Dan kalau bertanya seperti tak pernah habis." LEbih rumit lagi kalau anak bertanya tentang hal-hal tertentu yang membuat orang tua berpikir, pantas nggak ya dijawab sekarang atau nunggu dia besar nanti?

Yang kadang tidak disadari adalah, pertanyaan "mengapa" yang terus-menerus itu juga dialami oleh orang dewasa, tentunya tentang hal-hal yang lebih kompleks lagi. Apalagi ketika sedang mengalami sesuatu. MEngapa..mengapa..dan mengapa..?
Rangkaian kata "karena..karena..dan karena.." telah meluncur dari bibir para sahabat yang berusaha menghibur. Namun belum tentu itu memuaskan. Akan timbul lagi "mengapa".

"Mengapa-Karena" terus terlintas bagaikan roda yang berputar makin cepat, makin panas, berasap...mungkinkah terlupa untuk menarik napas ?
"Mengapa-Karena" merupakan bagian dari udara kehidupan yang kita hirup, pemicu semangat untuk mencari makna...dan dalam perputaran roda ini, di titik akhir kehidupan aku ingin memegang "karena". Dan itu milikku.

---------------------------------
Maaf ya teman-teman, jika ada yang berkomentar, "bingung..." yang jelas tidak bermaksud membuat bingung kok. Anyway, terima kasih buat mb inuel, yang telah membantu menambah artikel ini, ketika aku membaca komentarnya :

"aku juga ingin memegang karena saat akhir hidupku, karena itu milikku, aku ngerti mas, kalo aku masih megaqng mengapa, mungkin aku akan terus bertanya dan bertanya :) "

Terima kasih buat sobat semua yang telah mampir dan membubuhkan komentar.

Senin, 22 Maret 2010

Saat yang baik

Sepertinya ini adalah hari-hari dimana banyak yang mendapat kegembiraan. Pas BW, ada sobat menapaki tahun ke-3 pernikahanku, yang punya blog Mencoba menulis (tebak, siapa tuh..hehe).Demikian juga ternyata Pak Eka, beliau juga sedang bergembira. Rasanya jadi turut gembira. Kok ya pas juga gi seneng bikin-bikin. Hanya ini yang bisa kubuat.


Kemudian buat Pak Guru di Cerita Tugu




Yang berikut, aku malahan yang dpt award..hehe. Dari mb Fanda. Trims mb, ini sudah langsung kupajang .

Gado-gado..

Belum lama bagian di tempatku ikut berpartisipasi lomba koor dalam rangka dies. Kalau ditanya satu per satu orangnya, “Ada waktu nggak buat latihan ?” mungkin semua akan menjawab “Nggak”. Tapi inilah dinamika berada di institusi. Memang semua ada urusan, dan tentu bukan tidak penting. Tetapi dengan adanya peran dari para dosen senior, bisa terkumpul. Pas lomba, segala aspek yang dinilai juri, kita nggak tahu. Pokoknya maju, selesai. Ada hasilnya juga :)

---------------------------------------------
Buat Anyin, met ultah ya, blog-nya. Terlambat mbaca postingan di situ, terlambat bikin kartunya. .hehehe. Dari susunan template-nya menunjukkan pemiliknya care sama blog-nya. Nggak ada tu di template standar, menu di antara judul blog dan postingan. Header, Body, udah modif banget, jadi ni yang punya udah mahir XHTML- CSS. Trus kalimat-kalimat di postingannya mengalir. Jalan untuk apa yang diimpikan sudah makin terbuka bukan?

---------------------------------------------------

Ohya untuk postingan kemarin, tentang “Sehat itu..”, itu sudah agak lama. Tepatnya di Sangatta, nggak nyampai Tenggarong. Salam buat sobat blogger di Tenggarong.
Kalau yang kemarin nggak kelihatan, karena ada yang harus dilewati. Gado-gado yang postingan kali ini :) Apapun itu yg ingin ku-share-kan adalah dengan bersyukur, yg terasa berat jadi lebih ringan, dan akan menjadi makin baik. Buat sobat-sobat sekalian, thanks.

