Jumat, 01 Januari 2010

Lembaran Pertama



Entah harus dengan bagaimana kumulai lembaran pertama ini, hari pertama ini, tahun ini. Dengan teriakan? Umpatan? Tangisan? Yang kutahu, sesaat setelah waktu melintas di tahun ini, ketika aku menyusuri jalan kecil, di depanku berjalan seorang bapak, memanggul satu rakit bambu hampir penuh dengan terompet. Diikuti langkah-langkah mungil seorang anak kecil. Dimanakah gerangan terompet itu akan dibawa? Pulang? Dibagikan? Dibuang? Akankah terompet itu masih memiliki harga ketika hingar-bingar tahun baru telah lewat, ataukah telah kembali senilai dengan seonggok kertas? Pastilah sebelumnya dia memiliki harapan sebelum memutuskan menjajakan terompet di malam tahun baru. Pastilah dia membayangkan orang-orang akan berebut terompet. Dan untuk itu tak apalah mengeluarkan tabungannya untuk modal awal, toh nanti kembali..Tak diharapkan, pasti, untuk memanggul kembali rakit penuh terompet, pulang. Dia tidak menikmati momen pergantian tahun. Dia berusaha mengais rejeki melalui momen itu. Untuk itu dia mencari dan berusaha mendapatkan uang awal untuk modal. Tapi terompet kembali. Dia tidak jadi mendapat uang tambah. Bahkan uangnya tidak kembali. Sebenarnya, mungkin, tidak terlalu banyak jika rejeki yang dia bayangkan terwujud. Tapi tidak terwujud. Kembali dengan tertunduk, mungkin mengawali hari tidak dengan pikiran mencari makan tetapi dengan pikiran bagaimana mengembalikan hutang.


Di sisi lain, kulihat di tv, liputan beberapa selebritis yang melewati pergantian tahun dengan pesta. Penuh kegembiraan. Bukan mengais rejeki, tetapi memang menikmati momen pergantian tahun. Mungkin malah sudah mempersiapkan diri beberapa hari sebelumnya. Menyewa ini. Memasak itu. Makan ini. Minum itu. Nyanyi sambil menunggu kembang api meluncur memecah langit. Mereka beli terompet tidak ya?


Aku? Duduk di bongkahan semen pembatas tanaman, membakar jagung. Berada di antara teman-temanku, tapi pikiranku pun melayang jauh…tak berada di antara mereka..

Malam ini ada nyala api arang..tapi malam ini dingin.

Jadi, harus dengan bagaimanakah aku memulai lembaran ini?
Selamat berbahagia bagi yang sedang mendapatkan kebahagiaan
Selamat bergembira bagi yang sedang mendapat kabar gembira
Selamat jalan Gus Dur, Frans Seda
Aku?Aku ingin menjalani hari dengan sebaik-baiknya.

4 komentar:

Hennyyarica mengatakan...

Selamat ngeblog :)

Hendriawanz mengatakan...

Hm...iya. Betul mbak :)

Unknown mengatakan...

lho ini awalnya ngeblog ya? baru mampir ke tulisan yg ini. semoga gak bosan ngeblognya ya.

Hendriawanz mengatakan...

iya mb
makasih ya mb..:)