Telah genap setahun aku menulis di lembaran ini. Kembali kubuka lembaran pertamaku, catatan pertamaku, di tahun itu. Adakah yang berubah? Apakah terompet masih ada yang tersisa? Apakah kembang api masih meluncur deras ke angkasa di detik-detik pergantian? Apakah bunyinya masih memekakkan telinga? Seolah tidak ada yang berubah. Semua masih ada, mengisi malam hingga dini hari ini.
Benarkah tak ada yang berubah? Benarkah dunia ini tak berubah? Kupikir tidak demikian. Belum lama terjadi letusan gunung Merapi. Hujan abu begitu tebal dan membatasi jarak pandang ke depan. Hari-hari biasa, begitu mudahnya menikmati dari jauh, udara cerah yang menghantarkan keindahan gunung Merapi dan Merbabu tiap dalam perjalanan ke kampus, pada hari-hari itu hampir tak terlihat, tertutup abu tebal. Rumah yang tertutup rapat pun tetap tak kuasa untuk menghamparkan lapisan debu di lantai depan hingga belakang. Tak lama berselang, banjir lahar dingin. Di antara itu diselingi gempa tektonik.
Ya. Ada perubahan. Denyut nadi dan hembusan nafas segala bentuk kehidupan di bumi seiring waktu. Aku masih di sini, walau seolah diam, aku tahu bahwa hembusan atau mungkin terpaan keras perubahan melingkupiku. Tapi aku pun tahu bahwa semua itu dapat kusambut sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, tinggi dan makin tinggi, hingga akhir nanti. Dan kuaminkan.
Kisah Dharma Sucipto Menjaga Masa Depan Anak-Anak Indonesia Lewat Jajanan
Sehat
-
Di banyak kota dan desa di Indonesia, pemandangan anak-anak membawa plastik
jajanan warna-warni saat istirahat atau pulang sekolah adalah hal yang
biasa....
1 hari yang lalu
