Duit..duitt..duittt..!!
Siapa mau..siapa mau..Mau? Mau?
Grubyakkk…Gubraggg..!!
Dan orang-orang yang mula-mula duduk tenang, atau berdiri tenang, dengan muka tenang pula, sesekali toleh kanan-kiri dengan senyum yang mengembang (bahkan terlalu lebar) ramah kepada setiap orang, dikenal ataupun tidak, walaupun kadang timbul garis-garis kekakuan di wajah karena otot-otot dinaikkan dan terkancing lupa diturunkan, dalam sekejab mata berubah beringas, dengan gerakan secepat kilat melompat, melesat terbang ke arah orang yang melambai-lambaikan amplop tak bertuan, sikut kanan-sikut kiri, sepak depan-sepak belakang, tidak peduli meja, kursi atau orang yang terjungkal atau terbang, semua diterjangnya! Libas habis..!!
Nanti begitu amplop sudah disambar ...cciiiiitttt....!! Kembali tenang seperti semula..:)
Mungkin gitu ya ekstremnya tingkah laku orang korupsi. Tampak tak bersalah, memasang muka
innocent, walaupun di dalamnya tersimpan hasrat yang bergejolak, menyala-nyala, kemaruk, dan tak pernah terpuaskan nafsunya untuk menguasai sejuta kenikmatan dunia. Selalu bergetarrr tangan dan jari-jarinya jika mencium bau duit. Mungkin juga gigi-giginya gemeretakk, saling beradu, yang berusaha untuk ditahan-tahan supaya tidak ketahuan orang, yang jika dibiarkan dan tidak ditahan, mulutnya akan menjadi berbusa-busa. Dan ketika bau itu semakin tajam, ketika duit itu benar-benar lewat di depan hidungnya, maka tak terkontrol tangannya terangkat dan jari-jarinya mencabut beberapa lembar, lalu otot-otot tangannya menjadi kaku keras menggenggam lembaran-lembaran itu, seperti tak bisa dibuka lagi, dicongkel sekalipun!
Ini aja kalau duit itu cuma lewat, masih bisa ditahan supaya nafsunya tidak ketahuan. Itu pun menahan dirinya sudah susah-payah, setengah mati. Nah, apalagi kalau itu ditawarkan! Amplopnya dilambai-lambaikan, sambil berteriak duit..duit..siapa mau..siapa mau…whoaah, sudah, tidak bisa dikontrol lagi deh!
Yah, duit, yang seharusnya dicetak untuk kita, kita yang mengendalikan, tapi bagi orang-orang ini duit lah yang mengendalikan mereka. Jangankan melihat masyarakat di sekelilingnya yang kekurangan, melihat orang yang lewat di dekatnya saja seperti melihat duit berjalan. Jangankan mendengar jeritan orang-orang kelaparan, mendengar orang berucap salam saja, yang masuk ke telinga terdengarnya “duit..duit..duit”.
Dengan mental yang sudah sedemikian parah seperti ini, apakah mungkin untuk menyelamatkan aliran uang dari tangan-tangan brutal ini ?? Apakah mungkin, uang selamat sampai di tempatnya, di tangan orang yang memang semestinya menerimanya? Apakah mungkin korupsi ini ditanggulangi ??
