Kamis, 28 Januari 2010

'Kalo ga mau sakit, jangan menyakiti’




Kalimat ini disodorkan oleh Yolizz waktu BW ke situ, dan tak terasa aku merenungkannya begitu lama. Aku turut terbawa dengan muatan dalam kalimat itu, kalimat yang mengiringi secara bertentangan dengan kejadian-kejadian yang mungkin kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika orang tidak mengindahkan kalimat itu, menyakiti kita, menyiksa kita, sewenang-wenang sama kita, pengin sekali rasanya, mereka celaka, mendapat musibah, kesusahan sehingga akhirnya bisa bilang,"Rasain, lu..!!" Pengin puas menyaksikan pembalasan. Dan pada kondisi seperti itu pula, pengin sekali menyatakan dengan mantap dan lantang, "Kalo ga mau sakit, jangan menyakiti!!" Pengin liat wajah mereka yang mengaduh, wajah yang dengan segala kekalahan mengakui bahwa melanggar kalimat itu benar-benar membuat mereka terjungkal. Dan bahwa kita yang menganut kalimat itu berdiri dengan gagah menikmati pembuktian atau manjurnya kalimat itu.

Namun keinginan kita itu kandas. Kenapa masih ada orang baik yang disakiti? Kenapa orang egois, orang yang mau enaknya sendiri, orang yang tega menginjak orang lain demi kepentingan sendiri, sepertinya malah hidup enak, bergelimang kenikmatan? Dimanakah keadilan? Dimanakah kemanjuran kalimat itu?

Apakah kalimat itu salah?
Menurutku, lebih tepatnya tidak sempurnya. Ada sisi lemahnya. Lemah karena tidak bisa memaksa orang untuk mentaatinya. Orang boleh memasukkan itu sebagai suatu prinsip bagi dirinya, tetapi tidak bisa memaksa orang lain juga harus berbuat hal yang sama. Jika orang memilih untuk menjadi egois, cari enaknya sendiri, tega menginjak orang lain demi kepentingan sendiri, maka orang lain tidak bisa memaksa untuk mengubah sifat atau karakter yang dipilih tsb.Seandainya terjadi kasus yang bersentuhan dengan hukum dan dia dihukum, tidak ada jaminan untuk bisa berubah sifatnya bahkan hingga masa hukuman berakhir.

Lemah apa lagi? Lemah karena bisa membuat kita memiliki emosi seperti di atas. Rasa ingin balas dendam, puas mereka celaka, dan sebaliknya, merasa kecewa jika mereka diampuni dan tidak mengalami konsekuensi atas apa yang mereka perbuat sehingga kita merasa itu tidak adil. Itulah keadilan di kaca mata kita.

Jadi harusnya bagaimana? Menurutku harus ada bekal yang mendasari penerimaan kalimat itu. Yaitu CINTA. (klise kah? jika iya, apakah kita sudah tamat memahaminya). Dengan lambaran cinta, maka ketika orang tidak mau memasukkan kalimat itu dalam dirinya, kita tidak akan terdorong untuk memaksa dan menuntut, dan dalam waktu bersamaan tetap meyakini dia akan berubah. Berbagai peristiwa telah kita saksikan, orang yang sering menyakiti orang lain, tidak berubah sifatnya dengan paksaan, bahkan dengan hukuman penjara sekalipun, namun menjadi berubah oleh karena cinta dari orang-orang yang disiksa dan disakitinya.

Dengan cinta pula kita tidak merasa kecewa ketika seseorang tidak sadar-sadar juga, tetap menyakiti. Telah ada pemahaman yang membuat kita tetap merasakan kesejukan bahwa keadilan itu bukan di kaca mata kita, tetapi ada di tangan Sang Bijaksana.

