Aduuh dek...!! Sebaiknya jangan. Bukankan bisa diletakkan di atas meja? Apapun alasannya, sebaiknya jangan digigit.
Seolah2 ingin aku berada di depan mereka dan mengatakan itu, begitu aku membaca koran tentang anak yang mengenakan jilbab sambil menggigit jarum pentul, kemudian jarum tertelan. Ini sudah kali kedua aku membaca berita serupa. Yang pertama jarum meluncur menyusuri saluran napas besar, saluran napas kecil dan akhirnya menancap di paru. Sering melihat jarum kan? Seberapa banyak yang lama-kelamaan menjadi berkarat? Bayangkan sebatang jarum yang menghuni paru. Sebutir nasi yang salah masuk (bukannya masuk ke saluran pencernaan, melainkan saluran pernapasan) saja menimbulkan refleks luar biasa untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Bersin, batuk sekeras-kerasnya, mata memerah basah seperti melotot, dan juga nyeri kepala tajam disertai pusing-pusing. Nah, ini jarum. Dibutuhkan suatu operasi besar, membuka rongga dada dan mengeluarkan jarum yang sudah menimbulkan luka dan infeksi tersebut.
Walaupun dijual terpisah, memang jilbab dan jarum pentul atau peniti sering terlihat akrab. Untuk yang pakae jilbab, mungkin lebih tau sh. Gimana rasanya mempersiapkan jarum pentul atau peniti dengan menggigit? Mungkin lebih praktis ya..., dekat, cepat dan mudah diambil daripada kalau diletakkan di atas meja. Lebih mantap lagi. Mungkin kepikiran juga pertama-tama, ngeri nh nggigit jarum. Tapi lama-kelamaan, sudah terbiasa dan akhirnya nyantai aja taruh itu jarum di antara gigi-gigi.
Tapi lihatlah. Kita ini manusia yang punya emosi, punya rasa kaget, punya refleks. Kalau jarum bisa sampai paru, dalam kondisi “sadar” gak mungkin. Kita punya saraf dan jalurnya sudah jelas. Input (saraf sensorik) --> otak (informasi diolah) --> aksi (saraf motorik). Ya misalnya kita melihat pacar kita dari jauh (input) --> gimana nih? (ada utang gak sama dia? Ini menentukan aksi) --> lari mendekat atau kabur (aksi). Tapi selain jalur “sadar” ini, kita punya jalur lain kan, “refleks”. Jalurnya input --> aksi. Otak belakangan. Misal lagi naik motor, kebetulan gak pakai helm, tiba2 ada benda kecil jatuh ke mata, otomatis kelopak mata menutup, mata terpejam. Sesudah itu baru tau kita baru aja memejamkan mata, dan sadar itu tadi kotoran burung. Kembali ke itu jarum. Saluran pencernaan dan saluran pernapasan kita berdampingan, yang pernapasan di sebelah depan. Di ujung atas, ada katup yang menutup jalan napas, jika kita lagi menelan sesuatu. Jadi kalau lagi menelan makanan, makanan itu gak akan salah masuk ke saluran pernapasan. Lah, itu kok bisa jarum yang digigit masuk ke paru? Ya refleks tadi. Kaget, kerja katup kacau.
Sekarang yok kita bicara masalah kaget. Orang yang mau bikin kaget gak mungkin dari depan, pastinya dari belakang. Sementara itu orang yang menggigit jarum atau peniti mana bisa dilihat dari belakang. Kalau yang mau bikin kaget tau target lagi menggigit jarum atau peniti, gak lah kalau dia mau meneruskan niatnya walaupun pengin banget ngasih surprise. Itu kalau orang. Bagaimana dengan kucing yang tiba2 melompat dari atas ngejar tikus atau berkelahi sesama kucing? Atau suara panci jatuh? Atau kilat waktu hujan? Apapun itu, jika mekanisme refleks aktif, kejadiannya ya seperti itu. Kok gak banyak? Siapa juga yang pengin banyak kejadian seperti itu? Memang setiap kegiatan ada risikonya. Tetapi jika kita mengetahui cara yang lebih aman, mengapa tidak kita pilih cara yang itu saja?
23 komentar:
Waduh, mbak suka banget dan sering banget tuh, meletakan peniti di mulut, eh jarum pentul ndik. Abis gampang sih..
Kemarin lihat beritanya, seorang gadis terpaksa harus dioperasi gara-2 jarum masuk ke tubuhnya. Ih.. ngeri banget ya...
ihh...
saia jd ngeri ngebayangin jarum yg tertelan itu, mas...
saia jg pke jilbab, tp gak prnh gigit jarum pentul pas mau pasang jilbab siyh :D
Terimakasih sharenya Hen. Ini info sederhana tapi bermanfaat. Untunglah penggunaan peniti sudah berkurang, tapi saya masih suka pakai jarum pentul tuh.
Semoga kejadian menelan jarum spt itu tak terulang lagi.
Memang bahaya juga ya...Pdhal merentangkan tangan utk ngambil dari meja juga ga makan waktu banyak loh. Moga2 tulisan ini bisa buat pelajaran bagi yg berjilbab
wah, iya..sebaiknya jgn naruh yg tajam2 di mulut deh.
anazkia
yah, hati-hati mb..semoga selalu sehat
reni
Iya mb. Sejauh ini yang kulihat operasi bedah thorax, membuka dinding dada termasuk salah satu jenis operasi yang lama dibanding operasi lainnya..
vany
syukur tu mb. saia juga sering melihat yang digigit. biasa sh, gak da rasa apa gitu, tapi manakala membayangkan seandainya tertelan jadi ngeri juga.
btw, you have a nice blog mb.
Newsoul
Yah, itu memang sudah menyatu dengan jilbab sih. Semoga selalu sehat, amin.
Fanda
Setuju mb. Memang pengin share awareness dengan nulis ini mb.
Sang Cerpenis bercerita
Saran yang baik mb.
cobaan buat yang make jilbab kali yah...
Tetapi jika kita mengetahui cara yang lebih aman, mengapa tidak kita pilih cara yang itu saja?
saya setuju, kenapa susah susah cari cara yg ribet klo ada cara yg lebih aman :P
tp soal make jilbab, no koment :P
Alrezamittariq
yah memang risiko sh dimana2 ada, ni kebetulan pas tentang jilbab, so just as awareness.
btw, gimana mas, meetingnya gak tiap hari kan.
mocca_chi
setuju, ni artikel gak mengulas jilbab dalam ajaran, tapi adanya kejadian jarung pentul tertelan pada saat mau mbenerin jilbab sehingga butuh operasi. syukur pasien selamat, padahal tu jarum sudah berkarat di dalam lho.
wah yang pasti jangan suka ngerjain orang de, niatnya iseng jadi berabe tar....
kenapa harus jaruumm?? aaahhh saya miris. saya biasa pake bros
richo
iya, kadang malah jadinya serius.
btw, setuju mas, untuk berusaha hidup sehat.
anyin
hmm..?
...nhaa! betul itu. betul itu mb.
jilbab dam peniti memang berteman baik.
kalo aku sih, takut ketusuk sama jarum pentul. mendingan peniti.
terima kasih sudah diingatkan. lain kali pasti lebih hati hati, janan sampe jarum pentul atau peniti tertelan. hehehee
Elsa
kasian banget mb kondisi anak itu. sempat panas tinggi. seolah dia mengingatkan kita untuk senantiasa berhati-hati. untuk hal lain, tolong ingatkan kita2 yang cowok mb.
Posting Komentar