“Berhentilah makan sebelum kenyang,” telah lama sekali nasehat itu kudengar, dan pada waktu itu terucap, yah, tak kuperhatikan, tak kuanggap penting, paling-paling masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tapi herannya, kok daun telinga ini seolah-olah melebar ketika mendengar pertama kalinya, berusaha menangkap kalimat itu sejelas-jelasnya, dan begitu masuk kepala, mendudukkannya di situ dan bukannya mendepaknya keluar lewat telinga sebelahnya. Lah, kok seolah-olah telinga satunya mengangguk-angguk setuju!
Ah...ternyata aku dapat menikmati kalimat itu di waktu-waktu sesudahnya. Kekenyangan itu menyusahkan. Perut sudah tidak dapat lagi merasakan lezatnya makanan, dimasak oleh koki hebat sekalipun. Permulaan makan sih terasa benar lezatnya, apalagi pas lapar saat itu. Tetapi ketika perut sudah penuh, semakin tidak peka terhadap kelezatan itu. Makin lama…makin lama…makin luntur, dan jika diperhatikan, pelan-pelan berganti dengan tuntutan untuk mengisi perut sepenuh-penuhnya. Nanti..lama-lama menyusup ketakutan, “Harus diisi sekarang…!!Besok mungkin sudah nggak ada lagi makanan.” Ketakutan semu, terpengaruh oleh bisikan jahat. Kalau sudah sampai sini, nyata benar jauh kita dari syukur. Nikmat dan syukur itu paling terasa ketika lapar itu hilang. Sesudahnya, jika diisi terus..bukannya kelezatan yang kita rasakan, tapi kesesakan dan makin sesak akibat penuhnya makanan.
Berlebihan itu tidak baik.
Selanjutnya anganku pun makin mengembang…ternyata ini tidak sebatas melingkupi makanan. Semakin kita merangkak di ranah “berkelebihan” semakin kita rentan untuk jatuh terhempas. Misal, orang yang lagi kesakitan hebat akibat kecelakaan lalulintas dan lagi ditolong warga, mungkin nggak ngerasa sedih banget waktu dompetnya jatuh di situ. Bandingkan dengan orang yang mulai serakah ngumpulin laba, rugi dikit aja kecewanya minta ampun! Contoh lain, orang yang mulai gila hormat, berpapasan dengannya harus membungkuk dalam-dalam, sekali aja ada yang waktu berpapasan tetap jalan biasa, geramnya minta ampun! Apa lagi ya? Hm….banyak lah pasti contoh-contoh lainnya di aktivitas sehari-hari.
Yah, kita makin merasakan syukur, makin menikmati kemurahan-Nya..sampai sebelum berlebihan. Ketika berlebihan, yang ada adalah kerakusan dan keserakahan.
---------------------------------------------------link gambar di atas
Catatan : Kemarin dapat award dari Richo, udah saya jemput dan saya pajang disini. Terima kasih, Bro. Kemudian, dari sono saya juga copas-kan "Bagi brotha n sista silahkan di ambil yah awardnya n silahkan di taburkan kembali...... thanks u." Jadi bagi sobat sekalian yang berminat, dipersilakan..
20 komentar:
haajaaaarr..... bro......
eits... stop sebelum kenyang... hehehe...
salam kenal.. :D
Orang tuh makan banyak-banyak coz takut besok nggak bisa makan seenak itu lagi. Padahal kalau terlalu kenyang, nggak bisa berpikir dengan baik tentang gimana caranya supaya besok bisa makan seenak hari ini.
Iya, kesempatan thu ga dateng 2 kali, hihi, mendingan rakus sekarang, kan besok dah ga ada lg :D
ga blh ya kyk gt :D,
lihat gambarnya burgernya aja, langsung kenyaaaaang....
yup, dalam segala sesuatu jangan berlebihan. karena lebay itu gak baik. ehehehe
Hadis Rasulullah ... tapi gambarnya asyik punya tu
setuju dengan komen mbak vicky di atas. lagian emang udah dianjurin agama makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang ^^
yah, apapun gak boleh berlebihan. ada batas2nya. termasuk makan ya. btw, di aneka online memang gak akan keliatan cerpennya. tks ya udah bantu nyariin.
yup setuju kawan....
berlebihan memang nggak enak..
Sitelink Sungai Kuantan
salam kenal juga bro. sekali lagi selamat, untuk hari bersejarah di situ 31 Januari 2010
Vicky Laurentina
Kalau terlalu kenyang, nggak bisa berpikir dengan baik.
Aku suka kalimat itu, Vic.
inuel
Tas plastiknya mb..nih ketinggalan..hahaha!
Elsa
eh..lebay gak baik...
orang bilang lebay tu biasanya gak nyangkut ke makananan tapi nyangkut ke....hehehe
itu jadi lebih luas daripada sekedar makanan
thanks mb tambahannya..
Ersis Warmansyah Abbas
Mencari gambar yang cocok dengan artikelnya pak..:D. Saya baru dari sana, artikel tentang menulis yang menarik.
Henny Y.Wijaya
masukan yang bagus...thanks mb.
Sang Cerpenis bercerita
sebetulnya sudah nebak pasti nggak di situ, tapi tetap nyari juga sh disitu..hahaha
Alrezamittariq
menciptakan kesenjangan juga.
Bisa dibilang batas antara syukur dan serakah itu tipis banget ya? Mungkin hanya sesuap makanan atau selembar seratus ribuan.
Masalahnya tinggal apakah kita sudah cukup bijak untuk mengetahui batas itu?
update..
update..
update...
ech ni masih tagl 31 yah, jhahahha, aku kira :D
Fanda
Setuju mb. Mungkin untuk menjalani hikmat itu lah salah satunya, kita diberi waktu dari hari ke hari.
mb inuel
udah mb. tu di atas. makasih mb. jo dijak balapan lho..hehehe
Posting Komentar