--------------------------------------------------
Eh, pas BW ada lagi sobat yang ultah, Kamilla. kebetulan pas bikin-bikin, jadi sekalian.

Jumat, 19 Maret 2010

Sehat itu...

Sehat tu sangat berharga. Tul nggak. Ini pas tugas di Kalimantan, di ruang ini tim kumpul pertama kali begitu menginjakkan kaki di bumi Kalimantan. Waktu di bandara di Balikpapan sih masih siang, tapi nunggu rekan dari Makasar. Trus perjalanan darat sampai di Kutai. Nyampai di sana sudah tengah malam, langsung kumpul di ruang itu. Disambut nasi kotak. Aku masuk agak akhir, teman2 sudah makan, aku langsung ambil nasi kotak. Makan malam. Sambil mendengarkan teman kiri-kanan ngobrol kesana-kemari.
Di akhir-akhir makan malam, sesudah kurasa-rasakan kok agak lain ya makanannya.

“Eh, kok rasanya agak asam ? Memang masakan khas di sini gitu ya?” aku nyeletuk. Lah kok sepertinya teman2 di situ kompak menjawab.
“Iya mas, memang rasanya kayak gitu…”
Ya udah, istirahat malam sesudah pertemuan singkat.

Paginya, ada nasi kotak lagi untuk makan pagi. Lah! Ternyata rasanya nggak asam kayak yang tadi malam. Berarti memang yang tadi malam tu sudah agak kadaluarsa ya! Dan aku pun ‘mengumumkan’ perbedaan itu pada mereka-mereka yang tadi malam. Lho…? Jadi..? Kok..? dan pertanyaan sejenisnya meluncur dari mulutku.

“Habis, kan sudah terlanjur dimakan mas. Jadi mau menjawab gimana lagi..” kata mereka seakan tak ada pilihan. Heheh..ngerti..ngerti jalan pikiran teman2. Fffiuuhh..! Nhah..tau nggak kejadiannya terulang lagi. Hari keberapa ya itu aku lupa. Pagi-pagi ambil kotak, dan rame-rame makan pagi. Sudah hampir habis, tiba-tiba temenku Steve (yang di foto tu)..ya..kalau nggak salah Steve yang bilang.
“Lhoh mas, kok itu yang dimakan? Itu kan kotak tadi malam..”
“Hhah! Kok nggak bilang-bilang??”
“Wah, sori mas aku juga nggak memperhatikan , tadi kupikir semua makanan sama. Dan memang harus sama karena 1 menu. Tapi waktu kulihat tempatnya mas kok beda. Dan aku ingat itu menu malam.”
Ternyata kotak makan malam ditempatkan di dekat kotak makan pagi, padahal sama-sama putih.

Apakah karena makanannya yang belum begitu basi, daya tahan tubuhku lebih kuat, atau aku tidak tahu semua itu dan dalam pikiranku makanannya baik-baik saja….entahlah, tapi yang jelas aku bersyukur karena aku pun juga baik-baik saja. Apakah makanan, tubuh, pikiran yang lebih berpengaruh waktu itu, yang jelas tetap tak lepas dari perlindungan-Nya.

Jika pernah sakit, apalagi mpe beberapa hari, pasti merasakan betapa berharganya sehat itu…heheh.

------------------------------------------
Ohya buat Elsa, tksh sekali udah bikin tag-nya, dua sekaligus lagi..nggak nyangka. Ini sebagai apresiasi, maaf sederhana banget.

Thanks once again :D

Buat Ajeng's blog, tksh sudah membagi-bagi award, mengucapkan selamat, semoga blognya makin berkembang dan makin banyak orang yang mendapat kebaikan.

