Kamis, 29 April 2010

Batas itu milik siapa ?

Ada dua bidang tanah yang dibatasi oleh pagar. Warga di masing-masing bidang tanah tersebut nggak akur. Mereka betul-betul tidak mau tanah mereka dirampas oleh warga sebelah, sejengkal pun. Untung ada pagar pembatas, berupa tembok setinggi dada.
Rasa memiliki tanah yang berlebihan membuat warga selalu curiga bahwa warga sebelah akan mencuri tanah mereka. Ketika aku berada di warga X, aku tanya sampai di mana tanah mereka. Maka aku diantar sampai ke dinding, dan sambil memegang dinding pagar, mereka bilang, “Ini tanah kami.” Begitu pula sebaliknya, ketika aku di warga sebelah yaitu di Y, mereka mengantar sampai di dinding, dan sambil memegang dinding pagar, warga Y bilang, “Ini tanah kami.”

Trus pagarnya milik siapa?

Kalau pagar itu adalah sungai kering yang kaya akan pasir, warga akan kembali berebut menambang pasir di situ. Akhirnya kembali ribut menentukan batasnya. Pasir yang menjadi pembatas, sekarang berusaha di mencari batas di situ. Mungkin maunya pasirnya dihitung dulu, bahkan sebutir pun dihitung, lalu dibagi dua. Seandainya pasirnya sudah berhasil disisihkan, apa yang menjadi batas ? Warga sudah puas, kedua belah pihak sudah dapat bagiannya. Tiba-tiba di tanah tempat pasir itu tersibak jadi dua bagian, tersembullah sebongkah besar berlian. Warga kembali ribut, berebut menentukan batas, mana berlian yang menjadi milik X, mana milik Y.

Seandainya bidang tanah itu adalah telur dadar yang sudah terbelah dua, dan diberikan masing-masing kepada X dan Y, maka terpisah sejauh apa pun ya tidak akan ribut lagi. Batas dalam arti yang sebenarnya adalah kekosongan, dan itu bukan milik X maupun Y.

Ini fiksi semua kok..hehehe.

Rabu, 28 April 2010

Kosong, materi, tiada

Kosong. Kata yang nggak asing di telinga. Mungkin ada teman yang mau mandi, tiba-tiba keluar lagi sambil berteriak, “Woeyy, sapa yang tadi malam ngabisin air. Kalau makai, tanggung jawab dong. Isi. Kosong nih bak mandinya.”
Atau ada tamu, kita nyuguhin air minum. Lalu kita masuk lagi untuk ambil kue. Waktu keluar mau menghidangkan kue, air minum di gelas tadi sudah habis. Lalu si tamu bilang sambil malu-malu,”Ehm..maap, gelasnya kosong. Habiiz..haus banget..ehehehe.”

Aku juga teringat di komik, waktu Jon meletakkan gelas berisi air, setengahnya, lalu bilang sama Garfield, “He Garfield, menurutmu gelas ini setengah kosong atau setengah isi ?”

Apakah memang kosong? Aku merenungkan ini sambil ngisi waktu dalam perjalanan pulang dari Solo. Menurutku tidak. Kalau melihat gelas yang tadi dibilang setengah kosong setengah isi, sebetulnya isi semua, di bawah berisi air, di atas isi udara. Aku membayangkan benda-benda yang kira-kira akan dibilang kosong. Botol softdrink, sesudah diminum, isinya, dibilang kosong, tapi tidak. Tetap isi, tapi udara. Air di galon habis, ya tetap isi, udara. Apa lagi ya.. Tanki bensin di motor, bensin habis, tampak kosong, tapi isi udara juga. Jadi kalau dipikir-pikir, ketika bilang kosong, ternyata tidak. Tetap isi, cuma diisi yang lain.

Kalau begitu di manakah letaknya, kosong itu ?

