Minggu, 15 Mei 2011

Salah memahami sikap

Enak juga ya memancing. Duduk di rumput di tepi sungai. Air mengalir cukup tenang, dengan sedikit gelombang mengikuti arah angin. Tidak terlalu panas, cukup teduh. Dan begitulah yang dilakukan Yudi dan Vicky. Vicky yang memancing, dengan joran yang kecil tetapi kuat, sementara Yudi hanya duduk di sampingnya, dengan tak henti-henti ikut memandang ujung joran.

Tiba-tiba Yudi melihat ujung joran mengangguk kecil-kecil, seperti ada yang menarik.
“Vick, dimakan tuh..!” Yudi berseru pelan kepada Vicky.
“Iya, aku tahu,” jawab Vicky tenang.

Yudi melihat ujung joran ,mengangguk-angguk, kadang cepat, kadang pelan. Dia heran kenapa tidak segera ditarik jorannya. Lama-lama dia melihat ke Vicky. Orangnya masih tenang-tenang saja, kadang-kadang kedua tangannya yang memegang joran diangkat naik, kadang-kadang diturunkan mengikuti tarikan ikan. Yudi jadi gemas.

“Vick, jangan ragu-ragu gitu dong..! Cepat tarik. Nanti keburu lepas..!” Yudi mendesak-desak Vicky.
“Sstt..sabar..tunggu ..!” kedua tangan Vicky masih bergerak mengikuti joran, naik sebentar, turun sebentar..tapi tiba-tiba..wwuuutuuttt!!

Tangan Vicky bergerak dengan cepat, mengangkat joran kuat-kuat…dan senar pancing pun seperti tarik-menarik dengan ikan yang didapat, makin lama makin mendekat. Yudi girang dan bergegas menyelamkan jaring menyambut ikan sudah tertarik sampai di tepi sungai.

“Wuihhh..besar banget Vick..!! Pesta nih, kita ntar malem..!!” teriak Yudi sambil memegang ikan kuat-kuat.
Sesudah memasukkan ikan pada tempatnya, Yudi kembali duduk di samping Vicky, yang sudah memasang umpan. Umpan dilontarkan … dan Vicky kembali duduk tenang.

“Eh, Vick, napa sih tadi kamu ragu-ragu? Untung ikannya masih sempat ketarik…” Yudi bertanya penasaran.
“Hm? Jadi tadi kamu pikir aku ragu-ragu? …Oh, yang tadi aku kadang menarik-narik joran pelan, tapi kadang jorannya aku turunkan, gitu ya?”

“Iya”, Yudi masih nampak penasaran. Lalu Vicky melanjutkan.
“Iya sih, aku tahu juga kalau kamu melihatnya begitu. Aku tampak seperti ragu-ragu. Tapi sebenarnya tidak. Yang benar, aku sedang menunggu saat yang tepat untuk menarik joran. Tadi aku menaikkan dan menurunkan joran itu mengikuti tarikan senar akibat umpan yang dimakan ikan. Dari situ aku bisa merasakan dan mengikuti, ikan itu baru memakan dikit-dikit, belum melahap semuanya. Kalau tadi langsung kutarik..malah nggak dapat. “

“Oh… gitu ya. Tapi..kok aku gak bisa membedakan kamu tadi ragu-ragu atau lagi menunggu waktu?”
“Yak. BEtul. Memang tidak bisa dibedakan. Aku pun kalau jadi kamu, juga mungkin akan berpikir begitu tadi.”

Dan keduanya pun kembali asik memandang ujung joran yang mengangguk-angguk.

Yah, terdapat perbedaan antara sikap ragu-ragu dan sikap sedang menunggu waktu yang tepat. Orang yang ragu-ragu memiliki problem pada dirinya sendiri. Orang yang sedang menunggu waktu yang tepat jelas tidak ragu-ragu, tetapi justru tahu kondisinya, apa yang sedang terjadi…bahkan mengikuti dan merasakan perubahan dan perkembangan sehalus-halusnya.

Jadi terasa pada kejadian di dunia kerja. Di laboratorium, ada kegiatan pengecatan preparat. Sesudah dicat, preparat dicuci dengan air yang mengalir pelan-pelan. Apa jadinya jika tiba-tiba ada yang tidak sabaran bilang, “Jangan ragu-ragu seperti itu. Cepat dong nyucinya” sambil tangannya memutar keran sampai longgar dan air mengucur deras? Habis dan rusaklah preparat yang dicuci. Bersabarlah memahami teman, dek.

Senin, 09 Mei 2011

Bangkitlah

Bukankah angin berhembus tak pernah sama
Bukankah air mengalir gemericik kadang meluncur deras
Bukankah terik matahari di siang hari pun kembali menghangat lembut di esok pagi

Hidup..kehidupan..bagaimanapun adalah keindahan
Ada saat merasakan sejuknya desiran tarikan nafas
Ada saat merasakan kesesakan di dada
Ada saat merasakan kelegaan hembusan nafas

Mungkin saat ini impian dan harapan yang telah kau bangun retak berserak
Namun masih ada kepingan yang kau genggam
Dan akan engkau rekatkan kembali
dengan keping-keping lainnya

Bukankah itu indah?
Karena tersusun oleh keping-keping pilihan
Yang terbaik.. yang tetap bersinar di antara yang meredup suram

Bukankah itu indah?
Saat ini…
Apa yang kau punya
Begitu berharga
Yang terbentuk harus melalui jalan itu