Dengan cinta pula, mungkin kita akan merasakan betul bagaimana kita memaafkan ketika orang yang menyakiti itu menerima kesengsaraan. Dalam satu acara di tv pernah kulihat ada ibu yang mencari-cari pembantunya yang telah diusirnya, karena menantunya yang memfitnah menjadi sakit, susah bicara, lumpuh sebelah. Aku berpikir, jika Sang Bijaksana menentukan itu terjadi pada sang menantu, dan waktunya telah ditetapkan, maka itu bukan karena sang pembantu berkata, "Ati-ati kamu ya, lihat saja nanti. Nah, sekarang terbukti kan yang ku bilang? Sekarang kamu sadar kan, siapa aku? Aku ini." Cukuplah sang pembantu melaksanakan kalimat itu, yang dilambari dengan cinta, sehingga dia tidak memikirkan tindakan balasan apa dan waktunya kapan. Pemahaman tentang keadilan milik Sang Bijaksana telah melebur dalam cinta. Dan Sang Bijaksana, sumber segala cinta, telah menegakkan keadilan itu dengan cara yang sempurna.

------------------------------------------------------------------------------------link gambar

19 komentar:

Thariq mengatakan...

hmmm...setuju kawan...
kalo diikhlasin aja kesalahan org sama kita rasanya dunia ini plong gitu...tapi kalo pengen ngebales rasanya sempit banget dunia ini...tiap hari ingetnya dia terus...(wah jatuh cintrong dong lama2..wkwkwk)

REYGHA's mum mengatakan...

Wah..ada yang emosi tenang kualat itu bener adanya lho...tapi ngga bisa langsung keliatan..

Unknown mengatakan...

butuh jiwa yg besar utk tidak balas menyakiti org yg sudah menyakiti kita. dan, memang dasarnya adalah cinta. cinta pada sesama. tidak mudah lho.

mocca_chi mengatakan...

iyah, itulah ajaran yg bener, kalau ga mau dsakiti jangan menyakiti, tp kadang kita tanpa sengaja sih nyakitin orang. pada keadaan yg membingungkan. jadi yah... terpaksa terima akibatnya snediir nantiii

Hendriawanz mengatakan...

Alrezamittariq
waduu..ini kata2 yang menarik. mengekstraksi dari artikelnya mas--> fokus pada tujuan dan disiplin pada yang plong..:D

Hendriawanz mengatakan...

REYGHA's mum
yah, memang jika tidak ada lambaran itu, bisa emosi tak terkendali.
btw, blognya lum update ya mb?

Hendriawanz mengatakan...

Sang Cerpenis bercerita
kalimat yang terakhir tu: tidak mudah lho --> sangat setuju mb. susah dan berat. aku berusaha. dan aku yakin aku seorang pemenang di hidupku.

Hendriawanz mengatakan...

mocca_chi
iya, itu sering terjadi, dinamika kehidupan sehari-hari..:)

Elsa mengatakan...

ah, cinta memang powerful banget yaaa

Hendriawanz mengatakan...

Elsa
setuju mb. kuamini juga bahwa aku akan terselamatkan oleh cinta.

richo mengatakan...

hukum alam yah jangan berbuat kalo ga mau nanggung akibate..... bukan begitu???

Yolizz mengatakan...

huaaaa.. ternyata beneran dibuat jadi postingan yah?? hehehe... agak malu neehh ;p

sebenernya masih ada banyak hal yang pengen aku sampaikan makanya postingan itu aku buat bersambung,, so.. ntar aku lanjutin lagi di postingan yah ;)

Hendriawanz mengatakan...

richo
Secara sepintas seperti itu. Thx

Hendriawanz mengatakan...

YolizZ
iya. soalnya mau comment tapi ternyata panjang banget. topik itu memicu perenunganku. ok ditunggu kelanjutannya.

bepi mengatakan...

Ehm, mencintai memang tak pernah akan tersakiti...

nuansa pena mengatakan...

gara-gara pic, tak ambilkan baju isteriku dulu ya baru baca artikelnya! qiqqiqiqiqi

Hendriawanz mengatakan...

bepi
mungkin akan ada lika-liku, tapi berujung pada kemenangan

Hendriawanz mengatakan...

nuansa pena
romantisnya..:)

a-chen mengatakan...

memang kalo cinta tak merasa kan tersakliti...