Lalu aku membayangkan gelas yang setengah kosong tadi, kuisi dengan minyak goreng sampai penuh. Nah sekarang, yang bagian bawah isi air, yang atas isi minyak goreng. Minyak dan air nggak pernah mau bersatu. Jadi ada batas di antara mereka. Ada kehampaan di antara mereka. Nah, kosong menjadi batas di antara mereka. Hampa menjadi batas di antara mereka.

Akhirnya aku memikirkan, oh inikah maksud diciptakannya dimensi ruang? Jadi dimensi ruang mengandung isi materi dan kosong.

Mengapa aku memikirkan ini? Karena menurutku penting dan mendasar. Sekarang ilmu dan teknologi sudah begitu maju. Berusaha menjangkau luasnya semesta, berusaha menilik lebih jauh lagi apa yang bisa dilihat di luar bumi, di luar matahari, di luar Bimasakti, di luar Milky Way, tertarik menganalisis supernova, terus dan terus. Walaupun ‘hanya’ berupa titik-titik bercahaya di antara kegelapan, toh tetap berusaha terus melihat makin jauh. Di sisi lain, manusia juga bersemangat berusaha merambah dunia mikro. Dulu hanya bisa melihat dengan mata telanjang. Sekarang kita bisa mengatakan, tubuh kita terdiri atas sel-sel. Masuk ke dalam, di dalam sel ada inti sel. Masuk lagi, dalam ini sel ada DNA. Masuk lagi, DNA disusun oleh molekul. Molekul terdiri atas atom. Di dalam atom ada proton yang dikelilingi elektron. Elektron berputar terus di orbitnya, mengelilingi proton. Berputar? Jadi di antara elektron dan proton ada kekosongan. Nah, tuh? Ternyata tubuh manusia ini isinya itu dan kekosongan. Di dunia fisika, sudah merambah masuk lagi ke dalam proton, yang ternyata terusun dari quarks.

Mau ke arah mikro, mau ke arah makro, semua terdiri atas isi materi dan kosong. Di dalam dimensi ruang.

Lalu apakah kosong atau hampa ini sama dengan tiada? Nggak juga sh. Kalau kosong atau hampa itu empty. Masih, di dimensi ruang. Kalau tiada itu not exist, di luar dimensi ruang. Kalau empty, mungkin manusia masih tahu, tapi kalau not exist, manusia tidak tahu lah. Manusia tidak tahu dirinya sebelum hadir di dunia ini. Yang begini ini bukan empty, tapi not exist.

Lalu kalau kita mendengar ada orang yang nanya, “Eh, si X ada nggak di rumah ?” terus si Y menjawab, “Tidak ada”. Maksudnya bukan not exist. Kalimatnya saja sh yang kurang lengkap. Lengkapnya kan, “Tidak ada di situ, ada tapi di tempat lain.” Jadi masih tetap di dimensi ruang.

Kalau kita melihat berita di tv, mungkin ada berita wabah, atau korban perang, atau bencana alam, yang meninggal dimakamkan ataupun dikremasi, maka material/fisik orang tersebut terurai, makin kecil, kembali ke sel, molekul, atom, dan seterusnya, menjadi isi materi dan kekosongan di dimensi ruang. Tapi jiwa kembali pada Sang Pencipta.

Akhirnya, siapakah pemilik semesta dan segalanya ini, so pemilik dimensi ruang beserta isi materi dan kekosongannya? Sang Pencipta.

Jadi, kurenungkan, betapa agungnya Sang Pencipta, betapa tak terukurnya oleh manusia, ciptaan-Nya.

-------------------------------------

Ni pas BW ada artikel spesial di tempatnya mb Inuel, ada yang ulang tahun. Kebetulan ada kartu di sini.