Kita lihat mereka-mereka yang telah tertangkap dan masuk penjara…apakah sesudah dimasukkan penjara, angka kejadian korupsi menurun? Tidak ada lagi kejadian korupsi di luar sana, di tempat yang telah mereka tinggalkan, karena mereka telah masuk penjara? Sepintas mungkin demikian. Dan bisa juga memang demikian. Tetapi mari kita coba kemungkinan lain. Seandainya…diibaratkan…itu kue yang sejak lama dinikmati oleh dua orang, lalu yang satu tertangkap dan masuk penjara, maka akhirnya kue yang harusnya jatahnya setengah-setengah itu menjadi utuh. Apakah tidak ada kemungkinan itu? Lhoo…harusnya nggak seperti itu. Dengan adanya satu yang tertangkap, pasti yang satunya jera dan tidak akan korupsi lagi. Haruskah seperti itu? Dua hal. Pertama,
ini masalah mental. Bodoh sekali para koruptor ini kalau mereka tidak tau bahwa melakukan korupsi itu salah, dan bisa tertangkap, dan sesudah tertangkap, ada hukumannya. Jadi jika seseorang tertangkap, orang itu sudah tau bahwa itu bisa terjadi. Nah, sudah tau itu salah, sudah tau melakukan itu bisa ditangkap, kok melakukan juga…ya inilah kalau masalah mental. Rasa “kebelet”-nya mengalahkan bayangan risiko masuk penjara. Yang kedua, apakah bener, penjara itu mereka takutkan? Lah, ternyata malah diberitakan di tv, para koruptor ini hidup mewah melebihi penghuni lainnya. Mendapat fasilitasi berbeda untuk tidak mengatakannya istimewa. Pada waktu diberitakan di
salah satu tv swasta, di situ ditayangkan kamar yang mewah, televisi, kulkas, meja kantor, disebut penjara berbintang lima. Waktu masih mahasiswa dan mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, beberapa kali kami pernah mendapat fasilitas akomodasi di hotel kelas melati. Satu kamar dihuni rame-rame. Di situ ada tv, tapi bukan LCD. Saluran tv? Belum tentu bisa kita kendalikan. Ada yang salurannya ngikut yang punya hotel. Jadi, bisa saja kita mula-mula nggak suka acara yang lagi berlangsung, tapi karena tidak ada pilihan lain, ya ditonton juga. Dari pada nggak ada? Lama-lama asik juga. Larut ngikutin ceritanya. Ee, tiba-tiba diubah. Jengkelnya, seperti meletup-letup di dalam sini, tapi mau dilampiaskan pada siapa, orang yang punya hotel juga sembunyinya dimana, nggak jelas. Ini kayak kita lagi dipantai, panas-panas, haus-haus, dapat es krim, lalu tiba pada potongan terakhir…plaaassszz !! Kesenggol tangan orang yang lari di depan kita, es krim jatuh ke pasir. Dah, pengin mukulin jidat yang punya hotel dengan sandal kita rame-rame! Uuhhff…kita bayangkan LCD di kamar tahanan itu..besar..jernih..lengkap dengan remote-nya :( Eitzz, bahkan di hotel di tempat kita ada yang tidak pakai tv :( Lalu tentang kamar mandinya, di tempat kami tidak seindah dibandingkan dengan yang disiarkan di situ. Dah, singkatnya yang disiarkan di tv itu penjara, tapi jauh lebih mewah dari hotel. Apa nggak pengin nanti orang-orang yang mau cari penginapan, malah milih penjara? Nah, koruptor dimasukkan…tinggal disitu. Apanya yang akan bikin jera ?? Terlebih lagi, apakah tidak terpikir kemungkinan, justru mereka mengembangkan budaya korupsi di tempat baru mereka? Jadi bukan lagi dapat kue setengah-setengah, tapi malah masing-masing mendapat utuh, karena yang ditangkap malah seperti mendapat lahan baru untuk mengembangkan “ajaran”-nya. Ujung-ujungnya, penjara sekian lama bukan hal yang menakutkan bagi mereka, bukan ancaman…Untuk menggapai angan membuat mereka jera bagaikan menggapai Timur dari Barat.
Jadi, gimana dong
solusinya…?
Jika penjara pun belum cukup bagi mereka, maka dengan terpaksa…sangat terpaksa..ditempuh cara yang “kejam” (disebut kejam nggak ya, bukan penyiksaan atau dijemur di bawah pisau
guillotine tuh? Artinya ada sesuatu yang baru
in addition to hukuman penjara).
Kita lihat gambaran di atas, di awal-awal tadi. Pertama tenang..lalu tiba-tiba beringas..lalu tenang lagi. Yak. Walaupun korupsi,
mereka malu disebut koruptor.
Inilah kuncinya. Untuk membuat jera. Jadi, hukuman bagi para koruptor, di pipi mereka dibuat tatto huruf
“K”. Aku sudah membuat huruf
“K” di kertas, lalu kupotong. Pada ukuran tinggi huruf 2 cm dan tebal huruf 0,25 cm hasilnya tidak terlalu besar, tetapi masih dapat dilihat jelas. Cukupan mengisi area pipi. Pengerjaan oleh ahli yang kompeten dan ditunjuk oleh pihak yang berwenang, karena berkaitan dengan
ketepatan ukuran dan
kedalaman tatto. Warna diisi hitam, bukan merah atau hijau. Hal ini terkait dengan
penghapusan tatto nantinya. Penghapusan tatto berhasil baik jika tatto tidak terlalu dalam. Demikian juga warna hitam lebih mudah dihapus dibandingkan dengan warna merah atau hijau. Pengerjaan ini juga oleh yang berkompeten, misalnya tim dokter ahli kulit dan kelamin yang ditunjuk pihak yang berwenang.