Rabu, 10 Maret 2010

Sesama tukang potong

Sudah sekian lama tidak potong rambut. Sudah gondrong. Dan sudah ada yang 'berteriak'. Masih jadi murid tidak boleh nakal..heheh.
Sore sudah agak petang ke tukang potong. Rambut lagi dipotong, cuaca mendung. Makin gelap. Hujan tercurah. Tukang potongnya harap-harap cemas. Akhirnya selesai juga. Giliran terakhir adalah sesama tukang potong. Pas di tengah-tengah, yang dikhawatirkan terjadilah. Pettt! Lampu mati.
"Waaaa...." hampir serentak yang ada di dalam situ.
"Dah, yang samping kiri besok aja ya," kata tukang potong nyantai. Yang dipotong ngomel2 sebentar, masa' potong rambut sisi kanan dulu, yang kiri besok. Tapi apa daya, gelap dan pakai cukur listrik lagi. Lagian sesama teman, besok juga kerja, ketemu lagi.
Lama belum reda, sudah mulai meriang, nggak enak badan, ya sudah, dikuatkan menembus hujan.

Selasa, 09 Maret 2010

grasp



i wanna grasp your hand...

Senin, 08 Maret 2010

Aturannya berbeda-beda

Indra melamar kerja di "Doni's Restaurant". Untuk seleksi, mengerjakan soal pilihan. Kalau di soal-soal ujian biasanya pilihan jawaban A, B, C, D, E, maka di sini hanya A, B.
Ada 10 soal, dan Indra yakin sekali dapat nilai sempurna, karena dia tahu semua jawabannya.
Pada hari pengumuman, dia pergi ke papan pengumuman di resto tersebut.

Terkejut dia, namanya ada di urutan terakhir dari 6 pelamar, dan disitu tertulis nilainya 0 (nol). Dia pun menghadap pemiliki resto, pak Doni, dan protes, jangan2 salah cetak.
" Pak, saya merasa bisa menjawab semua soal di situ, kenapa malah nilainya 0, padahal seharusnya 10. Bahkan soalnya cukup mudah bagi saya, sehingga saya keluar paling cepat di antara semua pelamar."

Pak Doni pun mengulurkan kembali berkas soal kepada Indra.
"Nah, coba Saudara baca salah satu soal saja, mana kira-kira jawaban yang menurut menurut Saudara benar, tetapi disalahkan."

Indra pun membaca salah satu soal, nomor 8.
"Siapakah pemilik restoran ini? Jawaban, A. Pak Dona. B. Pak Doni. Saya yakin, seyakin-yakinnya bahwa saya menjawab B. Apakah ini salah, Pak? Saya yakin ini benar. Bahkan kalaupun ini salah, setidaknya saya dapat nilai 9."

Pak Doni pun menjawab dengan tenang.
"Iya, memang benar. Pemilik restoran ini saya. Nah, sekarang sudahkah Saudara baca petunjuk menjawab soal sebelum mengerjakannya?"

Indra terdiam sejenak, lalu dia mulai membaca di bagian atas: Bacalah baik-baik. Dalam tiap soal tersedia 2 jawaban, A dan B. Coretlah A atau B, jawaban yang salah.
"Ahh!" Indra tertegun. Dia memang tidak membaca aturan itu, karena disangkanya mengerjakan soal ya seperti soal-soal yang biasa dikerjakannya, memberi tanda (X) jawaban yang benar. Tidak di sangka aturannya beda. Yah, sesuatu nampak sama, tetapi aturannya bisa berbeda. Ternyata selain tahu barangnya, ada baiknya tahu aturan pakainya.

Terinspirasi oleh kebiasaan minum obat yang salah, asal 3x1 sehari.


Berita lengkap diambil dari sini.

Sabtu, 06 Maret 2010

5 ekor merak

Raja memerintahkan kedua putranya, Radit dan Raditya untuk membangun taman yang indah di dua tempat yang berbeda. Keduanya bersemangat sekali, dan tentu tak lupa membawa satwa kebanggaan kerajaan, yaitu merak untuk mengisi dan menambah keindahan taman. Masing-masing diminta membawa 5 ekor.