Selasa, 27 April 2010

Dua hari ke Solo

Entah kenapa kadang-kadang kalau mau jalan ke mana, aku lebih suka tanyanya sedikit demi sedikit. Termasuk perjalanan dengan kereta api kemarin. Belum tahu bagaimana cara ke sana, yang penting ke stasiun dulu. Kalau pas pengin gini, ternyata sudah tahu lengkap dari A-Z, rasa-rasanya tidak menarik lagi, tidak bisa menikmati perjalanan. Tapi memang ada saatnya, dalam suatu kegiatan yang membutuhkan persiapan lengkap dari A-Z, kita harus mempersiapkannya demikian. Untuk yang kali ini, aku lebih suka tanya sedikit demi sedikit.

Di stasiun, yang namanya KA Prameks itu tiap jam ada. Toh aku juga tidak tahu apa jam bulat (jam sekian nol nol) atau jam menit-an. Sampai di peron, aku dikasih tahu, nanti kereta berangkat jam 14.30. Ok, aku duduk di tempat tunggu. Lama, kok nggak datang-datang nh kereta? Sekitar 10-15 menit menjelang keberangkatan, baru aku mikir jangan-jangan satu-satunya kereta api yang nongkrong dari tadi di depanku ini yang mau ke Solo? Aku naik, lalu tanya di satpam di KA, ternyata benar. Wah, untung. Habis, dari tadi kupikir keretanya mau datang dari arah Barat, dan biasanya kalau akan ada kereta datang, ada pemberitahuan, kereta X, dari Y, tujuan Z, akan segera tiba. Yang berikut, moncong kereta betul-betul di depanku (dari samping maksudnya, bukan di depan kereta). Dan moncongnya yang bagus itu, seperti siap-siap mau berlari itu, membuatku berpikir dia mau maju, berangkat ke Barat, padahal aku nyari kereta yang ke Timur. Ternyata moncong itu yang giliran jadi ekor. Yang berikut lagi, ya gini ini kalau jarang main ke stasiun :D

Keretanya bagus. Warnanya kuning kehijauan, kesanku bersih. Senang naik ini. Nah, nanti katanya turunnya di stasiun Purwosari. Nebak-nebak aja kalau kereta berhenti, stasiun ini bukan. Sampai akhirnya waktu tanya, betul. Ini Purwosari. Turun. Hujan. Duh, lapar lagi. Tanya ke mbak di situ,” Mbak, kalau ke Novotel pakai bis apa ya?”.
Mbak-nya menjawab, “Oh, pakai bis WP aja”, mbak-nya berlalu. Hujan agak reda. Aku berlari ke jalan raya, kebetulan bis WP itu lewat. Naik. Haiyaaa, mbak-nya yang tadi juga pakai bis itu. So, nggak perlu tanya kernet lagi, pas mau sampai Novotel, dikasih tahu mbak-nya. Kuucapkan terima kasih, terus aku turun. Di sana coffe break-nya sudah lewat. Untung ada teman dari Solo yang mencarikan sesuatu bagiku..hehe. Malam, pulang rame-rame.

Besoknya ke Solo lagi, kali ini aku sudah tahu keretanya. Pokoknya yang bagus itu, yang bersih itu, yang warnanya kuning kehijauan cerah itu. Aku duduk di tempat tunggu seperti kemarin. Kutunggu kereta itu nggak datang-datang. Hampir sama, kali ini mungkin sekitar 5 menit sebelum keberangkatan, baru aku mikir, jangan-jangan kereta jelek yang nongkrong dari tadi di depanku ini? Ternyata benar. Kubilang jelek, karena warna antar gerbong ada yang tidak sama, bahkan ada yang merah jambu kayaknya. Merah jambu nggak jelek, tapi kalau kesannya asal sambung dengan gerbong lain, nggak enak dilihat. Kesanku, keretanya model lama banget, jadi beda dengan bayanganku tentang kereta yang kemarin.