Selanjutnya, pada kartu identitas, KTP dan SIM, ada penambahan keterangan khusus. Kita tahu pada KTP dan SIM ada isian untuk “Pekerjaan : …. “ Nah, di bawah pekerjaan dia, ditulis
“Koruptor” sehingga dia memiliki dua pekerjaan. Mengapa harus demikian ?
Seperti sudah ditulis di atas, mereka malu disebut koruptor. Oleh karena itu jika seorang koruptor tampil dengan huruf
“K” di pipi, ini menjadi pukulan berat. Kemana pun dia pergi, semua mata akan memandangnya, mengetahui bahwa
“K” itu singkatan dari “Koruptor”, semua orang jadi tahu siapa dia, apa yang telah dia lakukan, keberingasannya pada duit, dan segala kegilaan yang berusaha dia sembunyikan dibalik ketenangan dan senyum kaku, seolah terbongkar. Mau bicara semanis madu tetaplah kerasa kering-kerontang. Dah, ditelanjangi habis-habisan dalam keseluruhan aktivitas dan hari-harinya. Apalagi kalau informasi tentang
“K” di pipi ini rutin disebarluaskan melalui berbagai media, menjadi iklan layanan masyarakat untuk mengangkat moral, bahwa
“K” di pipi itu adalah hukuman bagi koruptor, bahwa itu mencerminkan perbuatan yang amat rendah…dsb.
Tidak usah di forum resmi, di kantor, tempat orang-orang yang giat mengikuti
news,
what’ up,
updates, berita-berita terkini, bahkan sekedar jalan kaki pakai sandal dan sarung untuk ke warung pun, atau ikut arisan di kampung, warga sekitar, tetangga sudah mahfum dengan tanda
“K” di pipi itu.
Yah, pukulan ini luar biasa. Rasa malu ini luar biasa.
Dan memang itulah obat bagi penyakit mental ini. Rasa malu. Dari kehidupan sehari-hari yang berskala kecil, pergaulan dengan tetangga sekitar, sampai aktivitas penting berskala luas sesuai pekerjaannya, yang bahkan mungkin merambah wilayah nasional atau internasional, selalu disertai, didampingi huruf
“K” di pipinya.
Bagaimana kalau dia ingin menghapus
“K” di pipinya tadi secara diam-diam, tanpa menghadap pihak yang berwenang, tanpa melalui dokter ahli kulit dan kelamin yang sudah ditunjuk secara hukum? Kan mudah, apalagi duit banyak, nggak masalah nyari dokter ahli yang jauh, misalnya di luar negeri yang tidak tau peraturan
“K”, lalu berlaku seolah pasien biasa yang pengin dihapus tattonya? Bisa aja.
Untuk mengantisipasi itu lah dibuat keterangan tambahan di KTP dan SIM. Dalam berbagai urusan dia yang melibatkan kartu identitas, selama keterangan “Koruptor” di KTP dan SIM belum dihapus, maka segera diketahui bahwa dia menghapus tatto secara ilegal. Dia harus segera dikembalikan ke pihak yang berwenang, lalu dibuat tatto lagi. Mengenai apakah masa hukuman juga harus dimulai dari awal atau bagaimana, mungkin bisa disusun aturan yang lebih detil. Jadi, selain iklan layanan masyarakat tentang
“K” di pipi tadi, juga disiarkan melalui berbagai media tentang pengembalian ke pihak yang berwenang bagi mereka yang KTP dan SIM nya masih berstatus “Koruptor” tetapi di pipinya sudah tidak ada tanda
“K”. Tanda di KTP sangat ampuh untuk urusan-urusan di kampung, kelurahan, kecamatan, kotamadya, dan seterusnya. Demikian juga di institusi pendidikan, organisasi swasta, bisnis, dan lembaga lain yang memerlukan KTP dalam pengurusan aktivitasnya. Sedangkan SIM sangat ampuh untuk urusan kepolisian, terutama lalu lintas. Dengan giatnya operasi ketertiban berlalu-lintas, berapa kali nanti dia memperlihatkan SIM nya dalam pemeriksaan. Jadi bagaimana kalau polisi mengenali di SIM-nya ada tambahan khusus “Koruptor” sedangkan pipinya mulus-mulus saja?
