Sabtu, 01 Oktober 2011

Sahabat


Orang bilang dunia makin sempit. Tapi bukan berarti sahabat makin mudah didapat. Terima kasih telah mau menjadi sahabatku. Tanpa kausadari, engkau telah membesarkan hatiku. Engkau telah membuatku berani berjalan bersama-sama, tidak lagi menahan langkah untuk selalu berjarak di belakangmu. Sahabat, engkau telah menarik tanganku sehingga aku berani duduk semeja denganmu. Aku pun mulai berani menyapa orang-orang di sekelilingku. Kini kau bilang bahwa kau tak kan pergi…ya aku tahu. Itu tak kan mngurangi rasa kehilanganku..

Ketika kau bilang bahwa kau tak akan pergi, aku tahu bahwa kau kan menjauh. Untuk menempuh jalan yang kau impikan selama ini. Meskipun ku seolah teronggok di sini, selapis rasa syukurku atas kebersamaan kita akan mampu menyusup di antara bongkahan rasa kehilanganmu, untuk meneriakkan perpisahan dengan lantang dan senyum ceria. Dan aku tahu, aku pun juga akan memasuki pintu gerbang jalan yang kuimpikan.

Rabu, 21 September 2011

Talkshow Artis, Dosen, dan Praktisi

Dalam perjalanan ke kampus, saya melihat tulisan di baliho besar di dekat stadion sepak bola, kalau tidak salah baca gini, “ The Greatest Wealth is Health”. Iya lah, kalau saya pikir-pikir, banyak orang tenggelam dalam kesibukan, aktivitas, ataupun kerja masing-masing. Dari pagi sampai malam. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kalau kebutuhan hidup belum terpenuhi, putar otak terus, berusaha cari lemburan. Tapi tak dapat disangkal, bahwa fisik ada batasnya. Tubuh dan pikiran juga perlu istirahat. Untuk kemudian berkarya lagi sesudah segar kembali. Jika bekerja berlebihan, jatuh sakit. Dan ketika sakit, biasanya lebih terasa betapa berharganya kesehatan itu. Yak, saya pikir juga gitu, jangan tunggu sakit untuk bisa merasa betapa nyamannya kalau sehat. Tapi pada saat sehat, bagaimana tetap bersyukur dan turut memelihara kesehatan kita.

Banyak orang melihat lingkungan sekitarnya, membaca buku, menggali berbagai pengetahuan, dalam upayanya untuk menjaga kesehatan. Nah, dalam waktu dekat ada artis, dosen psikologi, dan praktisi yang akan share apa yang telah mereka dapat untuk menjaga kesehatan, dalam suatu talkshow di Jogja. Informasi acara ini disampaikan oleh seorang sobat, dan dia juga meminta bantuan supaya poster dan deskripsi detilnya disampaikan di sini. Saya pikir, jika para tokoh yang telah dikenal luas ini hendak share apa yang telah mereka dapat, tentu ada hal-hal baik yang dapat dipetik. Maka jika sobat-sobat hendak ‘mencicipi’ sharing mereka, datang aja. Nih detilnya :

"MEDITATION FOR A BETTER BODY AND MIND"
Meditasi lebih dari sekedar kegiatan spiritual yang cenderung religius. Melatih kesadaran melalui meditasi juga bermanfaat untuk kesehatan, dan bahkan telah dibuktikan secara sains. selain menyehatkan tubuh, meditasi juga dapat mencerdaskan otak .
Hadirilah talkshow mengenai meditasi kesehatan yang bertajuk "MEDITATION FOR A BETTER BODY AND MIND" dengan narasumber:

1. Gede Prama
Beliau adalah seorang praktisi meditasi asal Bali yang telah dikenal secara meluas, baik melalui kecakapannya berbicara, maupun melalui buku-buku yang telah ditulisnya, seperti Sadness, Happiness, Blissfulness: Transforming Suffering Into The Ultimate Healing (Gramedia International 2009). Alumni Universitas Leicester dan INSEAD ini kini tinggal di Desa Tahun Bali dan menjadi salah seorang pembicara publik yang paling diminati di kancah nasional maupun internasional.

2.Titiek Puspa
Siapa tak kenal artis senior pelantun tembang "Apanya Dong" ini? Di usianya yang sudah kepala 7, beliau tetap segar bugar, bahkan berhasil sembuh dari kanker rahim stadium 2 yang dideritanya sejak akhir 2009. Berkat meditasi, beliau dinyatakan terbebas dari kanker rahim pada awal 2010.