Aku duduk di dekat pintu. Karena sesuatu hal, tak lama aku berdiri. Stasiun-stasiun sudah terlewati, lalu di depanku ada yang mau turun. Aku mau duduk, iseng sambil nanya yang nggak turun, “Mbak, ini stasiun mana ya?”
Mbaknya menjawab, “Ini stasiun Purwosari”. Nah :D

Singkatnya, nyampai di Novotel. Karena masih ada waktu, jalan-jalan dulu di ruang pameran di situ. Cukup lama di situ, lalu aku ke ruang ganti. He? Ternyata di tasku hanya ada batik + celana panjang training. Batiknya malah 2. Padahal celana panjang yang kupakai sekarang, jeans belel. Wah, nggak masuk nih. Sudah mikir gitu, tapi tetep juga kucoba pakai. Batik + training olah raga….brrbrbrbrlplpl. Udah dh, bisa merusak mata. Inilah kalau asal masukin pakaian ke tas. Aku tanya ke panitia, wah para peserta sudah masuk semua. Whaa..larilah aku ke seberang. Untung ada supermarket (atau dept. store ya?) di situ. Dapat celana panjang kain. Just 15 minutes before presentation ! Untunglah. Itung-itung, di salah satu tag, aku nulis yang belum tercapai, beli baju. Sekarang sudah tercapai. Wah, panjang banget kayaknya nulisnya.
Sampai sini aja lah.

Oh, ada award dari The Others, terima kasih mb, langsung kupajang nh.

Sabtu, 24 April 2010

Tag tentang blog

Ini dapat tag dari Seiri, yang punya blog bagus, A CoLoR Of My LiFe.

1. Apakah nama profile blog-mu? Apa artinya?
Hendriawanz. Kalau ditanya artinya, aku tidak tahu. Karena, itu diambil dari namaku (dengan sedikit perubahan), dan dari nama panjangku, bagian itu yang aku tidak tahu artinya. Kalau sejarahnya,aku tahu. Bagian-bagian nama lainnya, aku tahu artinya, hanya itu yang aku tidak tahu.

2. Apakah nama blog-mu, apa artinya dan mengapa dinamakan seperti itu?
Hendriawanz . Sepertinya, terjadinya seiring dengan jari yang memencet keyboard saat awal pembuatan blog ini. Dulu sempat akan menulis “Mengalirlah di jalanmu”. Tapi, ya itu tadi. Mencetnya jadinya begitu.

3. Sejak kapan mulai tertarik untuk membuat karya tulisan?
Dulu kalau pas pengin nulis, nulis. Di kertas. Habis itu kertasnya nggak tahu kemana, karena memang nggak disimpan. Sekedar sudah nulis saja. Pas SMA mungkin. Lalu pas di situs pertemanan, juga nulis. Tapi loading-nya lama, sepertinya berat sekali. Tapi mungkin dasarnya, memang dari hal-hal yang di benak, tidak banyak yang kepikir untuk dituliskan.
Sampai kemudian, awal tahun ini, di hari pertama, so 1 Januari 2010, there’s something inside here..was it a trigger for writing on this blog? I don’t know.

4. Apa motifasimu membuat blog ini?
Apa yang ada di benakku, yang ingin kuekspresikan.

5.Siapa yang menginspirasimu untuk membuat blog?
Wah..siapa ya? Jadi mikir.

6. Siapa(-siapa) teman bloger yang mengajari dan membantumu membuat blog? (say something for apreciation)
Sepertinya waktu nulis artikel di blog situs pertemanan itu, tinggal nulis aja. Sebelum nulis di blog itu, dulu-dulu sering cari-cari layanan website gratisan, cuma untuk ngumpulin link-link free journals. Kadang-kadang beli buku. Jadi kalau dirunut dari awal-awal, artinya dari kenal internet, website, browsing dan selanjutnya..jadi nggak tau gimana proses pastinya. Dari pengalaman seperti inilah maka dari sekian tahun yang terlewati, tidak banyak yang kuketahui, sekedar aku bisa menyampaikan apa yang kuperlu di dunia maya.

7. Sekarang sudah punya berapa blog? Apa aja?
Ya sekarang media utamanya ya di sini. Nggak banyak juga kayaknya bahannya.

