Ada dua bidang tanah yang dibatasi oleh pagar. Warga di masing-masing bidang tanah tersebut nggak akur. Mereka betul-betul tidak mau tanah mereka dirampas oleh warga sebelah, sejengkal pun. Untung ada pagar pembatas, berupa tembok setinggi dada.
Rasa memiliki tanah yang berlebihan membuat warga selalu curiga bahwa warga sebelah akan mencuri tanah mereka. Ketika aku berada di warga X, aku tanya sampai di mana tanah mereka. Maka aku diantar sampai ke dinding, dan sambil memegang dinding pagar, mereka bilang, “Ini tanah kami.” Begitu pula sebaliknya, ketika aku di warga sebelah yaitu di Y, mereka mengantar sampai di dinding, dan sambil memegang dinding pagar, warga Y bilang, “Ini tanah kami.”
Trus pagarnya milik siapa?
Kalau pagar itu adalah sungai kering yang kaya akan pasir, warga akan kembali berebut menambang pasir di situ. Akhirnya kembali ribut menentukan batasnya. Pasir yang menjadi pembatas, sekarang berusaha di mencari batas di situ. Mungkin maunya pasirnya dihitung dulu, bahkan sebutir pun dihitung, lalu dibagi dua. Seandainya pasirnya sudah berhasil disisihkan, apa yang menjadi batas ? Warga sudah puas, kedua belah pihak sudah dapat bagiannya. Tiba-tiba di tanah tempat pasir itu tersibak jadi dua bagian, tersembullah sebongkah besar berlian. Warga kembali ribut, berebut menentukan batas, mana berlian yang menjadi milik X, mana milik Y.
Seandainya bidang tanah itu adalah telur dadar yang sudah terbelah dua, dan diberikan masing-masing kepada X dan Y, maka terpisah sejauh apa pun ya tidak akan ribut lagi. Batas dalam arti yang sebenarnya adalah kekosongan, dan itu bukan milik X maupun Y.
Ini fiksi semua kok..hehehe.
Ending Sebuah Penerimaan
-
Benarrr sudah bisa ditebak dari sebuah penerimaan, hati yang lapang dan
keridhoan yang luar biasa.
Kadang, saya terlau egois bahwa hidup ini hanya untuk...
2 minggu yang lalu
17 komentar:
memperebutkan itu krn merasa itu haknya atau krn ada keuntungan yg nanti akan didapatkan??
tp dng berebut sendiri kan g ada untungnya yah -.-a
hmm sedang rebutan yah??
btas ITu milik KU ajA WES BEN RA REBUTAN HEHEHE
heheh.. mana ada berlian berserakan kalo ngga' fiksi, haha, batas itu milikku
:D *ngaso haha
pinter juga nih nulis fiksinya.
mestinya dibuatin sertifikatnya tuh biar gak ribut
mata hati sudah rabun....
setuju sama mbak fanny dan fanda...
Oalah..., kok yg diributkan dan diperebutkan gak habis2 to Mas..? hehehe
Kekosongan itu menurutku milik semua orang... hehehe
bicara masalah batas ya??? saya teringat tentang hadits Nabi tentang batasan-batasan,:"......setiap Raja memiliki batasan-batasan, dan batasan Allah adalah apa yang diharamkanNya"... dst.
cari teman ngeblog mas,,,salam kenal ya
eh.eh ada yang ketinggalan.... aku melu pean mas..
Wah yg namanya rebutan batas itu akan berdampak pd sepanjang hidup kita, tdk nyaman, tdk tentram dsb...
kunjungan pertama nih
visit back ya
menghitung pasir, susah ngga ya
entah kenapa jadi inget matematika jaman SD EHEHE
kayak milik Tuhan deh.... :)
oh, jd terakhirnya rebutan berlian ya, mas?
hehehhe
endingnya gmn nih? :D
batas adalah kekosongan?
bisa jadi...
mungkin karena kosong itu ya, banyak orang "melampaui" batas
Posting Komentar