3. Kwartarini Wahyu Yuniarti
Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sarat prestasi. Mungkin kalimat itulah yang dapat menggambarkan narasumber yang satu ini. Berbagai macam penghargaan tingkat internasional telah diterimanya, berkat dedikasinya dalam bidang keilmuan, khususnya psikologi. Salah satu bidang yang ditekuni beliau adalah psikologi kesehatan (health psychology). Banyak riset yang dilakukan beliau dalam bidang ini, termasuk di antaranya adalah meditasi untuk kesehatan.

Ketiganya akan berkolaborasi dalam talkshow yang diselenggarakan dalam rangka DIES NATALIS ke-21 KAMADHIS UGM. dalam talkshow ini juga akan ada praktik meditasi serta diajarkan teknik meditasi dengan benar.
Sangat menarik, bukan?
Jangan sampai ketinggalan!

Minggu, 25 September 2011
Pk. 15.00 - selesai
Auditorium Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

HTM :
Mahasiswa : 45.000
Umum : 65.000
VIP : 100.000
Fasilitas : makan malam, snack, seminar kit.

Contact person:
Winnalia (085668468123)
Santika (08999870697)

Kamis, 15 September 2011

Dalam temaram lampu antik jalanan

Dek,
Sudah kesekian kalinya kita bersandar di tembok kraton ini
Lihatlah..
Tembok ini sudah tidak putih lagi, sebagian berlumut, tetapi tetap kokoh tebal, dan penuh gurat saksi sejarah, perjalanan kisah dari waktu-waktu

Dalam temaram lampu antik jalanan ini, makin indah suasananya
Ah, Mas tuliskan nama Mas dan nama Adek di tembok ini ya (hehe…..nakal ya)
Suatu saat, kita akan ketemu lagi di sini.

Besok kita sudah berpisah, Mas berjuang di sini dan Adek berjuang di sana
Untuk masa depan kita berdua

Sini, Mas kecup kening Adek
Mas restui dan iringi perjalanan Adek dengan doa
Semangat ya

(dan samar-samar terdengar suara biola kesukaanku dari balik tembok….pengamen di café situ yang sedang menyanyikan lagu seolah mengiringi perjalanan kisah kami..)

Slalu kutunggu hanyalah cinta
Hanya cinta yang tak terganti
Yang aku nanti hanyalah cinta
Hanyalah cinta yang abadi

….song by Anggun… “

Kamis, 01 September 2011

Di RW tempat saya

Lain tempat, bisa lain pula cara menyambut lebaran. Di RW tempat saya, seluruh warga, tidak mengenal SARA, datang ke masjid. Di halaman, sudah ada deretan kursi plastik, dan warga “sepuh” (lanjut usia) duduk di situ. Lalu seluruh warga berbaris, urut, silaturahmi kepada para “sepuh” tersebut, selanjutnya berdiri di samping kursi, demikian seterusnya sehingga seluruh warga, dari anak-anak sampai dewasa dapat saling bermaaf-maafan.
Yah, begitulah di RW tempat saya.

Minggu, 28 Agustus 2011

Tahukah kau?


-----sumber gambar di sini ----

Mengapa engkau menjauh dariku dan menampilkan wajah masam mu?
Kawatirkah engkau bahwa aku akan menjadi besar kepala dan mengartikannya engkau suka padaku jika engkau menerima jabat tanganku?

Tahukah engkau bahwa aku merasakan itu?
Tahukah engkau bahwa aku tidak seperti yang kau pikirkan itu?

Aku hanya tak ingin tunduk oleh kebencian ataupun kekecewaan. Sudah menjadi sikapku untuk mengubah itu menjadi kedamaian. Kemenanganku atas diriku sendiri.
Itulah alasan mengapa aku tak menjauh darimu, dan bahkan ingin menjadi temanmu..........setelah engkau menolakku.