Itu ya kayaknya pertanyaannya. Habis itu dikasih award, thanks Seiri. Kupajang di sini nh.



Trus dapat juga award dari mb Reni . Terima kasih ya mb, kupajang di sini juga.


Dan tak lupa buat sobat-sobat lainnya..semuanya..thanks.

Oh, pas BW ternyata mb Reni ultah, selamat ya mb.

Minggu, 11 April 2010

Seekor semut coklat

Ceritanya pas aku masuk kamar mandi, menoleh ke bak mandi, tak sengaja aku melihat semut. Yang agak besar dan warnanya coklat itu, apa namanya. Seekor. Dia lagi berjalan di air. Kok aku jadi tertarik ya. Jadi kuamati terus. Kudekatkan wajahku ke dekat permukaan air, dan melihat dengan seperti ini, terasa hamparan air yang tenang. Sesekali tetesan air, satu tetes, jatuh dari bibir keran, dan mengakibatkan gelombang di permukaan. Tapi tetap tidak mengacaukan, perlahan-lahan permukaan yang bergoyang kembali tenang. Aku lihat semut itu berjalan, menapak di air, tidak tenggelam. Setelah kuamati, kepalanya mematuk-matuk ke air. Berkali-kali. Seperti anak ayam mencari makanan. Kenapa ya, apa karena dia melihat bayangannya di air, lalu berusaha berkomunikasi. Alasan itu aja yang ada di benakku. Aku ingat kalau semut-semut berbaris di dinding, lalu saling bertemu, biasanya ‘tabrakan kepala’ dulu kan, untuk beberapa waktu. Seperti berkomunikasi. Lalu saling melewati. Kalau memang demikian, ya dia kena ilusi optik. Masa nanti dia mau nembus air untuk saling melewati dengan bayangannya, karena seolah-olah bayangannya kan mau jalan keluar dari air. Sepertinya kulihat lama-kelamaan dia capek, karena seperti mau jatuh dan mengambang. Ya sudah kuulurkan jariku, dia merambat, terus kupindahkan, karena aku juga mau keluar rumah. Ada-ada saja ya kalau nggak ada hiburan, melihat permukaan air yang tenang dari dekat saja sudah terhibur..:)

Jumat, 09 April 2010

Dua tulisan

Terima kasih sobat atas masukannya terhadap gambar kemarin. Demikianlah, setiap kita memiliki kesan tertentu, dan itu melengkapi nilai-nilai kehidupan kita. Kalau dari awalnya, gambar itu ada karena banyak hal di benakku, salah satunya terkait dengan apa yang menyita pikiranku saat ini, beban yang kurasakan di tahun kelima di sini. Lihatlah, cahaya lilin itu masih ada, lilin itu masih menyala. Walaupun hanyalah lilin kecil, tetaplah itu cahaya. Walaupun makin memendek dan akan segera padam, lihatlah, tetaplah itu belum berakhir. Tetaplah,harapan itu belum terbungkus oleh gelapnya malam. Jangan bilang, ah cahaya akan segera padam, tetapi bilanglah, aku masih memiliki cahaya. Ya. Aku masih memiliki cahaya.