Pada akhirnya dengan mekanisme penjagaan ini, tidak ada minat untuk melarikan diri dari statusnya, berusaha melepas tanda
“K” tidak melalui prosedur yang benar alias ilegal.
Lalu kapan akan melepasnya ?
Hukuman bagaimana pun tetaplah bertujuan untuk mengembalikan manusia ke jalan yang benar. Ketika penyakit mentalnya telah mendapat terapi yang hebat seperti itu,..…hasrat, keberingasannya, keserakahannya, ketamakannya, kegilaannya ketika melihat dan mendengar kata “duit” tergerus oleh situasi dan kondisi yang terus-menerus menekannya bahwa dia melakukan hal yang tidak benar, dan berada di situ terus bukanlah suatu kenyamanan,….ketika kesombongannya bahwa dia tidak akan pernah terkalahkan dan berkuasa atas kata “jera” itu luruh tergilas oleh deraan rasa malu, ketika dia bertobat, menyesali perbuatannya…itulah saat baginya untuk kembali ke masyarakat, menjadi bagian dari masyarakat lagi, tidak lagi terasing secara mental.
Tentunya peraturan secara detil bisa dirumuskan.
Mekanismenya, dia membuat surat pernyataan penyesalan, kemudian menghadap RT, RW, hingga lurah, tempat pemberian label “Koruptor” pada KTP. Untuk SIM sampai ke kepolisian. Selanjutnya dilakukan upacara adat, dipimpin tetua adat, yang dihadiri oleh pejabat dari pemerintahan dan kepolisian, yang dalam upacara tersebut dia membacakan surat penyesalannya, kemudian penyerahan KTP dan SIM yang telah "dibersihkan" kembali oleh pejabat yang berwenang, diakhiri dengan penyambutan tetua adat, bahwa dia diterima kembali sebagai bagian dari warga. Hak-haknya, kewajibannya, keberadaannya, adalah sama, tidak berbeda sedikit pun dengan warga lain. Ya. Menyatu kembali dengan warga. Untuk selanjutnya penghapusan tatto tinggal masalah teknis.
Mengapa diakhiri oleh penyambutan secara adat? Karena kita bangsa Timur. Bangsa yang berbudaya luhur. Sebenarnyalah kita bangsa yang ramah, penuh perhatian pada sesama kita. Jika ada saudara kita yang sakit, kita juga turut merasakan sakitnya. Jika ada saudara yang tersesat, kita juga akan berusaha bersama-sama menolong dia keluar dari kesesatannya. Sesungguhnya ketika kita memalingkan muka terhadap dia, batin kita teriris dan turut menangis…tak henti-hentinya memanjatkan doa agar masa pengasingannya cepat berakhir…
………………Kita bangsa yang penuh kasih sayang………..
Inilah kita, bangsa Indonesia.
42 komentar:
jadi nanti di KTP ada label "K" gitu ya,,wah kaya jaman dulu dong eks napol..
wah semoga menang lombanya ya mas... ini buat lomba kan? :p
anyin
he'em
pas kepikiran..ya udah dituangkan aja di sini.
he? jam segini sudah bangun atau belum tidur dari kemarin?
ta liat-liat ke situ ya
aan
sebetulnya nggak kepikiran ke situ bro, tapi ternyata kebetulan sama ya
segala ide "ekstrem" berikut jalinan-jalinannya kayaknya hanya mungkin di blog seperti ini deh.
aku lebih menganggapnya ekspresi diri, tak lebih dengan puisi atau karya-karya semacamnya..:D
yg repotnya ntar kalo K nya jadi tren mas...alhasil orang2 dengan K di pipi jadi gak malu lagi...soalnya dah banyak yg ngikutin tren...hehehe
he he he.jadi tanda mata abadi dong. keren juga solusinya.
aku tau, theme song buat postingan ini. lagunya NAIF yang judulnya duit. hehehehe enak tuh lagunya...
Kisah "K" yang mantap Hen. Selamat pagi. sukses untukmu sobat.
Solusi yang ditawarkan kretif juga.