Pada hari keberangkatan, Radit dan Raditya menghadap sang raja untuk berpamitan.
Di belakang Radit telah terkumpul 5 ekor burung merak yang mengepakkan sayapnya dengan indahnya.

Sang raja bertanya kepada Radit, “ Mengapa engkau memilih yang itu anakku ?” sambil menunjuk kumpulan burung merak yang akan dibawa Radit.

“Ananda suka sekali dengan keindahan sayapnya, Ayah. Ananda sengaja menunggu waktu mereka mengepakkan sayap ekornya, dan Ananda memilih 5 ekor yang paling indah.”

Sang raja kemudian beralih pada Raditya. Di belakang Raditya hanya ada 2 burung merak yang mengepak dengan indah, yang 3 tampak kecil, ekornya pendek-pendek, tidak pernah dikepakkan. Melihat ekor begitu, kalaupun dikepakkan juga gak akan bagus mungkin.

Setelah melihat itu, sang raja menulis sesuatu di secarik kertas.
“Nah, anak-anakku, bekerjalah dengan giat. Untuk Radit, jika mengalami kesukaran, jangan buru-buru pulang untuk bertanya pada Ayah, melainkan bacalah surat ini terlebih dahulu”, kata sang raja sambil mengulurkan kertas yang ditulisnya tadi kepada Radit.

Dan benar, setahun kemudian Radit mulai susah, bingung dengan merak-meraknya.
Sobat, pasti sudah bisa menebak apa yang membuat Radit susah. Tak sabar, Radit mulai membuka surat tersebut, karena tergesa-gesa, dipegangnya terbalik.



Maaf sobat, repot ya membacanya :) Saya juga tadi sampai miring-miring, menjungkirkan kepala, karena ingin membaca ulang ini..


Gambar diambi dari sini.


Yang ini diambi dari sini.

**********************************************

Kemarin pas BW, ada sobat yang ultah. Dan juga mampir di sini, thanks sobat. Just a simple card to say happy birthday to you.

Jumat, 05 Maret 2010

Beda dikit

Cerita sangat disederhanakan, pura-puranya harga berlian hanya ditentukan oleh berat, dan bukannya 5C .

Alkisah harga berlian lagi turun, 1 gram = Rp 10 juta. Si Anton sedang berbisnis dengan rekannya, Sugi, dia mau menukar mobilnya yang berharga Rp 100 juta dengan berlian kepunyaan Sugi.
Anton lagi di makan siang di resto cepat saji ketika melihat berita bahwa harga berlian turun. Buru-buru dia mengirim sms ke supirnya, Budi.

"Bud, tolong bawa mobil ke toko berliannya Sugi, tukar mobil dengan berlian. Minta berlian 10 gr. Jangan kurang!Awas, nanti pulang, aku timbang lagi di rumah. Jangan lupa mampir dulu ke kantor polisi, minta pengawalan".

"Baik, Pak", balasan sms dari Budi.

Tak lama kemudian, sesudah makan, Anton segera meluncur, pulang. Di rumah, Budi sudah menunggu dengan kotak berisi berlian di atas meja. Anton segera menimbang berlian tersebut dengan timbangan di rumah.

"He!! Kok cuma 0.6 gram?? Buddiii..!! Sini!! Tadi kubilang berapa??" Anton berteriak-teriak memanggil Budi.

Budi cepat-cepat menghadap. Begitu menghadap, Anton langsung menjitak Budi keras-keras, sambil memperlihatkan sms yang tadi dia ketik.
"Wheyy, Bodoh..Dungu!! Ku bilang berapa tadi?! Mobil ditukar dengan SEPULUH gram berlian. Kenapa ini cuma 0,6 gram, hah?! Gak bisa baca sms ya, nih, lihat lagi baik-baik, BERAPA??" Anton makin mengamuk, dan mau menjitak kepala Budi lagi lebih keras.