--------------------------------------------------------------

Bentuk PErhatian

Kemarin ada garis darah di mukaku. Tidak mencolok. Tapi aku, yang punya muka, ya tahu. Kubersihkan, ku kasih antiseptik. Waktu aku ke kampus, tidak ada hal yang berbeda juga, bertemu dengan teman-teman, seperti biasa. Tapi waktu kebetulan pulang ke rumah, ibuku bertanya.
“Hend, kenapa itu di muka?”. Heran, padahal aku ke rumah sudah petang. Di tempat yang sinar lampunya temaram. Padahal yang di kampus tadi, ketemu teman-teman di siang hari, terang benderang, biasa saja. Dan memang menurutku wajar seperti itu. Yang luar biasa itu, ibuku.
“Kena pagar”, jawabku. Tetapi ternyata ibuku masih bertanya.
“Kena pagar..maksudnya..?”, mungkin ibuku belum percaya dengan jawaban singkat seperti itu.
“ Ini lho, tadi kan hujan. Payung nggak ada. Jadi lari-lari, jas kuangkat ke atas kepala. Nah, sebagian ujungnya menutupi pandangan mata. Tapi memang mata lebih melihat ke bawah daripada lurus ke depan. Maunya lihat-lihat dan milih jalan yang tidak becek. Nah, ternyata di depan ada pagar. Ya sudah, mukanya kena pagar..”
“Ooh..”, jawab ibuku singkat. Begitulah, bentuk perhatian ibuku. Kalau robekan besar, ya pasti orang juga bertanya-tanya. Ini, teman-teman saja tidak melihatnya. Padahal juga, kalau ibuku mau memasukkan benang ke jarum, aku yang memasukkan. Jadi, kupikir ini bukan masalah mata atau penglihatan (visus), tapi ya itu, kekuatan yang tak terlihat oleh mata, perhatian ibu kepada anak.

--------------------------------------------------------------
Barusan BW, ada sobat yang sedang mengingat kelahirannya. Jadi kumuat di sini saja, ucapannya.

Kamis, 08 April 2010

Flame..




That the candle still flames...

Selasa, 06 April 2010

Garis lurus dan lengkung

TErima kasih buat sobat2 atas support-nya, rasa demam sudah turun, dan sudah relatif lebih baik dari kemarin. KEmarin memang kubilang ada beberapa yang kupikirkan. Trus kutulis tentang garis dan titik. Aku membayangkan tentang bagaimana keterbatasan manusia, bahwa kadang manusia tergoda untuk merasa sempurna, memiliki logika di otak yang begitu dahsyat dan dapat mengetahui segalanya di semesta, ketika aku menggambar garis dan titik.
Sekarang aku merenungkan tentang garis lurus dan garis lengkung yang kembali mengingatkanku bahwa sebenarnya begitu banyak yang tidak diketahui manusia dan ada saat-saat tertentu merasa tidak dapat memilah-milah benang kusut di hadapannya. Dan jika pada saat merasa banyak ketidaktahuan tentang di sekelilingnya, paling tidak manusia menyadari posisinya, dimana dia berpijak, dan bukannya patah arang. Dalam segala permasalahan, apakah itu urusan pekerjaan di kantor, sekolah, bertengkar dengan teman, atau apa pun itu.

Jarak terpendek dihubungkan oleh garis lurus atau lengkung?

Garis lurus lah. Masa..lengkung? Aku sedang memikirkan dan mendekati si garis lengkung karena sudah sekian lama aku bersahabat dengan si garis lurus. Ya, si garis lurus memang mengatakan bahwa dirinya menghubungkan jarak terpendek. Lalu aku tanya pada si garis lengkung, bagaimana kalau menurut dirimu ? Dia menjawab, iya sih, kalau aku boleh berpendapat, aku melengkung ini kan berusaha memendekkan jarak dibandingkan jika aku lurus…Coba kalau ada tiang besi tertancap di tanah, tinggi 1 meter. Lalu dia melengkung, kan jadi jaraknya jadi lebih pendek.

Lalu si garis lurus bilang, lho kan waktu kamu melengkung sehingga jaraknya jadi memendek, kan tetap di situ ada temanku lainnya, si garis lurus yang lebih pendek dariku yang bertugas? Jadi misalnya tiang besi itu melengkung sehingga jaraknya jadi 0,75 meter, kan tinggi seperti itu menjadi tugas temanku si garis lurus yang tingginya 0,75 meter?
Nah, si garis lengkung juga kembali bilang, itu kan karena kamu memikirkan dari sisi kamu. Kalau aku memikirkan dari sisi aku, ya aku punya teman juga, bahwa besi yang 0,75 meter itu kalau di lengkungkan…akan jadi lebih pendek lagi.