---inspired by the word "galau" ...during several visits---

Kamis, 25 Agustus 2011

(Hampir) Luruh


Bayangkanlah menjadi yang tertinggal
mengayuh sekuatnya dengan napas tersenggal
menempuh jarak tanpa tahu sampai di titik mana
dengan deru angin dan debu sekeliling yang melibas menerpa kulit dan wajah

seakan tanpa harap namun kaki dan tangan seolah memiliki keinginan sendiri untuk terus bergerak

akankah keringnya bibir dan air mata ataupun senyum, pekik dan tawa yang didapat di depan..tak menjadi soal, bahkan telah luntur di dalam benak

benarkah tak ada lagi tetes keringat oleh teriknya perjalanan?

bukankah ini telah cukup menjadi alasan untuk menyerah dan berubah menjadi pribadi yang buas ..?

..........Tidak. Embun penyejuk tak pernah datang terlambat. Kotor, lusuh dan kering ragamu tak mempengaruhi bening dan mulianya jiwamu.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Tetap di Bumi


Sumber gambar di sini

Planet Gliese 581 c berjarak 20,4 cahaya (193 triliun km) dari Bumi dan terletak di rasi bintang Libra. Ditemukan oleh tim Stephan Udry dari Observatorium Jenewa di Swiss, planet ini diperkirakan layak huni dengan suhunya yang berkisar 0-40 derajat Celcius, suhu yang memungkinkan keberadaan air, komponen penting dalam kehidupan.

Ini merupakan salah satu titik berita dari rangkaian perjalanan panjang pencarian planet lain, kehidupan lain di luar Bumi. Bagaimana kelanjutannya? Apakah yang diinginkan dengan pencapaian-pencapaian yang telah ada?

Apakah terkait dengan usia Bumi yang telah semakin tua? Apakah terkait dengan manusia yang memenuhi Bumi? Sulit untuk menyingkirkan prakiraan tidak adanya keinginan, paling tidak pihak-pihak yang meneliti, untuk mengembangkan wilayah tempat berpijak ataupun untuk migrasi.

Migrasi ? Pindah tempat tinggal? Sebagian manusia di Bumi, sebagian lagi di planet lain? Nanti bagaimana komunikasinya? Bagaimana kalau pengin reuni? Bagaimana kalau mau kondangan?
Dalam permisalan planet Gliese 581 c dihuni oleh sebagian manusia, sahabat yang mau menikah butuh mengirimkan undangan 20,4 tahun sebelumnya supaya tepat waktu sampai di Bumi. Itu pun undangan dikirim dengan kecepatan cahaya. Lalu tamu yang datang butuh waktu yang sama pula untuk sampai ke tempat resepsi, itu pun dengan kecepatan cahaya.

Sekarang sudah ada paket jalan-jalan ke antariksa dengan biaya sekian miliar. Paling tidak sudah ada 7 turis yang terbang PP, berangkat dari the International Space Station memakai Soyuz spacecraft . Pastinya ada sensasi luar biasa untuk diceritakan kepada kerabat dan teman-teman sesudah mendarat kembali di Bumi. Kegembiaran luar biasa, karena ujung-ujungnya ke Bumi lagi. Tapi migrasi ?

Kalau aku sih di Bumi aja, sesuai denga karya yang tercipta, yaitu eksistensiku memang di sini. Dengan tetap menghargai kemajuan ilmu pengetahuan, hadirku di dunia ini dan bumi yang tercipta untukku, pastilah baik adanya.

Senin, 01 Agustus 2011

Doa Sepasang Petani

Sayangku
marilah kita menari bersama
genggam tanganku erat

lihatlah padi kita
yang telah tumbuh
sebagian layu
dengan batang yang merapuh
tanpa isi
kosong
serat yang mengering berharap setitik hujan

jangan berhenti melangkah
mengitari sawah kita
alirkan rasa kita pada bulir demi bulir
menyatu dengan harap kita
untuk tetap bertahan di musim ini
hingga panen tiba

panen itu kan tiba sayang..
panen itu kan tiba…

Minggu, 15 Mei 2011

Salah memahami sikap

Enak juga ya memancing. Duduk di rumput di tepi sungai. Air mengalir cukup tenang, dengan sedikit gelombang mengikuti arah angin. Tidak terlalu panas, cukup teduh. Dan begitulah yang dilakukan Yudi dan Vicky. Vicky yang memancing, dengan joran yang kecil tetapi kuat, sementara Yudi hanya duduk di sampingnya, dengan tak henti-henti ikut memandang ujung joran.

Tiba-tiba Yudi melihat ujung joran mengangguk kecil-kecil, seperti ada yang menarik.
“Vick, dimakan tuh..!” Yudi berseru pelan kepada Vicky.
“Iya, aku tahu,” jawab Vicky tenang.

