Rabu, 24 Maret 2010

Mengapa-Karena

Mengapa ada kata"mengapa"? Karena untuk menindaklanjuti kata "karena".
Mengapa ada kata "karena"? Karena untuk menjawab kata "mengapa".
Di antara 2 pertanyaan di atas, manakah yang dipilih? Manakah yang lebih dulu?

Agak rumit kah :)
Sekedar perenungan sederhana dari kejadian yang kita jumpai, bahkan sering, dalam kehidupan sehari-hari.
Berapa kali kita melihat seorang anak kecil bertanya kepada ibunya, "Mengapa...,Ma?". Lalu ibunya menjawab, "Karena...,sayang." Si anak mengangguk-angguk. Beberapa saat kemudian, si anak bertanya lagi berdasarkan jawaban ibunya, "Mengapa...,Ma?". Lalu si ibu menjawab lagi, "Karena...,sayang." Demikian seterusnya, aliran pertanyaan yang seperti tak pernah berhenti meluncur dari bibir si anak. Dan makin lama, si ibu menjadi kerepotan menjawab. Mungkin sampai tidak tahu jawabannya. Ada kan di acara tv, orang tua dan anak diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan, yang dalam beberapa kesempatan justru anak yang bisa menjawab. Kembali ke tadi, berapa kali mungkin menjadi topik ngobrol ketika para ibu sedang berkumpul dan saling curhat tentang anaknya, "Wah, gimana ya anakku aktif banget, apa-apa ditanyakan. Dan kalau bertanya seperti tak pernah habis." LEbih rumit lagi kalau anak bertanya tentang hal-hal tertentu yang membuat orang tua berpikir, pantas nggak ya dijawab sekarang atau nunggu dia besar nanti?

Yang kadang tidak disadari adalah, pertanyaan "mengapa" yang terus-menerus itu juga dialami oleh orang dewasa, tentunya tentang hal-hal yang lebih kompleks lagi. Apalagi ketika sedang mengalami sesuatu. MEngapa..mengapa..dan mengapa..?
Rangkaian kata "karena..karena..dan karena.." telah meluncur dari bibir para sahabat yang berusaha menghibur. Namun belum tentu itu memuaskan. Akan timbul lagi "mengapa".

"Mengapa-Karena" terus terlintas bagaikan roda yang berputar makin cepat, makin panas, berasap...mungkinkah terlupa untuk menarik napas ?
"Mengapa-Karena" merupakan bagian dari udara kehidupan yang kita hirup, pemicu semangat untuk mencari makna...dan dalam perputaran roda ini, di titik akhir kehidupan aku ingin memegang "karena". Dan itu milikku.

---------------------------------
Maaf ya teman-teman, jika ada yang berkomentar, "bingung..." yang jelas tidak bermaksud membuat bingung kok. Anyway, terima kasih buat mb inuel, yang telah membantu menambah artikel ini, ketika aku membaca komentarnya :

"aku juga ingin memegang karena saat akhir hidupku, karena itu milikku, aku ngerti mas, kalo aku masih megaqng mengapa, mungkin aku akan terus bertanya dan bertanya :) "

Terima kasih buat sobat semua yang telah mampir dan membubuhkan komentar.

24 komentar:

hendro-prayitno mengatakan...

kadang pertannyaan mengapa harus di iringi karena untuk suatu alasan agar memperjelasnya

Dimas mengatakan...

jujur sob saya bingung..hehe...
coba baca lagi deh...

Q-think mengatakan...

mengapa dan karena /why and because but should be real reason for the answer

non inge mengatakan...

sama kya mas Dimas.. bingung *garuk2 kepala*

mengapa why selalu always tetapi but tidak pernah never? nah loh jd OOT..
*dipentung bang hendri*

have a nice day bang ^^

Unknown mengatakan...

idem ma mas dimas n inge...

lieur euy..hehe..

catatan kecilku mengatakan...

Mengapa aku mampir kemari ?
Karena aku suka membaca tulisan yang ada di blog ini.

the others... mengatakan...

Menurutky..., mengapa selalu lebih dulu dibandingkan karena.
Gak mungkin aku ngomong begini : Karena aku suka baca postingan disini, maka mengapa aku datang kemari ? Ups... ngasal nih !
Hehehehe....

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

mengapa kau cintai...?
mengepa kau kecewakan..?

..
mengapa kau melupakan...

.. yeeaah!!!

kauuuuuu...!!
bisa menggembirakan menceriakan..

kauuuu...!!
*sedang nyanyi lagu nike ardila...(receh)

Unknown mengatakan...

jadi inget lagu Rhoma irama,mengapa oh, mengapa....hehehe...

fanda dan fanny mengatakan...

itu namanya hukum sebab akibat ya. ada mengapa maka ada karena.

inuel mengatakan...

aku juga ingin memegang karena saat akhir hidupku, karena itu milikku, aku ngerti mas, kalo aku masih megaqng mengapa, mungkin aku akan terus bertanya dan bertanya :)

ellysuryani mengatakan...

Mengapa-karena, kausalitas yang tak bisa dihindari. Meski mengapa kadang tak memiliki jawaban yang pasti.

Anonim mengatakan...

ini mah g ada ujungnya, sam asprti mana duluan 'ayam ato telurr'... hahahaa.. berat negh

nietha mengatakan...

aku lagi bosen dengan pertanyaan mas

fai_cong mengatakan...

karena mengapa?
nah kan jadi bingung sendiri.
hihi,,,

Thariq mengatakan...

sebuah analisa yang mantap bro...
aku ada karena kau ada dari raja mungkin cocok buat menggambarkan tulisanmu ini sob...hehe

nietha mengatakan...

hehehehe.. maaf mas, nggak bermaksud begitu juga, nietha lagi nulis juga tentang tanya bertanya, soalnya beneran lagi males ditanyain orang-orang soal pribadi.

buwel mengatakan...

melanjuti koment mbak fannya, dan tak setiap sebab mesti ada akibatnya... :-)

a-chen mengatakan...

tak harus kalo mengapa ada karena kok....
percaya nggak?? hihihih

Fanda Classiclit mengatakan...

Semua hal itu pasti ada jawabannya. Kalo kita tak menemukannya, mungkin pertanyaan itu tak semestinya kita tanyakan, yang artinya persoalan itu bukan untuk kita yang menjawab. Cukup kita menjawab semua pertanyaan yg bisa kita jawab saja, daripada malah bingung mencari 'mengapa' yg tak kunjung terjawab, padahal 'mengapa-mengapa' yang jawabnya ada di benak kita malah tak kelihatan oleh kita.

Mengapa ya komenku kok jg njelimet gini??...

Seiri Hanako mengatakan...

duh..
bener..
bingung daku mas..
hehehehe

Seiri Hanako mengatakan...

eh makasih dah menjawab pertanyaan2ku
(^__^)

Miawruu mengatakan...

sependapat ma a-chen. terkadang kata mengapa tak harus dijawab dengan kata karena.

Elsa mengatakan...

ya...kali ini aku sungguh bingung.
maaf yaaa