Jadi mau sampai mana nh? Setiap bilang lurus, dibilang lagi bisa dilengkungkan. Akhirnya lurus-lengkung-lurus-lengkung…dst. Di mana ujungnya? Dan siapa yang di ujung, lurus atau lengkung?

Akhirnya kembali lagi ke suatu jawaban, lah itu tergantung bagaimana kita melihatnya. Yah. Itulah kita. Hanya bisa sampai di situ. Ini bukan jawaban atas pertanyaan itu, tetapi bahwa ini lah kita. Hanya sampai di sini saja. Kita yang memang penuh keterbatasan. Dan hanya semata-mata oleh anugerah saja kita mengetahui sesuatu.

Senin, 05 April 2010

Titik dan Garis

Gi nggak enak badan nh..tapi memang sudah beberapa hari belakangan, ada beberapa yang pengin ditulis, jadi ditulis sekarang. Yang sebenarnya sudah lama menjadi bahan perenunganku. Kadang kita dihadapkan pada persoalan yang rumit, bak benang kusut, begitu sulit memilah-milah mana benar, mana salah. Jika di hadapan kita berserakan beberapa barang milik adik-kakak kita, kita bisa dengan sabar memisahkan, yang ini punya adik, yang ini punya kakak. Namun kadang di hadapan kita tidak sesederhana itu. Kadang ada batas-batas tertentu kemampuan manusia dalam mengetahui sesuatu. Dalam hal ini maka setidaknya kita bisa bersikap di atas tempat kita berpijak, dan tidak terpancing untuk menjadi serakah, harus bisa mengetahui semua di hadapan kita (sementara belum tentu juga yang ada di hadapan kita adalah untuk kita).

Manakah yang lebih panjang, titik atau garis ?

Garis lah. Atau...titik? Yah, iseng-iseng, aku berandai-andai. Seandainya aku di luar angkasa, aku melihat titik kecil yang ternyata adalah bumi. Lalu aku lebih mendekat lagi, aku melihat lapangan sepak bola, sebuah empat persegi panjang, dengan titik di tengahnya. Ternyata ketika aku lebih mendekat lagi, titik itu ternyata sebuah lingkaran, dan di dalam lingkaran itu ada garis tengah. Lalu aku terbang lagi, beralih ke lapangan golf. Ada titik di dekat bendera. Ketika aku mendekat hampir menyentuh tanah, ternyata titik itu lubang bola, yang tentu memiliki garis tengah yang tidak boleh lebih kecil dari bola golf, supaya bola bisa masuk.
Ternyata bahwa setiap aku melihat sebuah titik, maka titik itu memiliki garis tengah. Kembali ke lapangan bola tadi. Ketika dari ketinggian aku melihat di tengah lapangan itu sebagai titik, ternyata seorang pemain bola membutuhkan beberapa langkah untuk menyusuri garis tengahnya. Ketika kububuhkan titik dengan ballpoint-ku di atas kertas, aku berpikir tentu dibutuhkan beberapa saat bagi “seekor” kuman untuk menyeberangi titik yang kubuat tadi. Ketika kukatakan bahwa garis merupakan titik-titik yang berderet, maka bisa kuambil satu titik saja. Dan ternyata titik itu pun memiliki garis tengah. Demikian seterusnya. Singkatnya, dalam perjalananku dari luar angkasa, sampai ke dunia kuman, titik-garis-titik-garis..itu juga menyertaiku. Sampai di manakah ujungnya ?

Kemudian aku menjawab, ya tergantung di mana kita berpijak, di mana dunia kita. Ya, tapi itu tetap tidak menjawab pertanyaannya kan? Yah, betul. Dan inilah perenungan yang kudapat. Keterbatasan manusia. Yang kadang tergoda bahwa logika yang diolah di otak bisa mengetahui segalanya.