Yudi melihat ujung joran ,mengangguk-angguk, kadang cepat, kadang pelan. Dia heran kenapa tidak segera ditarik jorannya. Lama-lama dia melihat ke Vicky. Orangnya masih tenang-tenang saja, kadang-kadang kedua tangannya yang memegang joran diangkat naik, kadang-kadang diturunkan mengikuti tarikan ikan. Yudi jadi gemas.

“Vick, jangan ragu-ragu gitu dong..! Cepat tarik. Nanti keburu lepas..!” Yudi mendesak-desak Vicky.
“Sstt..sabar..tunggu ..!” kedua tangan Vicky masih bergerak mengikuti joran, naik sebentar, turun sebentar..tapi tiba-tiba..wwuuutuuttt!!

Tangan Vicky bergerak dengan cepat, mengangkat joran kuat-kuat…dan senar pancing pun seperti tarik-menarik dengan ikan yang didapat, makin lama makin mendekat. Yudi girang dan bergegas menyelamkan jaring menyambut ikan sudah tertarik sampai di tepi sungai.

“Wuihhh..besar banget Vick..!! Pesta nih, kita ntar malem..!!” teriak Yudi sambil memegang ikan kuat-kuat.
Sesudah memasukkan ikan pada tempatnya, Yudi kembali duduk di samping Vicky, yang sudah memasang umpan. Umpan dilontarkan … dan Vicky kembali duduk tenang.

“Eh, Vick, napa sih tadi kamu ragu-ragu? Untung ikannya masih sempat ketarik…” Yudi bertanya penasaran.
“Hm? Jadi tadi kamu pikir aku ragu-ragu? …Oh, yang tadi aku kadang menarik-narik joran pelan, tapi kadang jorannya aku turunkan, gitu ya?”

“Iya”, Yudi masih nampak penasaran. Lalu Vicky melanjutkan.
“Iya sih, aku tahu juga kalau kamu melihatnya begitu. Aku tampak seperti ragu-ragu. Tapi sebenarnya tidak. Yang benar, aku sedang menunggu saat yang tepat untuk menarik joran. Tadi aku menaikkan dan menurunkan joran itu mengikuti tarikan senar akibat umpan yang dimakan ikan. Dari situ aku bisa merasakan dan mengikuti, ikan itu baru memakan dikit-dikit, belum melahap semuanya. Kalau tadi langsung kutarik..malah nggak dapat. “

“Oh… gitu ya. Tapi..kok aku gak bisa membedakan kamu tadi ragu-ragu atau lagi menunggu waktu?”
“Yak. BEtul. Memang tidak bisa dibedakan. Aku pun kalau jadi kamu, juga mungkin akan berpikir begitu tadi.”

Dan keduanya pun kembali asik memandang ujung joran yang mengangguk-angguk.

Yah, terdapat perbedaan antara sikap ragu-ragu dan sikap sedang menunggu waktu yang tepat. Orang yang ragu-ragu memiliki problem pada dirinya sendiri. Orang yang sedang menunggu waktu yang tepat jelas tidak ragu-ragu, tetapi justru tahu kondisinya, apa yang sedang terjadi…bahkan mengikuti dan merasakan perubahan dan perkembangan sehalus-halusnya.

Jadi terasa pada kejadian di dunia kerja. Di laboratorium, ada kegiatan pengecatan preparat. Sesudah dicat, preparat dicuci dengan air yang mengalir pelan-pelan. Apa jadinya jika tiba-tiba ada yang tidak sabaran bilang, “Jangan ragu-ragu seperti itu. Cepat dong nyucinya” sambil tangannya memutar keran sampai longgar dan air mengucur deras? Habis dan rusaklah preparat yang dicuci. Bersabarlah memahami teman, dek.