Selamat berkompetisi, semoga menang. :D
waduh mas, aku jadi ikutan emosi ni, selama ini aku ngga pernah peduli ama koruptor-koruptor, ngga pernah ngurusin mereka. tapi ketika aku baca artikel ini, aku jadi bersemangat, otakku panas, ikutan emosi, pengen nempelin tatto itu di pipi mereka, aku udah bayangin malunya mereka [para koruptor] dengan apa yang mereka lakuin,"K" dipipi sepertinya sangat ampuh, dan secara detail pula mereka tak akan bisa lari, kecuali mereka tak punya otak untuk memikirkan akibat-akibatnya :), kapan kapan aku minta nginep di penjara juga ahhhhh :D, kan enak thu, ngga bayar tapi berkualitas :P
wedew, baru nyadar komentku panjang ndiri, dah mirip kayak postingannya hihihi, ampon mas, jangn di gebukin saya, saya bukan koruptor kok :-P
Alrezamittariq
sudah dipikirkan mas
untuk itulah dibikin iklan layanan masyarakat dan publikasi besar2-an di berbagai media bahwa itu memalukan.
jadi ingat istilah "kroni", waktu itu di sini memalukan, tetapi di negara tetangga kita malah itu menjadi kebanggaan. memang pesan melalui media sangat ampuh mas..hehe
Tulisan sebuah artikel ungkapan dg bahasa & dialek yg khas dari seorang hendri, sukses ya mas ! sipp !
tatoo nya di cap kaya kuda itu ajah pake besi ngecapnya heheeh,..... tapi kita juga harus menanamkan anti korupsi dari diri sendiri yang paling penting
Wah...nih habis semedi ya lalu nemu inspirasi kreatif? memang nyebelin ya ulah para koruptor itu. Itu jg warisan dari orba sih... Mereka terlanjur berpikir bahwa semuanya bisa dibeli dgn uang.
Hen, mau laporan... kado darimu sdh terpajang di posting terbaru sore ini... passs banget mejeng di blogku!!
ada sesuatu buat bang hendri di blog saya,,
di tunggu kedatangannya
hahah..gak kebaynag deh lucunya kalo koruptor pake tato K di pipi hihih
benar sekali, korupsi itu masalah mental, jadi koruptor itu sakit mental alias sakit jiwa alias gila hahahha *kidding*
Hai,
datang mau ngucapin
happy lunar
happy valentine's day
happy ash wednesday
buat yang merayakan, yang nggak merayakan semoga bulan penuh cinta ini selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian...
Ninneta
wah buatnya pake apaan tuh K nya?
trus di KTP sampe berapa lama ditulis K nya?
good idea
salam kang..
bukan duit lho...
wekekkek..
:D
hehehe..dapat ide dr mana tuh bang hends.
lucu..kreatif..
^___^
bayangkan kalo beneran..hohohoho
good idea mas, namun semoga memang mereka punya malu... :-)
oiya moga menang...
heheheheheh... mantab deh mas....
K K K
yg bikin ketawam juga
Sang Cerpenis bercerita
ah nggak. bisa dihapus kok mb..:D
Elsa
wah, sudah mampir..thanks
hm..lagunya boleh juga nh..:D
Newsoul
SElamat malam
Maaf baru buka
Sukses juga buat mb Elly
catatan kecilku
ikut nggak mb?
soalnya nggak pernah tau siapa aja yg ngikut
kalau ikut, selamat juga mb.
itu aku pas memang ingin mengekpresikan. tapi memang mungkin itu ya triggernya.
mb inuel
whoeeyy..siapa yang mau nggebukin..hahaha!
sabar mb, kalau klien marah..pahala..:D
Lilah
hehe..kelihatan bahasa seorang hendri..:D
tks.
good luck mb :D
richo
ya. setuju. masalah mental memang tergantung pada diri sendiri.siip!
Fanda
mbFanda, sudah kulihat..
wah maksh banget..hehehe
Mayyadah Or Maya
ni juga cuma ide, tapi sayang kalau nggak diekpresikan di sini..hehe:D
ninneta
terima kasih
salam damai
wah, cara ngerjain tag nya..salut!
julie
sampai orangnya sadar..:)
fai_cong
iyo..hahaha..!!
aisyah muna
waduh, jangan dibayangkan..hahaha!
a-chen
kalau sudah diberitakan di media kok nggak malu..waahh..hehehe
mas doyok
sekedar ekpresi aja mas ..hehe
ho.ho.. mengalir dengan jernih tulisannya.. aku baca sampe habis euy.. ^^ jadi inget betapa mewahnya penjara bagi mereka.. (jangankan hotel.. kamarku aja kalah mewah euy)
btw, makasih atas partisipasinya yaaa... ^^
makasih mas udah mampir..
makasih udah baca sampae habis..jadi seneng..
Posting Komentar