Ketika kita berada dalam satu persoalan yang kusut, dan merasa tidak mengetahui banyak, setidaknya kita tetap mengetahui dimana kita berpijak. Begitulah perenunganku tentang manusia. Sebetulnya ada satu lagi analogi yang ada di benakku, tapi ini sudah panjang ya.. Di tulisan berikutnya aja lah cerita yang satunya.

Sabtu, 03 April 2010

Tag lama

Dapat tag ini dari mas Buwel, mb Inuel, Seiri, duhh…sudah lama banget..basi nggak ya..Ohya juga dari mb Fanny. Trus, pertanyaannya ada yang berbeda-beda, jadi yang berbeda kuambi satu saja. Selamat siang sobat sekalian ..

1. Siapakah diri anda di rumah?
Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Punya kakak perempuan 1, adik laki-laki 1. Sepertinya dari dulu lebih banyak di luar rumah daripada di rumah.

2. Siapakah diri anda menurut teman-teman anda?
Wah, yang ini tanya sama teman-temanku dh. Jadi ingat dulu waktu SMP dipanggil sebagai wakil kelas untuk menjalani uji IQ dan psikologis. Lalu aku dapat kopi-an hasil deskripsi tentang diriku. Itu penilaian luar tentang siapakah diri anda. Tetapi kalau yang lain, aku nggak gitu tahu sh.

3. Sebutkan 5 benda yang diidamkan tetapi belum tercapai!
Pengin punya kursi yang pas untuk duduk. Tidak perlu yang bisa diputar-putar, tetapi tinggi kursi sesuai. Ada sh di ruang pertemuan pertemuan, kerangka dari besi, terus ‘spon’nya warna hijau.
Pengin beli string gitar. Yang sekarang,string 4-6 mati.
Pengin beli pakaian 1. Sudah sekian bulan tidak beli, pakainya itu-itu saja, teman-teman sudah bosan, mungkin..
Pengin ganti frame kacamata. Beberapa kali ganti kacamata. Dulu ganti karena pecah waktu ikut sepak bola. Frame yang cocok itu yang hilang kemarin.
Pengin beli payung. Kalau ke kampus jalan kaki. Sekarang sudah mulai sering hujan. Kalau rintik-rintk, biasanya lari. Tapi kalau deras harus nunggu reda.

4. Siapakah nama pasangan anda?
Kalau pertanyaan ini diajukan bukan sekarang,t etapi dulu, mungkin dengan lancar menggerakkan pensil menulis nama. Tetap sekarang sepertinya pensil di tanganku berubah menjadi tombak besar yang menancap kuat di tanah.

5. Ceritakan 5 hal yang paling anda suka tentang pasangan anda
Aku membayangkan berjalan dengan seseorang yang memang telah ditentukan untukku, mengerti bagaimana aku, demikian pula sebaliknya. Dan dia berjalan di sampingku. Saling menguatkan. Sudah lima belum ya.. : )

6. Kapan anda menikah?
Menunggu waktu dari-Nya

7. Apa kenangan pahit anda bersama pasangan anda?
Maksudnya kesempatan untuk mengucap syukur ya bahwa Yang Di Atas begitu memperhatikan kita? Waktu ditinggalkan..

8. Lagu cinta tema anda ?
Akhirnya ku menemukanmu (Naff)
Bahwa semuanya akan bertemu pada waktunya, bahwa Yang Di Atas telah menyediakan segala sesuatunya.

9. Apa Prinsip Hidup anda ?
Mengalirlah di jalanmu
Jangan menyerah

10. Tag beberapa teman yang lain
Ini tag yang sudah terlambat dikerjakan, sepertinya semua sudah dapat ya..

Sekalian majang award dari Lifestye Inspiration, Catatan Sederhana Reviewed, dan dReaM b0x In tHe cYbeR wORLd. Maaf sobat2, baru dipajang sekarang, ada yang bilang award dengan deretan backlink kayak gunungan masih dikaji masuk TOS-nya blogger jadi saya pajang awardnya aja. Terima kasih buat sobat2 sekalian.