"Iyy..iyya Pak," Budi menjawab ketakutan, "Itu angkanya 10 gr pak, jadi sepuluh grain kan pak ?" suaranya pelan sambil menaruh tangannya di atas kepala supaya tidak kena jitak.

"Apa? grain? Apa itu grain?" Anton bingung.

"gr=grain, g=gram. 1 g = 15.43 gr atau 1 gr = 0.06 g. Jadi kalau 10 gr= 0.6 g, berarti betul kan yang bapak timbang tadi.." suara Budi makin melirih ketakutan."

"Waduh.." kini si Anton garuk-garuk kepala.

**************************************************************
Sehubungan dengan beberapa comment dari sobat, yah memang demikianlah yang sering kita dengar. Adapun simbol atau lambag "g" untuk gram ini saya ambil menurut the International System sebagaimana direkomendasikan oleh the International Bureau of Weights and Measures. Kepastian aturan sebagai dasar atau pedoman terasa makin penting pada kegiatan yang rutin dan interpretasinya berhubungan dengan tindakan lanjut demi pasien.
Sistem SI ini banyak dipakai sebagai satuan parameter-parameter pemeriksaan laboratorium di sini :

Kepustakaan lain juga saya ambil dari Wikipedia :



Ada juga di Simetric :




Lalu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia :


Antara gram dan grain ini terpaut 15 kali lipat. Di beberapa tempat lain ada yang terbiasa melambangkan gram dengan "gm", hal ini sering berdampak serius pada saat terjadi kesalahan pengetikan menjadi "mg" yang mengubah nilai sebesar 1000 kali lipatnya.

Dampak sangat besar dapat terjadi pada beberapa kegiatan penting seperti peracikan obat, karena dosis obat ada perhitungan khusus.
Yah, di dalam segala hal yang kita jumpai dan beredar di masyarakat, semoga kita selalu dibekali awareness untuk terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Rabu, 03 Maret 2010

Pilihan

Ada dua papan, tinggal dipilih, yang mana yang akan ditempelkan di papan pengumuman kelas:

Jangan sekali-sekali mandi di sungai itu.
Jangan sekali-kali mandi di sungai itu.

Bagas ternyata memilih “Jangan sekali-kali” untuk melarang teman-temannya mandi di sungai itu. Padahal sekali-sekali dia malah mandi di sungai itu.

Catatan: Banyak orang menulis dengan “Jangan sekali-sekali”, tapi aku lebih mantap pada pilihanku tadi. Sebetulnya juga tidak sedikit yang menulis "Jangan sekali-kali". Kadang-kadang aku mikir kalau pakai "Jangan sekali-sekali" maksudnya disuruh dua kali atau lebih, jadi malah disarankan untuk sering-sering.
Kalau menurut KBBI sih :
se·ka·li-ka·li adv sama sekali; sedikit pun (tidak, jangan): ~ ia tidak memikirkan keluarganya; se·ka·li-se·ka·li adv kadang-kadang; tidak kerap; tidak sering; tidak selalu: dia hanya ~ saja datang kemari (tidak setiap hari)
Tapi ini aku. Kalau teman-teman, terserah lho..

Selasa, 02 Maret 2010

Setahun blog sahabat



1. Pertama mengenal blog ini (maksudku bukan blog Hendriawanz, tapi Newsoul), yang begitu berkesan adalah gaya penuturannya. Moga-moga, gaya ini tidak ditinggalkan. Hikmat ada di mana-mana, tetapi gaya seperti ini khas. Dan aku datang karena ingin menikmati gaya bertuturnya.

2. Banyak pesan bijak dapat ditemui di sini sehingga tidak sia-sia datang ke sini.

3. Sepertinya tidak sedikit nilai-nilai yang terungkap dalam artikel yang dikemas dengan gaya yang enak dibaca ini justru berangkat dari kesederhanaan, seperti kegiatan di dapur.

