Kosong. Kata yang nggak asing di telinga. Mungkin ada teman yang mau mandi, tiba-tiba keluar lagi sambil berteriak, “Woeyy, sapa yang tadi malam ngabisin air. Kalau makai, tanggung jawab dong. Isi. Kosong nih bak mandinya.”
Atau ada tamu, kita nyuguhin air minum. Lalu kita masuk lagi untuk ambil kue. Waktu keluar mau menghidangkan kue, air minum di gelas tadi sudah habis. Lalu si tamu bilang sambil malu-malu,”Ehm..maap, gelasnya kosong. Habiiz..haus banget..ehehehe.”
Aku juga teringat di komik, waktu Jon meletakkan gelas berisi air, setengahnya, lalu bilang sama Garfield, “He Garfield, menurutmu gelas ini setengah kosong atau setengah isi ?”
Apakah memang kosong? Aku merenungkan ini sambil ngisi waktu dalam perjalanan pulang dari Solo. Menurutku tidak. Kalau melihat gelas yang tadi dibilang setengah kosong setengah isi, sebetulnya isi semua, di bawah berisi air, di atas isi udara. Aku membayangkan benda-benda yang kira-kira akan dibilang kosong. Botol softdrink, sesudah diminum, isinya, dibilang kosong, tapi tidak. Tetap isi, tapi udara. Air di galon habis, ya tetap isi, udara. Apa lagi ya.. Tanki bensin di motor, bensin habis, tampak kosong, tapi isi udara juga. Jadi kalau dipikir-pikir, ketika bilang kosong, ternyata tidak. Tetap isi, cuma diisi yang lain.
Kalau begitu di manakah letaknya, kosong itu ?
Lalu aku membayangkan gelas yang setengah kosong tadi, kuisi dengan minyak goreng sampai penuh. Nah sekarang, yang bagian bawah isi air, yang atas isi minyak goreng. Minyak dan air nggak pernah mau bersatu. Jadi ada batas di antara mereka. Ada kehampaan di antara mereka. Nah, kosong menjadi batas di antara mereka. Hampa menjadi batas di antara mereka.
Akhirnya aku memikirkan, oh inikah maksud diciptakannya dimensi ruang? Jadi dimensi ruang mengandung isi materi dan kosong.
Mengapa aku memikirkan ini? Karena menurutku penting dan mendasar. Sekarang ilmu dan teknologi sudah begitu maju. Berusaha menjangkau luasnya semesta, berusaha menilik lebih jauh lagi apa yang bisa dilihat di luar bumi, di luar matahari, di luar Bimasakti, di luar Milky Way, tertarik menganalisis supernova, terus dan terus. Walaupun ‘hanya’ berupa titik-titik bercahaya di antara kegelapan, toh tetap berusaha terus melihat makin jauh. Di sisi lain, manusia juga bersemangat berusaha merambah dunia mikro. Dulu hanya bisa melihat dengan mata telanjang. Sekarang kita bisa mengatakan, tubuh kita terdiri atas sel-sel. Masuk ke dalam, di dalam sel ada inti sel. Masuk lagi, dalam ini sel ada DNA. Masuk lagi, DNA disusun oleh molekul. Molekul terdiri atas atom. Di dalam atom ada proton yang dikelilingi elektron. Elektron berputar terus di orbitnya, mengelilingi proton. Berputar? Jadi di antara elektron dan proton ada kekosongan. Nah, tuh? Ternyata tubuh manusia ini isinya itu dan kekosongan. Di dunia fisika, sudah merambah masuk lagi ke dalam proton, yang ternyata terusun dari quarks.
Mau ke arah mikro, mau ke arah makro, semua terdiri atas isi materi dan kosong. Di dalam dimensi ruang.
Lalu apakah kosong atau hampa ini sama dengan tiada? Nggak juga sh. Kalau kosong atau hampa itu
empty. Masih, di dimensi ruang. Kalau tiada itu
not exist, di luar dimensi ruang. Kalau
empty, mungkin manusia masih tahu, tapi kalau
not exist, manusia tidak tahu lah. Manusia tidak tahu dirinya sebelum hadir di dunia ini. Yang begini ini bukan
empty, tapi
not exist. Lalu kalau kita mendengar ada orang yang nanya, “Eh, si X ada nggak di rumah ?” terus si Y menjawab, “Tidak ada”. Maksudnya bukan
not exist. Kalimatnya saja sh yang kurang lengkap. Lengkapnya kan, “Tidak ada di situ, ada tapi di tempat lain.” Jadi masih tetap di dimensi ruang.
Kalau kita melihat berita di tv, mungkin ada berita wabah, atau korban perang, atau bencana alam, yang meninggal dimakamkan ataupun dikremasi, maka material/fisik orang tersebut terurai, makin kecil, kembali ke sel, molekul, atom, dan seterusnya, menjadi isi materi dan kekosongan di dimensi ruang. Tapi jiwa kembali pada Sang Pencipta.
Akhirnya, siapakah pemilik semesta dan segalanya ini, so pemilik dimensi ruang beserta isi materi dan kekosongannya? Sang Pencipta.
Jadi, kurenungkan, betapa agungnya Sang Pencipta, betapa tak terukurnya oleh manusia, ciptaan-Nya.
-------------------------------------
Ni pas BW ada artikel spesial di tempatnya
mb Inuel, ada yang ulang tahun. Kebetulan ada kartu di sini.