Senin, 09 Mei 2011

Bangkitlah

Bukankah angin berhembus tak pernah sama
Bukankah air mengalir gemericik kadang meluncur deras
Bukankah terik matahari di siang hari pun kembali menghangat lembut di esok pagi

Hidup..kehidupan..bagaimanapun adalah keindahan
Ada saat merasakan sejuknya desiran tarikan nafas
Ada saat merasakan kesesakan di dada
Ada saat merasakan kelegaan hembusan nafas

Mungkin saat ini impian dan harapan yang telah kau bangun retak berserak
Namun masih ada kepingan yang kau genggam
Dan akan engkau rekatkan kembali
dengan keping-keping lainnya

Bukankah itu indah?
Karena tersusun oleh keping-keping pilihan
Yang terbaik.. yang tetap bersinar di antara yang meredup suram

Bukankah itu indah?
Saat ini…
Apa yang kau punya
Begitu berharga
Yang terbentuk harus melalui jalan itu

Jumat, 29 April 2011

Apa yang ingin dia teriakkan

Saat kami datang ke huntara (hunian sementara) itu, datanglah seorang bapak dengan menggendong anaknya, turut mengobrol tentang keadaan saat ini sambil menunggu hunian tetap. Di tengah-tengah obrolan, kok sepertinya anak yang digendongnya tidak banyak bergerak. Ahh..ternyata anaknya sudah diare sejak beberapa hari lalu. Ketika diperiksa, ternyata matanya cekung dan anaknya lemas. Awalnya tidak kelihatan karena posisi anak yang selalu menelungkup memeluk bapaknya. Atau lebih tepatnya terkulai dalam posisi menelungkup.

Bapaknya tampak biasa, demikian pula ibunya tampak biasa seolah tidak ada masalah. Ibunya sedang memasak air dengan kayu bakar di dapur, samping rumah. Ternyata bapak dan ibunya tidak menyadari bahwa anaknya yang diare terus-menerus sejak beberapa hari lalu itu, menderita dehidrasisekian lama. Anak tampak diam dan tenang bukan karena tidak membutuhkan pertolongan, tetapi karena sudah tak mampu bersuara dan bergerak untuk minta tolong.


Bukan yang ini sh, tp pasien satunya. Photo by Prasetio W.

Dengan segera, bapak dan ibunya diminta membawa air minum, kemudian dicampur oralit. Ketika oralit disendokkan ke mulut si anak, barulah terlihat betapa si anak menghisap habis setiap cairan oralit yang diberikan. Bahkan, kemudian tangan si anak turut memegang gelas dan mulutnya berusaha mendekat ke gelas, meminum air yang di gelas sementara tangan si bapak masih memegang sendok.

Syukurlah kondisi gawat itu tertangani. Ah, suatu pelajaran yang sangat berharga untuk mengenali lebih dekat kondisi seorang anak, apa yang sedang terjadi padanya, apa yang ingin dia teriakkan.

Rabu, 27 April 2011

Dek..

Telah gelap di sekeliling kita
Bersandarlah padaku
Biarkan kuusap keringat dan lusuh di dahimu
Pejamkanlah matamu
Biarkan aku yang menceritakan padamu
indahnya bintang-bintang di sana
senyum penuh kasih mereka kepada kita
Mengingatkan kita
Bahwa kita tak sendirian
Bahwa kita kan menemukan jalan

Sabtu, 01 Januari 2011

Kusambut

Telah genap setahun aku menulis di lembaran ini. Kembali kubuka lembaran pertamaku, catatan pertamaku, di tahun itu. Adakah yang berubah? Apakah terompet masih ada yang tersisa? Apakah kembang api masih meluncur deras ke angkasa di detik-detik pergantian? Apakah bunyinya masih memekakkan telinga? Seolah tidak ada yang berubah. Semua masih ada, mengisi malam hingga dini hari ini.

Benarkah tak ada yang berubah? Benarkah dunia ini tak berubah? Kupikir tidak demikian. Belum lama terjadi letusan gunung Merapi. Hujan abu begitu tebal dan membatasi jarak pandang ke depan. Hari-hari biasa, begitu mudahnya menikmati dari jauh, udara cerah yang menghantarkan keindahan gunung Merapi dan Merbabu tiap dalam perjalanan ke kampus, pada hari-hari itu hampir tak terlihat, tertutup abu tebal. Rumah yang tertutup rapat pun tetap tak kuasa untuk menghamparkan lapisan debu di lantai depan hingga belakang. Tak lama berselang, banjir lahar dingin. Di antara itu diselingi gempa tektonik.

Ya. Ada perubahan. Denyut nadi dan hembusan nafas segala bentuk kehidupan di bumi seiring waktu. Aku masih di sini, walau seolah diam, aku tahu bahwa hembusan atau mungkin terpaan keras perubahan melingkupiku. Tapi aku pun tahu bahwa semua itu dapat kusambut sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, tinggi dan makin tinggi, hingga akhir nanti. Dan kuaminkan.