4. "Life with Your Own Vision", menunjukkan bahwa, jika aku memetik pelajaran dari sini, itu karena memang berguna bagiku, bukan karena terpaksa.

5. Yang menarik, untuk blog dengan jaringan yang luas ini, tidak ada iklannya. Sebetulnya secara dikotomis, blog itu ada yang sebagai media ekspresi, ada yang sebagai media bisnis. Dan ini termasuk yang pertama.

6. Blog ini template-nya awet. Bukan berarti yang tidak ganti-ganti, tidak modis (Siapa sih yang mau ke situ kalau membosankan?). Nyatanya selalu banyak sobat yang berkunjung ke situ. Termasuk aku ..:)

7.Ibarat pohon, semoga blog ini makin tumbuh dan berkembang, makin berbuah..


Aku boyong award dari blog ini, kupajang di sini...terima kasih sobat

Senin, 01 Maret 2010

Berbeda arah

Ada 5 orang pencari bakat dari 5 universitas sedang mendatangi sebuah SMA untuk “berburu” murid yang akan dididik menjadi atlet handal panjat tebing. Kepada mereka diperlihatkan sebuah foto. Foto tersebut memperlihatkan 10 atlet andalan SMA yang sedang bertanding, memanjat tebing yang tinggi dan curam, tingginya kurang lebih 15 meter. Semua dengan posisi memegang tali, dengan ketinggian yang berbeda-beda, ada yang tingginya 4 meter, 6 meter, 8 meter, 10 meter, bahkan ada yang 12 meter. Hampir sampai puncak. Begitu diperlihatkan foto tersebut, para pencari bakat langsung berebut menanyakan nama dan kelas murid yang memanjat paling tinggi tersebut, yaitu yang 12 meter. Selanjutnya, seperti berlomba, mereka berlari ke kelas yang dimaksud, menemui murid tersebut dan berebut untuk mendapatkannya.

Adu mulut antar mereka pun terjadilah, akhirnya seorang pencari bakat berhasil mendapatkannya, dengan argumentasi, dia yang berlari paling cepat dan sampai ke kelas tersebut. Begitulah, 1 pencari bakat sudah mendapatkan hasil, maka tanpa membuang waktu para pencari bakat lainnya segera berhamburan, berlari dan berlomba mendapatkan murid yang memanjat 10 meter.

Namun di antara para pencari bakat, tersebut, ada yang 1 orang yang tidak ikut berebut dari awal. Dia malah mendatangi kelas dari murid yang memanjat 4 meter. Begitulah, berturut-turut, mereka yang berebut telah mendapatkan muridnya masing-masing.

Ketika mereka kembali berkumpul untuk mengurus dokumen perekrutan, tak pelak semua heran dengan 1 orang yang memilih murid yang memanjat paling rendah, 4 meter.
“ Nih lihat, usahaku. Aku yang paling cepat berlari di kelas tadi, maka aku berhak pula mendapat yang paling cepat,” kata pencari bakat yang berhasil merekrut murid yang memanjat 12 meter, dengan sombongnya.
“Naaa…kami berlari-lari saling berebut..kenapa kamu nggak ikut-ikutan, malah milih anak yang memanjat 4 meter itu?” tanya para pencari bakat yang lainnya sambil menatap heran.

“Iya sih, 4 meter itu rendah banget, jelas kalah sama 12 meter. Tapi, walaupun kita mencari yang tercepat, ukurannya kan bukan berapa meter dari tanah. Tadi aku tanya lebih lanjut ke bapak yang pegang foto itu, ternyata memang semua memanjat naik, kecuali yang 4 meter itu, dia lagi turun…karena sudah sampai puncak.”

“Haahhh..???” seru mereka hampir serempak.

Yah...sekedar cerita ringan. Ohya, di kesempatan ini juga mau majang award, yang ini dari sobatku Elpa :



Dan yang berikut dari sobatku,Reygha's Mum , ini dia



Wah, terima kasih sekali buat sobat-sobatku, atas award-nya. Good luck to you all :)