Gi nggak enak badan nh..tapi memang sudah beberapa hari belakangan, ada beberapa yang pengin ditulis, jadi ditulis sekarang. Yang sebenarnya sudah lama menjadi bahan perenunganku. Kadang kita dihadapkan pada persoalan yang rumit, bak benang kusut, begitu sulit memilah-milah mana benar, mana salah. Jika di hadapan kita berserakan beberapa barang milik adik-kakak kita, kita bisa dengan sabar memisahkan, yang ini punya adik, yang ini punya kakak. Namun kadang di hadapan kita tidak sesederhana itu. Kadang ada batas-batas tertentu kemampuan manusia dalam mengetahui sesuatu. Dalam hal ini maka setidaknya kita bisa bersikap di atas tempat kita berpijak, dan tidak terpancing untuk menjadi serakah, harus bisa mengetahui semua di hadapan kita (sementara belum tentu juga yang ada di hadapan kita adalah untuk kita).
Manakah yang lebih panjang, titik atau garis ?
Garis lah. Atau...titik? Yah, iseng-iseng, aku berandai-andai. Seandainya aku di luar angkasa, aku melihat titik kecil yang ternyata adalah bumi. Lalu aku lebih mendekat lagi, aku melihat lapangan sepak bola, sebuah empat persegi panjang, dengan titik di tengahnya. Ternyata ketika aku lebih mendekat lagi, titik itu ternyata sebuah lingkaran, dan di dalam lingkaran itu ada garis tengah. Lalu aku terbang lagi, beralih ke lapangan golf. Ada titik di dekat bendera. Ketika aku mendekat hampir menyentuh tanah, ternyata titik itu lubang bola, yang tentu memiliki garis tengah yang tidak boleh lebih kecil dari bola golf, supaya bola bisa masuk.
Ternyata bahwa setiap aku melihat sebuah titik, maka titik itu memiliki garis tengah. Kembali ke lapangan bola tadi. Ketika dari ketinggian aku melihat di tengah lapangan itu sebagai titik, ternyata seorang pemain bola membutuhkan beberapa langkah untuk menyusuri garis tengahnya. Ketika kububuhkan titik dengan ballpoint-ku di atas kertas, aku berpikir tentu dibutuhkan beberapa saat bagi “seekor” kuman untuk menyeberangi titik yang kubuat tadi. Ketika kukatakan bahwa garis merupakan titik-titik yang berderet, maka bisa kuambil satu titik saja. Dan ternyata titik itu pun memiliki garis tengah. Demikian seterusnya. Singkatnya, dalam perjalananku dari luar angkasa, sampai ke dunia kuman, titik-garis-titik-garis..itu juga menyertaiku. Sampai di manakah ujungnya ?
Kemudian aku menjawab, ya tergantung di mana kita berpijak, di mana dunia kita. Ya, tapi itu tetap tidak menjawab pertanyaannya kan? Yah, betul. Dan inilah perenungan yang kudapat. Keterbatasan manusia. Yang kadang tergoda bahwa logika yang diolah di otak bisa mengetahui segalanya.
Ketika kita berada dalam satu persoalan yang kusut, dan merasa tidak mengetahui banyak, setidaknya kita tetap mengetahui dimana kita berpijak. Begitulah perenunganku tentang manusia. Sebetulnya ada satu lagi analogi yang ada di benakku, tapi ini sudah panjang ya.. Di tulisan berikutnya aja lah cerita yang satunya.
Ending Sebuah Penerimaan
-
Benarrr sudah bisa ditebak dari sebuah penerimaan, hati yang lapang dan
keridhoan yang luar biasa.
Kadang, saya terlau egois bahwa hidup ini hanya untuk...
2 minggu yang lalu
33 komentar:
Betul... Sadar akan diri dan lihatlah lebih dekat, begitu kan Hendri? ^^
Ini menarik sekali.
wah, filosofis bgt^^
ditunggu analogi berikutnya. btw, sama nih. aku juga lagi gak enak bodi.
Folosofis and dalem
Nice post kawan
:D
Titik.. garis... titik... garis...
Dimanakah aku berpijak kini ?
Tepat di suatu titik dari bumi ini.
DItunggu renungannya yg lain...
Ohya, semoga segera sehat kembali ya...
Sungguh memberikan sebuah renungan dan pemikiran...nice post mas..
Analoginya kereeeen...
Happy monday ^^
lagi gak enak badan ya?
coba periksa DDR aja
kan barusan da ke Kalimantan
jangan2 malarindu eh malaria
thanks atas tulisannya
filosofis banget...
(^__^)
salam sobat
kalau menurut tulisan jelas panjang garis ,
tetapi kalau dilihat dari luar angkasa malahan titik yg panjang,,karena itu lingkaran bumi.
maaf baru berkunjung lagi mas Hendri.
daleeemmmmmm.....sedalam samudra yang tak berujung! hehehehehehe.......
ups....aku pake titik banyak banget! pake garis ah_________________________________________
tergantung persepsi gitu ya mas.. well cepet sembuh ya..
aku ingin mejadi sebuah titik yang akan menjadi sebuah garis panjang yang mampu kulewati :D, karena titik titik itu akan bersatu :D, so.. artinya apaan ni hahaha
____ dan ............. , panjangan titik Mas kalo punya saya... :-D
wah, analogi yang menarik....
garis terdiri dari gabungan titik-titik, trnyata itu hanya teori dasar,,, saya jd berfikir kembali *bingung maksudnya* hehe...
titik garis, titik dan garis mana dulu ya, hehehe...kok jada kaya telor dan ayam. award dah inyong pasang
haiaaaaaa... filosofisnya dalam banget. ampe susah otak mia mencernanya. mesti byk belajar lagi dari bro hendriawan nih....
Saat sedand dalam kekusutan seperti itu, lebih baik kita 'keluar' dari diri kita, dan coba memandangnya dari sudut pandang yg berbeda. Biasanya solusi itu sdh ada disana, hanya kita tak melihatnya dari tempat kita berdiri.
setuju bro...sebuah filsafat yang sangat dalam...
filsafatnya tinggi banget
hebad filosofinya tinggi
kenalan bos yang filosofis
eka
yah, begitulah..trims sobat masukannya
Sang Cerpenis bercerita
wah semoga cepat sembuh mb
Seiri
Nggak kok, sudah lama dari Kalimantannya. Anyway thx atas advice-nya.
NURA
terima kasih atas masukannya sobat
duniaira.blogspot
hm?
ahahahaha...
anyin
terima kasih nyin
Inuel^-^
Wah, tambahan yang bagus lho..mb Inuel :D
baca postingan ini tiba2 aku inget film, "Horton, hears a who" hehehe :P
Maaf baru berkunjung setelah sekian lama absen....
Posting Komentar